#19 Tentang Dulu

1.6K 158 5
                                    

Mentari kian meninggi, menyuguhkan sinar yang semakin terasa menyengat. Membiarkannya terpuruk memeluk pedihnya perpisahan. Jika temu menghadirkan pisah mungkin tak akan ada lagi temu yang diharapkan, biarkan berlalu tanpa temu dan pisah hingga tak tercipta luka.

"sya pulang yu" ajak hafsah yang sudah 2 jam berlalu menemani hifsya dirumah baru ghea. Air matanya tak kunjung terhenti seiring lembutnya usapan tangan diatas untaian huruf yang mengukir nama ghea.

"sya ada kayla" kata hafsan penuh penekanan, yang ia harap semoga hifsya mampu bangkit bahwa ia masih punya kayla keponakannya dan mau ikhlas melepas ghea. Dan saran hafsah berhasil. Hifsya mulai mau beranjak, mulai mau pulang dari lokasi pemakaman.

Meskipun diperjalanan ia tak banyak bicara hanya diam menatap hiruk pikuk orang-orang yang hilir mudik berlalu dengan berbagai urusannya.

*
Mimpi terburuk dalam hidupku adalah mimpi saat terbangun menjadi nyata dihadapanku. rasanya baru kemarin makan es krim bareng ghea, baru kemarin aku bulak-balik rumah sakit menjenguk anak itu. Dan karna anak itu hari hariku terbiasa bersama kang hadyan.

Bagiku ini terlalu cepat, bagiku ini masih sulit dipercaya. Ketegangan di ICU, alunan suara kang hadyang di ruang jenazah, ghea dan wanita itu hingga berakhir dipemakaman yang katanya sudah dua hari berlalu masih sulit ku percaya. Aku seperti baru saja bangun dari mimpiku bertemu ghea dan wanita itu.

Decit ban yang bergesekan dengan aspal karena di rem menyadarkankanku dari lamunanku. Kakiku yang terasa lemas ku paksakan masuk rumahku. Namum entah kenapa kakiku membawaku pada pintu didepan kamarku, ku buka knop pintu yang tidak dikunci itu menampilkan gadis kecil yang sedang asik bermain boneka marshanya hanya melirikku sekilas dan kembali asik ke dunianya.

"kay" ia tetap acuh padaku meski aku sudah berada tepat dibelakangnya.

"Kay marah sama tante? " tanyaku lembut.

"iya tante gak sayang kayla lagi, tante lebih sayang ghea. Semenjak kenal ghea tante jadi jarang main sma kay" ucapannya serasa menohok bagiku, ku peluk dia yang masih sibuk mengoceh.

"dulu tiap hari tante main ama kay, tiap pulang kuliah tante pasti bawain kay es krim terus kita makan bareng di taman belakang. Dulu setiap kay gangguin tante kalo lagi ngerjain tugas tante pasti kesel terus ngejar kay sampe kita kejar kejaran dalem rumah sampe mama marah. Sekarang tante berubah cuekin kay, kamar aja selalu dikunci kay jadi gak bisa main ama tante"

Ya tuhan aku benar benar merasa bersalah pada kay, seterpuruk inikah hingga aku lupa pada kayla keponakanku sendiri.

"kayla tante minta maaf ya, tante janji gak bakal cuekin kay lagi, tante janji bakal jadi tante kayla yang dulu lagi" kataku menunjukkan jari kelingkingku. Anak itu hanya menatapku acuh.

"kayla mama suka ajarin apa? " tiba tiba kak hafsah masuk dan mengambil posisi duduk disebelah kayla

"tapi kayla masih kesel ama tante hifsya mah" rengeknya.

"kay mau jadi pendendam? Mama gak punya anak pendendam lo" bisik kak hafsah membujuk.

"yaudah kayla maafin tante, tapi tante jangan ulangin lagi. Tante jangan lebih sayang ke orang lain dari pada kay" pinta gadis kecil itu lucu.

"iya,, tante sayanggg banget princess ini" kataku senang memeluk gadis kecil yang sebentar lagi umurnya genap 5tahun

"sya kakak harap mulai sekarang kamu jalanin hidupmu seperti semula lagi, bersama abah, kakak, kayla yang kemarin terjadi jadiin pelajaran. Ini udah selsai sya" kata kak hafsah saat keluar kamar kayla.

Aku masih bingun dengan kata kata kak hafsah apa benar semuanya telah berakhir, lalu kenapa aku masih belum merasa lega.

Namun aku memilih menuruti kata kak hafsah. mulai menata diri dan bangkit. kepergian ghea mungkin sebagai akhir yang menutup lembar pilu saat aku dihadapkan pada dua sisi yang sulit, meski sekarang pun aku masih belum tau jawaban apa dalam skenario hidupku melepas keduanya, atau memilih salah satunya semua masih abu-abu. Samar seperti sekarang, aku sedang dikamarku namun entah rasanya terasa asing. Deretan poto di meja belajarku terpampang senyum dua orang gadis yang nampak hangat bersahabat. Zahira, kemana dia sungguh aku rindu. Aku rindu dia, celotehnya, usilnya kemana dia. Sejauh itukah aku melupakan orang orang di sekitarku? Dari mana saja aku? Terlalu menyayangi apa membuatku melupakan orang orang disekitarku?

Antara Istiqlal & KatedralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang