Deal

78 16 13
                                    


Sedikit gugup ku raih pengeras suara itu. Tanpa aba-aba tepuk meriah menambah kepercayaanku. “Bonjour, merci pour l’accueil donne. Je suis Kang Daniel de coree du sud.”(Selamat pagi, Terimakasih atas penyambutan yang telah diberikan. Saya Kang Daniel, sastrawan dari Korea Selatan.)

Semua mahasiswa disana dibuat terkejut dengan keberadaanku berbahasa Prancis. Mereka sangat kagum. Dengan kewibawaanku menguasai materi dan kemampuanku memilih kata, mata dan pendengarannya terfokus hanya kearahku, dan bagaimana si cantik Laneta? Apakah ia juga terpana kepadaku?

Tepuk tangan menghampiriku bersama senyuman cantik di dalam kendaraan hitam mengkilap yang dirancang khusus untuknya itu. Si Laneta tengah memujiku.

“Luar biasa!! Puisi anda sungguh membuat hati para penikmatnya berdebar tuan” Ya, aku tadi bersyair di detik-detik kepulanganku meninggalkan kampus megah itu.

“Hanya sebagai salam perpisahan” Tidakkah kau tahu itu puisi untukmu nona. Batinku.

“Pasti setiap hari anda menulis syair untuk istri tuan.Menyenangkan.”. Aku hanya tersenyum simpul dalam hatiku berkata. Bahkakan kau wanita pertama yang ku syairkan nona setelah ibuku.

“Saya belum menikah.”

“Saya harap anda menemukan wanita hebat diluar sana tuan” Wanita itu tersenyum kearahku lembut. Aku harap itu kau Kim Sejeong. Tapi apalah daya ia sudah menikah.

“Suami anda sangat beruntung bisa mendapatkan wanita istimewa.” Entah pikiran darimana yang kudapat, tiba-tiba mulut ini berkata demikian.

“Saya belum menikah tuan.”

Kurasa tuhan sedang memberkatiku sekarang. Sungguh hati ini terasa melayang dengan kupu-kupu cantik di hamparan kehebatan cinta. Apa aku bilang cinta? Ya, mungkin aku sedang jatuh cinta secepat ini. Tapi cincin di jemarinya ? Lupakan

“Saya rasa saya butuh nomor anda nona, untuk memastikan lokasi jika tersesat.” Modus lama.

“Tentu.”










“ Halo, ibu?”

“Anak tersayangku pasti sedang lelah saat ini.”

“Tidak, kalau ditemani dengan si cantik itu” Aku tersenyum geli sembari berbaring nikmat di ranjangku.

“Apa anakku ini tengah merebut istri orang lain?”

“Dan anak ibu yang nakal ini sepertinya ingin menikahinya”

“Yha! Kang Daniel!!”

“Hahaha, Dia belum menikah bu. Aku salah memberi informasi.”

Detik berikutnya kulanjutkan ucapanku. “Ibu bolehkah bicaranya sampai disini? Ibu pasti tahu aku sedang menginginkan apa.”

“Segelas susu hangat, selembar kertas dan pena”Kekehan ibuku diseberang sana. Hanya itu yang aku butuhkan saat ini. Dengan buncahan didalam dada ini, aku hanya membutuhkan itu untuk mengendalikanmu dalam hatiku nona Laneta.


Hanya awan pekat yang mengenalkanku akan diriku

Hanya awan  pekat yang memikul berat bebanku

Hanya awan pekat mampu meluruskan jalan yang berliku

Tetapi hanya awan pekat inilah yang menunjukkan

rasa canduku melihat manis wajahmu.



Malam ini memang tidak berbeda dengan malam sebelumnya. Gelap, terdapat bulan dan bintang , tapi jangan kau samakan dengan suasana hatiku saat ini. Ada yang berbeda. Sungguh saat ini aku sangat tampan. Dengan kemeja hitam lengan panjang kugulung sebagian, dan wangian segar menguar ditubuhku dan jangan lupakan potongan rambutku rapi. Aku tengah menunggu seseorang.

Sang Pujangga || Daniel K.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang