#27 36.000 Kaki

1.4K 154 2
                                    

Hari yang ditunggu telah berlalu namun tak mengakhiri hari yang terus melaju, membawa kenangan manis pahit saat kau disini.

Dengan mata yang masih sembab ia membereskan barang barangnya. Namun belum sempat semua beres ada tangan yang menghentikan aktivitasnya.

"kamu mau kemana sya? " lama dalam keheningan hingga kekuatannya terkumpul untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban yang menyakitkan.

"pertanyaanku telah terjawab" kata katanya terhenti saat ia tak sanggup menahan isakan "banun.. Banun udah bahagia disini dan tak seharusnya aku ada disini" tangisnya kembali pecah mengingat kepingan harap yang kinu sudah tak berarti lagi. "seharusnya aku tidak ada disini"lirihnya

"akan ada jawaban kenapa kamu kesini, kenapa kamu disini" kata fatih mantap.

Hifsya hanya diam, sungguh ia masih belum bisa berdamai dengan keadaan masih besar harap semoga ini halusinasi, semoga ini mimpi semoga ini tidak terjadi semoga ini tidak ada

*

Lama menunggu dikursi taman, pandangan gadis bergamis merah bernama fatima itu tetap nyaman menatap kosong kedepan. Beribu tanya memenuhi lubuk hatinya tentang akankah ia sanggup mengambil keputusan besar dalam hidupnya.

"hey maaf lama" kata seorang lelaki disamping fatima, namun hanya mendapat senyum gadis itu yang setelahnya keheningan masih berkuasa diantara keduanya.

"aku pernah menceritakan kepadamu kisah kak hifsya yang tidak jauh berbeda dari kita" fariz nama lelaki disamping fatima hanya terdiam mendengarkan kata demi kata yang fatima katakan.

"kemarin kak hifsya menemukan orang yang selama ini ia cari" lanjut fatima bercerita.

"ya bagus dong, perjalanannya ke eropa tidak sia sia" kata fariz menanggapi.

"orang yang kak hifsya cari telah menemukan Kehidupannya disini" fariz diam mendengar kelanjutan cerita fatima.

"pencarian kak hifsya berakhir dengan  jawaban awal yang sudah pasti, bahwa mereka dipertemukan bukan untuk disatukan" hening untuk beberapa saat menguasai mereka sampai kekuatan fatima terkumpul melanjutkan kata yang mungkin akan terasa menyakitkan.

"riz, aku tidak sekuat kak hifsya. Aku terlalu takut patah." kata yang meluncur bebas dari seorang fatima mampu membiat fariz merasa kehilangan kata tuk menyanggah, kata tuk menahan, kata tuk mencegah.

"terimakasih pernah hadir dalam skenario hidupku sebagai lelaki pertama yang pernah singgah dihatiku, terimakasih telah lancang mewarnai hidupku yang kaku, meski sejenak terimakasih pernah menjadikan aku wanita terbahagia bisa dibahagiakan lelaki konyol sepertimu. Maaf jika selama aku disampingmu, aku tak bisa seperti yang kamu beri untukku. Karena gadis kaku dihadapan kamu ini terlalu hijau untuk mengerti, terlalu dini memaknai hadirmu namun yang pasti yang harus kamu tau. Aku bahagia disamping kamu, dan hanga ada satu waktu aku tak bahagia disampingmu adalah saat ini saat aku harus melepasmu demi hatiku agar tak semakin lama terluka parah tak berdarah" entah sudah sejak kapan pipi fatima basah dengan air mata yang lancang meluncur tanpa ijin.

"aku akan belajar riz, belajar kembali membiasakan diri seperti sebelum kehadiranmu. Dan kamupun begitu kamu harus bisa kembali tanpa aku...aku pergi riz, assalamualaikum" kata fatima mengambil langkah untuk pergi karena sungguh ia sudah tak mampu berlama lama disamping fariz.

"Waalaikumusalam" satu kata itu mampu menghentikan langkah fatima. Sejak lama ia mengenal fariz tak satu salampun ia jawab, namun kali ini dalam satu tarikan nafas fariz menjawab salam fatima.

Fatima yang tidak mengerti hanya diam membeku menatap fariz yang juga masih diam enggan memberi jawaban.

"fatima, maaf untuk kali ini aku tak bisa mengikuti kata katamu, aku tak bisa menuruti maumu. Karena aku tak bisa tanpamu, tidak terbiasa tanpamu" fatima hanya diam membiarkan lelaki dihadapannya melanjutkan apa yang ingin ia sampaikan.

"Fatima ajarkan aku islam" satu tarikan nafas kata kata itu meluncur tanpa beban Fariz ucapkan. Fatima hanya bisa menangis entah haru,senang atau syukur nya yang pasti ia bahagia meski bahagianya masih semu.

*

Lorong sempit ini, rumah kecil dengan segala interiornya. Entah mengapa membuat hifsya berat pergi dari tempat ini.  Ia yang sudah terbiasa dengan suasana disini terasa tak ingin pulang padahal satu tujuannya telah tercapai disini.

Jari jarinya ia letakkan didinding lorong tepat ia akan pergi menyusuri jalan setapak yang kelak akan ia rindu.

"aku akan kembali" lirihnya yang sudah seperti orang gila berbicara sendiri.

"ayo sya" ajak fatih membawa barang yang akan dibawa ke tanah air.

"tih apa kamu harus lakuin ini? Selama aku disini aku selalu merepotkan mu sudah lah ini yang terakhir maaf aku tidak bisa membalas kebaikanmu. "

"sya aku juga rindu indonesia, sekalian aku antar kamu pulang. Lagi pula aku ingin menjemput gadis yang aku ceritakan"

"Oh ya? Aku bisa mengenalnya? Kamu harus janji akan mengenalkanku padanya" kata hifsya berbinar yang hanya dibalas anggkukan fatih.

"Bang Fatihhh" panggil seorang gadis diujung lorong yang tak lain adalah fatima. Gadis itu menghampiri fatih dan langsung memeluknya erat seakan tak mengijinkan fatih pergi

"kamh selesain study kamu disini ya, nanti abang jemput." fatima masih saja menangis hal itu membuat hifsya tidak enak.

"sudah lah tih kamu disini saja"

"enggak kak, bang fatih harus pastiin kakak selamat sampe rumah. Karena fatima sayang banget sama kak hifsya, fatima udah anggap kak hifsya kakak fatima sendiri. "kata fatima beralir memeluk hifsya. "setelah ini semua tetap jadi kak hifsya yang fatima kenal ya kak" pesan fatima.

*

Disini hifsya menatap nanar keluar jendela pesawat, kembali mengingat bagaimana kisahnya berlalu begitu pilu.  Dimulai saat ia bertemu banun dan kang hadyan secara bersamaan lalu cinta diam zahira yang tak sengaja ia lukai dengan lamaran kang hadyan karena ghea, bagai sebuah babak baru setelah kepergian ghea kebenaran mulai terkuak saat ia sadar terlalu dalam ia lukai banun dan zahira. Yang palinh menyedihkan dari babak baru yang ia mulai adalah saat kepergian banun benar benar telah membawa separuh harapan yang sempat ia gantungkan. Hingga ia harus terjatuh oleh kenyataan bahwa banun tetaplah banun yang ditakdirkan bertemu namun tidak bersatu.

"hey jangan melamun" kata fatih mengingatkan.

"enggak kok tih"

"mikirin apa? "

"mikirin betapa indahnya skenario tuhan terhadap hidupku. Ia jatuhkan cintaku pada dia yang berbeda, yang membuatku menggantungkan harapku sendiri lalu dijatuhkan kenyataan bahwa berbeda tak bisa kurubah sama"

"kamu yakin skenario tuhan dimulai saat kamu bertemu banun? Kamu yakin banun lelaki pertama yang singgah dihatimu? " tanya fatih menyelidik

"aku tidak yakin tih,  entah mengapa aku merasa aku pernah punya sahabat lelaki waktu kecil. Kita sangat dekat tapi aku lup..."

"ini telah berakhir, waktunya kamu bahagia sya" potong Fatih cepat

"Sekarang diketinggian 36.000 kaki, aku ingin mengungkapkan satu hal penting yang mungkin menentukan hidupku." fatih memposisikan tubuhnya menghadap hifsya dan hifsya hanya menatap bingung fatih

"Hifsya Alika Jannah binti Abdul Rafi' bersediakah kau menjadi istriku"

***

Assalamualaikum sahabat fiillah maaf ni pub nya lemot tapi boleh dong minta komentarnya ?

Jangan lupa taburi bintang dan yang wajib jangan dilupakan jangan lupa baca al qur'an🤗💕



Antara Istiqlal & KatedralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang