Tunangan?

59 12 13
                                    

“Apa mau mengencaniku?”

“Aku serius nona” Seketika tatapannya berubah padaku. Ada setitik harapan disana dan adapula setitik kegelisahan. Dan jangan lupakan mata dalamku yang serius tajam menatap mata indahnya. Apa yang tengah dipikirkan wanita itu? Mulutku tak bisa kujaga lagi, lolos begitu saja tanpa hambatan. Jika ia menolak biarkan alasan yang kuat menjadi tameng hatiku. Mata indah itu tengah berkaca-kaca saat ini. Diikuti senyum tipis yang memaksa.

“Izinkan aku mengenalmu lebih jauh nona.” Kataku lirih pada suara terdalamku. Sembari tanganku menyentuh pundaknya sayang.

“Aku sudah tidak percaya lelaki tuan” Jawabnya tercekat.

“Aku akan meyakinkanmu.”

“Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?” Posisi kita tetap sama, tidak berubah sedikitpun.

“Aku hanya ingin membahagiakanmu dan juga. Cintamu.”


Hening.




Detik berikutnya ku biarkan jarak mengikis diantara kita,kudekatkan wajahku padanya, kupejamkan mataku sebagai pengawalnya, bibirku tak tertahan lagi untuk menyentuhnya disana tapi semua hanya mimpi belaka, ketika ku mendengar perkataan setelaahnya.

“Apa kau bodoh menyatakan cinta pada wanita yang bertunangan?” Ia berbicara dengan nada tinggi. Nampak terdengar isakan kecil disana, entah pikiranku melayang kemanan. Suara itu bagaikan petir yang menyambarku saat ini juga. Dan isakan itu terdengar semakin kencang. Ia mulai meneguk wine dengan sekali teguk gelas penuh. Air matanya kian deras.

“Berarti cincin ini?” Aku menunjuk cincin yang bertengger di jemarinya. Apa kuduga ia telah ada yang memiliki. Sial.

“Kau terlambat Kang Daniel”. Ia meneguk tak terkontrol lagi, isakan demi isakan ia rasakan. Akupun menghentikannya tapi ia malah menepis tanganku.

“Tidak, biarkan aku seperti ini malam ini saja kumohon” Tanganku melemah, akupun meneguk juga.

Wanita cantik itu terus berbicara tentang apa yang ia rasa, segala bebannya ia tumpahkan malam ini dengan tangis. Akupun setia mendengarkannya. Tapi ucapannya yang membuat mataku memicing adalah ketika ia berbicara tentang pertunangannya.

“Aku adalah wanita yang menyedihkan kau tahu, seorang Laneta dengan segala kepintarannya ternyata hidup seperti penjahat kejam sangat kejam.” Wanita itu sudah terpengaruhi alkohol.

“Bagaimana peristiwa terjadi tepat di mataku, menghantui pikiranku dan si gila itu muncul dalam hidupku, merusak masa depanku. Dia benar-benar jahat!!” Ulasnya dengan isakan yang tak tertahan. Aku sungguh tak paham apa yang dimaksud gadis mabuk ini. Dan lagi-lagi tangannya tak berhenti meraih bergelas-gelas wine merah itu.

“Bagaimana pertunanganmu terjadi?” Tanyaku padanya sembari menghentikan acara minumnya yang brutal, tetapi tidak berhasil ia malah menepis tanganku.

“Kau ingin tahu betapa konyolnya acara itu terjadi? Perjanjian gilalah yang mengakibatkan semua ini. Perjanjian tidak masuk akalah yang membuat hidupku berantakan dan pembuat janji itu adalah diriku sendiri. Laneta Zola – si penyair bodoh ini!!!”

“Hentikan Sejeong-ah..!!” Suaraku memekik disana, ku menarik tangannya yang kini memecahkan botol wine merah yang dipegangnya. Kutepis botol itu dan memeluk tubuhnya. Tapi ia memberontak hebat dan mendorong dadaku kasar.

“Menjauh !!. Jangan mendekat niel kumohon, aku tak pantas menjadi milikmu. Kumohon menjauhlah..” Gadis itu mulai terisak, menunduk sembari menangkupkan kedua tangannya. Memohon padaku. Menangis dengan tatapan dalamnya padaku. Mata itu. Mata itu tidak bisa berbohong.

Sang Pujangga || Daniel K.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang