Laneta Zola

91 17 5
                                    

Ternyata dugaanku salah besar wanita itu pemimpin acara bergengsi ini, aku dibuat menganga olehnya. Mata sipit serta kulit putihnya jelas bukan orang bagian Barat.




Wanita itu mampu menghipnotis ribuan orang di ruangan ini dengan pemilihan bahasa, terlihat sangat cerdas ia memilih pengolahan katanya. Akupun tertarik dengan topik yang sedang dibahas. Pendengaranku tak luput dari setiap perkataanya, apalagi dengan paras ayunya. Mataku tak jenuh memandangnya lama bahkan berjam-jam, mungkin bukan hanya aku saja yang merasa seperti itu. Sungguh ia sangat anggun dengan perkataan yang sopan dan senyumnya. Sepertinya dia seusiaku.

“Terimakasih tuan dan nona telah menerima undangan kami, kami harap Literary Association berjalan dengan baik sampai 5 hari kedepan, saya Laneta Zola undur diri”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih tuan dan nona telah menerima undangan kami, kami harap Literary Association berjalan dengan baik sampai 5 hari kedepan, saya Laneta Zola undur diri”. Acarapun selesai, tepuk tangan meriah pantas ia dapat. Ahh.. namanya Laneta Zola. Dan mataku terus mengekorinya kemanapun ia pergi. Bersalamanpun sebagai akhirannya, dengan ribuan orang berhamburan bagaimana aku bisa menghampiri wanita itu sekedar bersalaman? Apalagi jika..

“Ravi de vous rencontrer monsieur.”(Senang Bertemu denganmu tuan). Sang tuan Rumah Victor Marie menyapaku.

“Ravi de vous rencontrer aussi monsieur.”(Senang juga Bertemu denganmu tuan). Tangan itu segera aku raih sebagai tanda penghormatan. Tidak menghabiskan banyak waktu untuk kita saling mengenal. Dan pemimpin cantik itu entah kemana. Hmm sudahlah. Aku menghela nafas beratku.

Setelah selesai acara, kami diajak menuju tempat makan mewah bernama Le Train Bleu yaitu restaurant mewah dengan berbagai hidangan khas Prancis dengan gaya interior klasik. Berbagai meja berderet salah satu diantaranya si Laneta duduk anggun disana. Tak sungkan lagi aku menghampirinya mau bagaimana lagi semua kursi terpenuhi.

“Puis-je m’asseoir ici?”(Boleh saya duduk disini?)

“S’il vous plait ,Monsieur? ”(Silahkan, Tuan?)

“Kang Daniel”

Dari raut wajah wanita itu ia terkejut, lalu bertanya. “Anda dari Korea Selatan?”

“Benar.” Raut wajahku tak kalah terkejutnya, bagaimana si pemimpin itu bisa berbahasa Korea?

“Nama asli saya Kim Sejeong, dari Korea Selatan. Senang bertemu dengan anda.”

Akupun ber –oh ria Ialu mengulurkan tangannya padaku, akupun menerimanya dengan senang hati. Akupun melayangkan senyuman pada kedua sastrawan dimeja yang sama. Entah kenapa mataku tertuju pada jemari wanita itu.

Sial.  Sepertinya ia sudah menikah, dengan cincin cantik bertengger di jari manisnya.



Si pelayan berjas rapi menghampiri meja kami dengan setumpuk catatan menu yang tersedia. Berbaris daftar menu itu aku tak mengenalinya .Masakan khas Prancis. Tidak berlama-lama wanita itu menujuk salah satu menu makanan yang bertuliskan Foie Gras. Entah makanan jenis apa itu akupun sama memesan apa yang ia pesan dan tidak lupa minuman anggur terbaik khas Pranciss.

Sang Pujangga || Daniel K.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang