Pont Des Art

52 14 1
                                    


Matahari belum juga menampakkan kharismanya, burungpun masih setia pada sarangnya, entah orang gila mana yang menelefon sepagi ini, terlebih lagi aku tak ada urusan hari ini. Dengan posisi ponselku terus berdering tepat di telingaku, bahkan bukan hanya sekali. Menyebalkan.

"Hallo.." Jawabku malas dengan mataku yang terpejam.

"Bagaimana anda lupa tentang perjanjian ini!!? ". Suara kerasnya menyakiti telinga kananku. Tunguu. Suaranya tidak asing lagi.

"Nona?"

"Bukankah anda bilang ingin berkeliling kota? Apa kemarin aku salah dengar?!" Jawabnya pada tangga nada tak berubah. Oh astaga. Bukankah kemarin aku hanya menggodanya? Tapi nampak serius di telinga nona Laneta ini. Dan apakah aku menolaknya? Tidak jawabannya.

"Kupikir malam hari, ternyata sepagi ini."

"Mengelilingi kota Paris tidak cukup hanya setengah malam tuan."

"Apa kita berdua akan bersama seharian penuh ini?" Astaga, Tanyaku memastikan.

"Y..ya mau siapa lagi. Aku menunda pekerjaanku demimu, jadi cepatlah."

"Baiklah, aku segera datang."

Apa ini bisa disebut kencan? Dengan Kim Sejeong? Apa aku akan berkencan seharian ini? Secepat ini? Entahlah. Aku harus memanfaatkan setiap detik bersamanya, aku yakin hari ini adalah hari yang membahagiakan. Ya Tuhan aku tidak sabar kuterburu-buru dengan langkahku kesana kemari dan 'aishhh... menganggu saja, ayolah cepat, aku tak mau dia menungguku terlalu lama' kuikat tali sepatu yang terlepas dibawah sana. Dan Kupilih parfum kesukaanku. Jika kalian tahu betapa berkharisma dan tampannya aku hari ini. Wahh. Hebat.



"Menunggu lama?"

"Menurutmu?" masih pada manyunan lucu dari bibirnya.

"Maafkan aku nona Laneta"

"Bisakah memanggilku Kim Sejeong jika berdua tuan?"

"Dan bisakah jangan memanggilku tuan jika berdua Kim Sejeong?" Kuterkekeh ketika senyumnya mulai terukir disana, dengan mata yang berbinar cantik. O'oh dia tersipu malu.

"Apa kita sedang menunggu taxi?" Tanyaku.

"Apa kau keberatan jika kita menaiki bus?" Wajah polosnya terarah padaku untuk mendengar jawabanku atas pertanyaannya.

"Tentu tidak jika bersamamu."Astaga dia tersenyum manis lagi atas jawabanku untuknya.
Bukankah Sejeong ini orang kaya? Dengan segudang mobil berderet di garasinya. Tetapi mengapa ia malah memilih menaiki bus umum yang tidak cocok untuknya? Sudah kutemukan jawabannya Dia adalah wanita cantik yang sederhana. Aku terpesona lagi olehnya.

Menunggu sekitar kurang lebih setengah jam bus itupun datang dengan penumpang seperti lautan manusia. Dan jangan lupakan hari ini adalah libur tentu kebanyakan orang ingin bersantai untuk melepas kejenuhan rutinitas. Sangat berdesakan dan tempat duduk yang penuh, mau tidak mau harus berdiri dengan posisi nona cantik ini tepat di depanku dan bisa dikatakan jarak kita sangat dekat dan....Lupakan.

"Aku merasa tak enak padamu, seharusnya kita naik taxi saja tadi."

"Kenapa kau merasa bersalah seperti itu? Aku juga ingin mencoba transportasi umum Paris."

"Apa kau kurang nyaman dengan? Aku bisa berpindah ke belakang jika kau -" ia menunjuk posisinya, telunjuk cantiknya terarah ke belakang.

"Dengan beberapa laki-laki berbadan besar disana. Kau tetap ingin pindah?"

"Hanya ototnya yang besar tuan. Jika kau tidak nyaman aku bisa pindah."

Kuraih pergelangan tangannya. Kutahan dan kugenggam erat. "Jangan, aku tidak terusik dengan keberadaanmu disini." Kulirik kebawah lalu kumenemukan wajahnya yang memerah disana. Nampak menahan malu.

Sang Pujangga || Daniel K.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang