"Persahabatan itu obat dari lelahnya menghadapi hidup"
-Putri Eka-
Tinggal menghitung jam menuju sidang skripsiku. Dirakaat terakhir shalat subuh ku merayu illahi semoga sidangku berjalan lancar dan aku dapat diwisuda dengan gelar sarjana sesuai keinginan Abah.
"Hipsya" kak Hafsah memanggilku, entah mengapa wanita di hadapanku ini merubah menjadi lembut. Wanita tegas nan garang ini, Kakakku ia sudah menikah dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Kayla namun sayang suaminya yang seorang tentara sudah meninggal.
"Makasih ya sya udah penuhi cita-cita Abah yang Gak bisa kakak penuhi" suaranya bergetar seperti menahan tangis
Aku tau ada kesedihan dalam diri kakakku ini, aku tidak mudah tertipu dengan tawa. Karena aku juga seorang wanita yang kadang menjadi pembohong besar, saat ku tutupi luka dengan senyumku
Percayalah itu seperti menusuk belati, semakin tersenyum semakin dalam belati itu tertancap didasar hati.
Aku mungkin tidak tau rasanya hal terpedih di dunia ini karena aku juga tidak tau seperti apa luka terpedih yang ada di dunia ini. Setiap orang mungkin beranggapan lukanya paling pedih tanpa dia tau ada luka yang lebih menyakitkan dari yang dia rasa.
*
Lima menit lagi aku masuk ruang sidang tapi Zahira belum datang padahal dia sudang janji untuk menemaniku disidang pertamaku.
Sampai namaku dipanggil Zahira masih enggan menunjukkan kehadirannya
Aku sedikit kecewa, dihari besar yang aku tunggu sahabat yang menemaniku dari titik nol sampai aku berada diposisi ini tak hadir dihari aku akan disidang.
Persahabatan itu obat dari lelahnya menghadapi hidup, ketika dunia yang tak mengharapkan kita berdiri seorang sahabat yang terus disamping agar kita tetap berdiri tegap menghadapi dunia
Mungkin dijaman kini sulit menemukan sahabat seperti abu bakar yang merelakan seluruh hartanya untuk membantu dakwah sahabatnya Rasulullah dan untuk mencapai ridho illahi.
Dan mungkin dijaman sekarang juga sudah sirna sahabat seperti Umar bin Khattab yang menjadi singa Allah, yang berdiri didepan musuh untuk melindungi sahabatnya rasul Allah.
Tapi masih ada harapan, bahwa mungkin masih ada sahabat seperti Ali yang tetap setia meski tak memiliki apapun hingga berjuang bersama dalam menjalani kerasnya hidup
Aku keluar dari ruang sidang, aku terkejut saat disambut Abah, Kak Hafsah, kayla-putri kak Hafsah,kang Hadyan dan Zahira. Aku rasa mereka sengaja, mereka mengerjaiku saat tak ada yang menemaniku saat akan sidang
"Barakallah sahabatku" kata Zahira memelukku
"Aku gak bilang aku dinyatakan lulus atau tidak"
"Sudah kupastikan kamu pasti lulus,apalagi kalau dibimbing akang yang satu ini"
"Makasih ya kang, udah bantu Hipsya. Makasih akang mau berbagi pengalaman akang jadi Hipsya bisa lewatin masa masa jadi mahasiswi akhir yang super menguras emosi" kataku berterimakasih namun hanya ditanggapi senyum dan ucapan "sama-sama"
Disini ada keluarga serta sahabatku tapi entah mengapa seperti ada yang kurang disini. Banun, kemana anak itu apa dia tidak tau hari ini sidang skripsi ku? Apa tidak ada yang memberi tau dia? Apa kang Hadyan tidak memberi tahunya?
"Cari siapa sya?" Tanya kang Hadyan saat melihat aku celingukan seperti mencari seseorang
"Eh enggak kang"
Kami pulang bersama, aku bersama kang hadyan dan Zahira sementara Abah bersama kak Hafsah dan Kayla
Di perjalanan ponselku berdering menampilkan notifikasi chat dari seseorang
From :Banun
Taman!!
"Kang Hipsya turun disini aja" kataku saat paham kalau Banun menungguku di taman.Dan benar saja tak jauh dari tempat aku berdiri seseorang tengah berdiri membelakangiku.
Jantungku berdetak lebih dari kecepatan normal setiap dekat dengannya, menyebalkan saat dekat dan dirindu saat jauh.
"Congratulation sya" katanya berbalik dan memberiku buket makanan, yaps makanan bukan bunga seperti yang biasanya
"Makasihh nun, em by the way buketnya kenapa makanan?"
"Soalnya aku tau kamu suka makan"
"Hehh enak aja" dia malah tertawa melihat muka kesalku
"Enggak soalnya kalau bunga sayang nantinya dibuang juga kalau layu. Kalau makanan kan kenyang" katanya
"Ohhh"
Siang ini aku habiskan dengan dia ditanam ini menikmati buket makanan yang ia beri, aneh dia yang memberikan nya padaku namun ia yang lebih banyak makan. Namun aku tetap senang tingkah konyol selalu membuat ku lupa akan kesal
Sampai akhirnya suara adzan berkumandang dari mesjid dekat taman.
"Alhamdulillah, Sholat dulu yu" namun tak ada jawaban dia malah diam
"Nun" ia tetap diam sampai panggilanku yang ketiga kali..
"Maaf sya"
"Maaf kenapa?"
"Aku gak bisa jadi imam yang kamu harapkan"
Deg, aku tak mengerti alur pembicaraan nya apa maksudnya beberapa detik yang lalu dia bersikap biasa namun detik ini dia mengungkapkan hal yang seperti mengartikan dia telah memiliki seseorang.
"Kenapa?" Kata kata bodoh yang keluar dari mulutku yang kelu
"Karena aku gak akan bisa jadi imam" dia menjeda kata katanya dan lanjutannya membuat duniaku seakan runtuh
"Kita Berbeda sya"
🌹🌹
~kuningan,20 Juli 2019~
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Istiqlal & Katedral
Fiksi Remajaserumit inikah ketika aku dengan tasbihku dan kamu yang tetap teguh dengan kalung salibmu. mengapa tuhan mempertemukan kita dibalik tembok besar keyakinan yang tak mungkin kita tembus dengan berbagai cara. coba tanyakan pada Tuhan mu bolehkah aku m...