IX

3.6K 307 5
                                    

Why am I . . . ?

"Nghhh.."Naruto terbangun dengan merasakan sakit pada bagian tengkuknya dan juga basah di seluruh tubuhnya.

"Owh. Lihat. Pangeran kecil sudah sadar."ujar seorang pria yang sedang duduk di sebuah kursi tidak jauh dari hadapan Naruto yang baru bangun.

Mendengar suara itu, Naruto berusaha untuk bangun, namun sayang, kaki dan tangannya terikat, juga tubuhnya ya g terendam di dalam bath up dengan kondisi air mencapai lehernya. sehingga ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

"Lihat siapa yang tidak bisa bergerak sekarang?"kali ini seorang perempuan menghampiri Naruto dan berjongkok di hadapannya.

"Haruno... senpai."ternyata Haruno Sakura.

"Tch. Aku bukan senpai mu lagi sejak kau mempermalukanku waktu itu!"decih Sakura.

"Ayah, bolehkah aku yang melakukannya?"tanya Sakura pada laki-laki yang duduk tadi.

"Sesukamu, putriku. Tapi ingat, 30 menit lagi kau sudah harus dibandara sebelum Uchiha mencium pergerakan kita"terang pria yang ternyata Haruno Kizashi itu. Setelah mengucapkan itu, Kizashi segera meninggalkan Naruto bersama Sakura diruangan pengap itu.

"Hee.. apa yang bisa kau lakukan sekarang tanpa Sasuke dan Papa Mama mu? Hm?"Sakura menjambak rambut Naruto hingga kepalanya sedikit menengadah.

Naruto yang tidak bisa apa-apa hanya terdiam menahan rasa sakit di kepalanya akibat rambutnya yang di jambak.

"Kau! Saat aku tanya jawab bodoh!"

-bruakh-

"Akh"Sakura mendorong tubuh Naruto hingga punggung sempit itu terantuk pada keran yang ada di bath up tersebut.

-grep-

Sakura dengan kekuatannya menarik Naruto keluar dari dalam bath up dan membiarkannya terjatuh begitu saja di lantai berdebu ruangan usang itu.

-clik-

"Se..senpai... apa.. mau.mu?"tanya Naruto terbata saat melihat Salura mengeluarkan pisau lipat dari dalam sakunya.

"Aku? Hm..."Sakura memasang pose berpikir sembari berjongkok di hadapan Naruto. "Mungkin ini?"ucapnya sembari menggoreskan mata pisau itu pada wajah kotor Naruto.

"Akh! Sa..khit.. senpaii"Naruto hanya bsia menahan perih dan sesak bersamaan karena saat ia menubruk lemari tadi, debu-debu berterbangan dan mulai memasuki rongga pernapasannya.

"Aku ingin sekali melakukan ini dari dulu. Ck sayang. Sasuke menempatkan anjing penjaga yang selalu menempelimu kemana-mana"Sakura mulai menarik mata pisau itu menuju leher, membuat goresan-goresan tidak terlalu dalam namun menyakitkan.

"Sen..pai..amphun.. hiks"

"Apa yang Sasuke lihat darimu? Laki-laki homo, pembawa sial. Apa yang menarik?"Sakura merobek kaos Naruto dan melanjutkan kegiatan melukisnya pada tubuh Naruto tanpa mengidahkan rintihan sakit Naruto.

"Aku bukan anak sial.. senphai.. orang tuaku.. dibunuh.."ucap Naruto berusaha menahan rasa sakitnya. Ia tidak terima ketika ia selalu di panggil anak sial yang telah membuat orang tua kandungnya meninggal padahal kenyataannya adalah, orang tuanya di bunuh dan kebetulan ia selamat.

"Oh... dan kau tau siapa pembunuh itu?"Sakura menghentikan sebentar kegiatannya. "Ayahku."ujarnya bangga lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

"A...apa?"

"Pfft. Lihat. Kau bahkan tidak tau apa-apa. Kasihan sekali Uchiha memungut anak bodoh seperti mu."ejek Sakura.

-DUAKH-

Why am I . . . ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang