7

3 0 0
                                    

"Saya pesan 3 bungkus bakmi, martabak manisnya satu pakai toping coklat keju."

Sinta menuju meja kasir setelah menyelesaikan pemesanan ketika matanya melihat seseorang yang sangat dikenalnya, Irwan, duduk dengan raut wajah kesal di sudut ruangan café. Hendak menyapa, namun diurungkan niatnya ketika melihat seorang wanita datang mendekati pria itu. Dia masih bisa mendengar suara mereka.

"Ada apa mau bertemu denganku?" nada suara wanita itu sedikit tinggi.

"Kamu nggak kangen aku? Aku baru dari Jepang."

Pacarnya Irwan? Bener kata anak-anak, perfect.

Sinta teringat informasi mengenai pacar Irwan yang disebarkan oleh senior-seniornya di kantor.

"Aku sudah datang, sudah penuhi permintaanmu. Sekarang ayo pulang." beranjak dari duduknya. "Kamu mau tetap di sini?" tanyanya lugas. "Ok, aku pulang."

"Tia, tunggu."

Wanita itu berjalan menuju pintu keluar, meninggalkan Irwan yang bingung. Irwan berlari mengejar kekasihnya yang tengah menghentikan taksi. Menyeretnya ke parkiran mobil. Tia berusaha meronta namun genggaman tangan Irwan sepertinya cukup kuat untuk menahan rontaan tersebut.

"Irwan lepasin!!!"

"Nggak akan pernah."

"Lepasin atau aku akan teriak lebih kencang lagi." masih berusaha melepaskan cengkeraman Irwan.

"Teriak aja kalau kamu mau."

"LEPASIN!!!"

Teriakan keras itu mengundang perhatian orang-orang di sekitar parkiran. Sinta bahkan sangat terkejut mendengar teriakan itu. Irwan berhenti mendadak dan menoleh ke arah Tia. Tatapan matanya begitu tajam.

"Mau kamu apa?! Aku berusaha sabar selama ini tapi kelakuanmu benar-benar bikin aku kesal!"

"Aku mau kita putus!!!" teriak Tia tak mau kalah. "Aku bosan sama kamu. Aku sudah nggak cinta sama kamu. Aku muak dengan semua ini. Puas Kamu?!" matanya menyorotkan kebencian pada lawan bicaranya.

Belum sempat Irwan berkata kembali, Tia sudah berlari dan naik taksi. Dari balik jendela café, Sinta hanya mampu memandang sedih keadaan Irwan yang sekarang bersandar lemah pada salah satu mobil yang ada di parkiran. Tak pernah dilihatnya muka Irwan segarang tadi. Dan itu membuatnya ngeri. 

Beautiful ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang