Chap-3

659 69 9
                                    

Malam telah berganti menjadi pagi, semuanya kembali seperti hari-hari yang telah berlalu, hari-hari yang dimulai dengan sekolah ataupun bekerja.

Eunghh...

Seorang namja bersurai coklat terbangun dari tidurnya, ia mengerjapkan matanya berkali-kali, berusaha menajamkan penglihatannya yang sedikit buram.

Ia menoleh kekanan dan kekiri, dalam hatinya berharap ada yang menjaganya disini, tapi lagi-lagi ia harus menelan kekecewaan,  tak ada siapapun disana, seharusnya ia tak perlu berharap lebih karena ujung-ujungnya ia akan kembali tersakiti.

Namja itu, Taehyung melamun sejenak kemudian kembali teringat kejadian semalam saat ia dapat kembali merasa bahagia karena kehadiran jungkook, dipikir-pikir mimpinya begitu indah.

"Hyeong.."

"Tunggu...suara siapa itu..,disini bahkan tak ada seorangpun, suranya sungguh mirip dengan jungkook tapi...
batinnya.

"Hyeong...kau mengabaikanku..sungguh tega. "

"Aku tak salah dengarkan."batinnya lagi.

"Hyeong ini benar-benar aku kau tak salah dengar kok.."

"Tidal aku pasti salah..jungkook kan sudah..."taehyung menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan suara yang sedari tadi terdengar di telinganya.

"Hyeong..."teriak jungkook kali ini, ia sungguh kesal telah diabaikan.

Taehyung memberanikan diri lalu menoleh ke kiri, sama seperti tadi tak ada seorangpun lalu kembali menoleh ke kanan, ia tertegun dapat dilihatnya sosok jungkook disana tapi sebagai arwah. "Jadi yang kemarin bukan mimpi".

"Ne hyung kau tak bermimpi, semuanya nyata. "

Taehyung masih diam, tak lama air mata mengalir bebas diwajah mulusnya.

"Jungkook-ah aku sangat sangat merindukanmu."

"Sama hyung aku juga begitu merindukanmu."

"Tapi hyung..,kau harus menemukan pelaku yang telah membunuhku dan aku akan tenang. "

"Tapi aku tak akan rela jika kau pergi ."lirihnya pelan.

"Tapi aku juga ingin tenang hyung, kumohon. "kali ini jungkook memohon.

"Huft...baiklah aku akan mencobanya. "

"Yey..makasih hyung. "jungkook terlihat senang dapat dilihatnya raut wajah jungkook yang berbinar.

Ceklek...

"Annyeong, taehyung-ah kau telah sadar, bagaimana keadaanmu?"

"Ah baik kok hyung, tapi..."

"Tapi....?"

"Ah..tidak jadi hyung hehe. "

"Kau ini, betul-betul ya bikin aku penasaran saja. "ucap chanyeol smbil menggelengkan kepalanya.

"Hehe.."

"Sudah dulu ya, aku permisi dulu, kalau butuh sesuatu tekan saja tombol merah itu. "sambil menunjuk ke samping ranjang taehyung.

Taehyung hanya mengangguk kemudian kembali menatap jungkook.

"Kook... "

"Nde hyung, ada apa??"

"Ah tidak jadi.."

Jungkook mengerucutkan bibirnya, lalu menyilangkan tangannya.

"Huh..kau sama menjengkelkannya seperti dulu hyung.."

Taehyung hanya terkekeh melihat jungkook yang sudah menjadi arwah tapi masih seperti dulu.

"Oh ya..apa cuma aku yang bisa melihatmu??"

"Nde, hyung hanya kau. "

"Kook kumohon tetap ada disisiku jangan pernah meninggalkanku. "

"Aku janji hyeong, tapi setelah kau menemukan orang yang telah melenyapkanku aku akan langsung menghilang. "ucap jungkook menyendu.

"Tak apa setidaknya untuk sekarang jangan pernah meninggalkanku lagi. "

"Pasti hyung. "
.

.

.

.
Yoongi sekarang tengah bekerja dikantornya, matanya tak lepas dari dokumen yang ia baca.

Setumpuk dokumen telah mengantri untuk meminta tanda tangan, rasanya yoongi ingin pulang sesegera mungkin.

Walaupun tangan dan matanya berfokus pada dokumen namun pikiran yoongi terus memikirkan satu hal yaitu adik kecilnya.

Rasa rindu kembali menyerang hatinya, ingin rasanya dia berlari pulang lalu memeluk sang adik tapi ego mengalahkannya.

Sebenarnya ia tak begitu membenci adiknya, toh tak ada bukti yang kuat yang membuktikan adiknya yang membunuh. Bisa dikatakan ia hanya bermain drama, memainkan peran antagonis didepan adiknya lalu kembali menjadi protagonis saat adiknya terlelap di malam hari.

Sementara dalam memerankan dramanya, yoongi juga terus mencari bukti kuat mengenai kasus pembunuhan yang melibatkan adiknya.

Sungguh yoongi ingin segera menemukan bukti dan tak perlu lagi memerankan drama tersebut, tapi apa daya bukti yang dikumpulkannya belum cukup kuat untuk melepaskan adiknya dari tuduhan.

"Huft.."yoongi menghela napas lelah lalu memijit pelipisnya pelan.

"Aku bisa gila kalau terus begini. "gumamnya.
.

.

.

.
Sementara saat ini, di salah satu sekolah terelit di seoul, jimin, namjoon dan hoseok tengah menyantap makan siang mereka bersama.

Jimin mungkin tampak biasa saja, tali dalam hatinya terus memikirkan mantan sahabat terdekatnya,  siapa lagi kalau bukan taehyung.

Dalam hatinya ia begitu mengkhawatirkan taehyung, ingin rasanya sepulang sekolah ia menemui taehyung di rumah sakit, tapi ia telah membuat janji dengan hoseok dan namjoon yang tak mungkin ia batalkan.

"Aish.."jimin meletakkan sumpitnya kasar.

"Kau ini kenapa sih jim, sedari tadi kau terlihat gelisah. "ucap namjoon.

"Ah..ti..tidak kok hyung, hanya ma...masalah kecil hehe. "ucap jimin gugup.

"Kok kau terlihat gugup, kau berbohong ya. "kali ini hoseok yang bicara.

"Ah nggak kok..cuma kurang enak badan.."ucap jimin.

"Istirahat yang cukup jim, jangan memaksakan kehendakmu, kudengar sebentar lagi tim dance mu akan mengikuti lomba diluar kota,  jangan terlalu memaksakan tubuhmu. "namjoon menasehati seperti ayahnya saja.

"Nde..hyung.."

TBC
Udah gitu aja, maaf pendek banget, trus gaje pula, gak pede ama tulisan kali ini, tapi udah nunggak lama jadi dilanjut aja seadanya sebelum nunggak lebih lama, oke semoga suka aja readers-nim.

Please voment...

Misunderstand✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang