Konspirasi

61 9 4
                                    


"Kupercepat tanggal pernikahan kita"




Terdengar suara lantang. Padat. Dan jelas. Tengah mengambil keputusan konyol? Ya. Wanita itu yang berbicara, apa yang ia katakan? Nampak Sehun kurang yakin atas ucapannya. Dan ia tahu pasti ada alasan dibalik keputusan si cerdas Laneta.

"Kau percepat? Si bangsat itu pasti alasannyakan." Ia tidak tertarik untuk melirik wajah sang tunagan, ia lebih tertarik mengamati kilauan cincin di jemarinya,

"Tidak suka? Oke deal, kita batalkan saja perjanjian busuk itu" Jawab Sejeong acuh.

"Heh pembunuh, Jangan salahkan aku jika kakak tersayangmu menyimak informasiku, tambah lagi si pacarmu itu. Kau tak mau dia mengetahuinya bukan?!"

"Tutup mulutmu brengsek !, kuperingatkan jangan macam-macam denganku. Urusi saja masalahmu sendiri." Dia sungguh tidak suka kalimat remehan dan ancaman terlebih Sehun yang berkata. Wanita itu tak tahan lagi, ia memutuskan untuk meninggalkan ruangan bak api neraka yang tengah mengangah sekali terciprat dipastikan terbakar seluruh raganya. Peringatkan Sehun, untuk tidak menyentuh setitik kuku orang-orang tercintanya. Benar, tercinta.

Sang lelaki hanya menatap punggung wanita yang kian menjauh dengan langkah gusarnya dan beralih menatap cincin manisnya 'Sudah kubilang dari awal aku pemiliknya' Tak lupa semrik dari sudut bibir itu. Sudah yakin 100% dan dirinya sudah berubah pada derajad ke 360.

Sehun sangat puas dengan perjanjian itu.















"Apaa?!! Pernikahanmu dipercepat??!"

".."

"Bajingaan itu memang harus diberi pelajaran !!"

"Tidak, Nieell...!!"

"Lepaskan tanganku aku bilang!"

"Tidak, jangan-"

"LEPASKAN TANGANKU KIM SEJEONG!!"

"Aku yang menginginkannya!!"

Deg. Tidak percaya.



Apa maksudnya.




"Jangan bercanda" Tapi tatapan mata gadis itu benar adanya. Bulat. Hitam. Sialnya Jujur.

"Aku yang mempercepat tanggal pernikahan itu !" Sejeong tak bisa lagi menahan bendungan air di pelupuk matanya, ia terisak. Terlepas tautan tangannya pada lenganku.

"Aku bilang jangan bercanda, sungguh kau ini-"

"Niel..." suaranya melemah akibat pelampiasan pada tangis, Laneta menggelengkan kepalanya, aku tahu maksud dari tatapannya. Aku paham itu. Aku sangat paham.

"Tidak, kau pasti tengah mabuk sekarang kan?!"

"Maafkan aku niel" gadis itu memelukku erat, ia menangis. Aku bisa merasakan kemejaku basah, ia menagis diam dan lama. Ia melampiaskan semua air mata pada malam ini, malam yang panjang dan menyakitkan. Bagiku.

Tanganku menarik tubuh yang gemetar itu, hatiku sesak tak karuan. Hancur mendengar wanita yang kucintai berbicara keputusan konyolnya. "Tidak niel, biarkan aku seperti ini"

Kutarik bahunya agak kasar dan aku menjauh dari tubuhnya, tangisannya semakin menjadi, permohonan terus ia ucapkan, ketakutan pada mata sembabnya ia lampiaskan malam ini. "Tidak niel, kau mau kemana. Jangan pergi kumohon." Aku tidak peduli, hatiku sangat hancur sekarang. Kecewa dan hanya kecewa. Aku tidak siap kau meninggalkanku secepat ini.

" Kang Daniel!!!" Terikan itu, panggilan itu menulikan telingaku .Aku menjauh dari tempat itu. Aku menjauh dari situasi itu. Aku menjauh dari dirinya. Laneta selamat tinggal.





Sang Pujangga || Daniel K.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang