Cordova, Andalusia. Spanyol
Hiruk pikuk eropa yang tidak pernah tidur kental terasa saat pertama kali menginjakkan kaki disalah satu negri Di eropa yang pernah menjadi pusat peradaban islam di eropa.
Bangunan bangunan jaman dulu bagai saksi dari perjuangan para syuhada menyebarkan agama allah ditanah Europa yang kini ramai dengan Orang orang berlalu lalang dengan berbagai urusannya tanpa peduli pada sekitar yang mungkin tengah membutuhkan pertolongan.
"aku sedang mengintainya" kata seorang lelaki dibalik ponselnya.
"..."
"sudah dua hari ia selalu lewat depan toko tempat aku kerja, bahkan malam tadi ia tidur lesehan depan toko"
"..."
"akanku kerjakan sesui perintahmu"
Setelah mengatakan itu ia menetup pembicaraan lewat ponselnya.
*
Dua hari hidup dinegri orang dengan bermodalkan bahasa inggris yang tidak seberapa jelas membuat masalah besar dalam hal komunikasi. Jika beruntung menemukan orang yang mengerti betul dengan bahasa inggris namun untuk menolong masih enggan memberi uluran tangan. Jelas itu bukan salah mereka karena mereka sendiri dalam upaya melindungi diri dari orang asing.Sisa bekal hifsya semakin menipis sementara hifsya masih belum menemukan pekerjaan padahal ia sudah menawarkan diri menjadi tukang sapu jalan pun tidak mengapa namun jelas akan sulit, pertama dikota besar yang memiliki teknologi tinggi seperti mobil penyapu jalan jelas sudah tak membutuhkan tenaga manusia jika hanya untuk membersihkan jalan. Yang kedua mencari pekerjaan dinegri sendiri saja sangat sulit apalagi dinegri orang dengan kemampuan bahasa inggris yang biasa saja. Selain itu kebanyakan orang-orang menggunakan bahasa negaranya yang jelas belum hifsya pahami.
Hifsya duduk dikursi trotar, tenaga nya benar benar menipis seiring tipisnya bekal yang ia bawa. Sekarang Ia sedang sibuk mengurut kakinya yang terasa sangat pegal setelah berkeliling tanpa arah. Namun ia harus bertahan, ia mencoba berdiri lagi untuk melanjutkan perjalanan namun sial anemianya kambuh diwaktu yang tidak tepat. Tubuhnya oleng namun ia harus bersyukur tubuhnya tak terbentur menyentuh lantai, ada seseorang yang sigap menangkap tubuhnya.
"Can I help you? " tawarnya cemas
"No, thanks " tolak hifsya melepaskan diri dari lelaki yang menolongnya namun sial tubuhnya terlalu lemah hingga ia kembali ambruk pada dekapan silelaki dihadapannya.
"Indonesia? " tanyanya menatap sorot mata hifsya.
"kamu orang Indonesia? " hifsya kembali bertanya.
"iyaa saya orang Indonesia" hifsya sangat bersyukur akhirnya ia menemukan seorang yang mengerti bahasanya.
"mari " seorang lelaki itu membawa hifsya kesebuah kedai makanan milik orang Pakistan yang menjual makanan Halal.
Setelah duduk nyaman, lelaki itu memesan beberapa makanan untuk hifysa dan hifsya tidak menolak. Ia tidak munafik kalau saat ini ia memang memerlukan pertolongan. Hingga beberapa menit kemudian lelaki itu muncul dengan nampan yang berisi banyak makanan.
"nih makan dulu biar ada tenaga" hifsya menurut ia makan dengan sangat lahap dihadapan lelaki asing yang baru dikenalnya "saya fatih nama kamu siapa? " tanya nya dengan seulas senyum.
"Hifsya "
"kamu tinggal dimana? "
Hifsya hanya menggeleng karena selama 2 hari disini ia memang belum mendapatkan tempat tinggal .
"bagaimana kalau kamu tinggal di flats House aku aja"
Prangg
Hifsya menjatuhkan sendok yang ia pegang, naluri kewaspadaannya meningkat dari yang sebelumnya."kamu tenang aja kita gak tinggal berdua disana ada adik perempuan aku namanya Fatimah " mendengar penuturannya hifsya sedikit tenang meski raut ketakutan dalam wajahnya masih sangat kentara terlukis.
Meski takut ia tak menolak ajakan pria bernama fatih itu, ia hanya bisa berdoa semoga memang fatih yang Allah kirim untuk menolong hidupnya ditanah eropa ini.
Dari belakang ia mengikuti langkah fatih menyusuri gang -gang sempit hingga ia sampai disalah satu pintu berwarna coklat, hifsya hanya memerhatikan kegiatan fatih mengetuk pintu rumah hingga seorang wanita berhijab coklat menyambut fatih.
"Fatima ini hifsya, hifsya ini fatimah adik aku " kata fatih memperkenalkan saat sudah didalam rumah.
Rumah ini tidak terlalu besar didalamnya hanya ada 1 kamar dan tidak terlalu mewah, Gaji seorang pelayan restoran tentu tidak cukup menyewa apartemen mewah ditambah lagi tanggungan hidup dinegri orang. Fatih dan Fatimah tentu harus pandai mengelola keuangan sampai waktunya mereka pulang keindonesia saat pendidikan fatimah telah usai.
"kamu nanti tidurnya sama fatimah, gakpapakan? Dirumah ini cuma ada 1 kamar " jelas Fatih
"gakpapa kok tih "
"kalo fatimah dengkur sampe kamu keganggu bilang aja nanti aku pindahin "
"ikhh abang " rengek fatimah mendengar candaan abangnya, sementara hifsya hanya tersenyum memerhatikan tinggah laku kakakberadik dihadapannya ini. Jujur melihat tingkah Fatima dan fatih ia teringat seseorang yang wajahnya masih belum tergambar jelas dalam ingatan hifsya.
"fatimah kan suka dengkur, ileran juga " kata fatih sambil berlari menghindari sang adik.
"abangg nyebelin" kesal fatimah mengejar abangnya yang berlari mengelilingi hifsya.
Tanpa terasa senyum yang dua tahun yang lalu padam kembali terukir manis dibibir hifsya. Mengukir kisah bahwa tidak semua pertemuan pertama dikatakan kaku dan penuh kewaspadaan, itu tidak berlaku bagi hifsya dan fatih. Beberapa Jam mengenal fatih senyumnya yang hilang dua tahun yang lalu kembali hanya dengan kebiasaan konyolnya dengan fatimah.
"udahh ah fatimah cape? " kata fatimah mengatur nafasnya
"abang menang lagi " kata fatih memeluk sang adik dari belakang.
"sya maaf ya jadi kita cuekkin " kata fatih tidak enak saat menyadari kesalahannya mengabaikan tamu.
"gakpapa kok "
"kak hifsya shalat berjamaah sama kita ya ini udah mau magrib "
"kakak sedang berhalangan, kalau boleh kakak ikut ke kamar mandi boleh? "
"bayar " sela fatih melenggang menuju dapur untuk minum dan bersandar di meja dapur sambil menatap hifsya.
Melihat kelakuan fatih entah mengapa ia teringat Banun. Sikap fatih yang friendly meskipun terhadap orang baru mirip seperti banun yang so akrab saat pertama mengenalnya dulu.
"gak usah dengerin bang fatih kak anggap aja beo " kata fatimah mengantar hifsya ke kamar untuk menyimpan barang barangnya.
Setelah sampai dikamar dan setelah kepergian fatimah entah mengapa pikirannya melayang tentang seorang bernama fatih.
Fatihh? Apa dia adalah banun setelah mengucap syahadat jika ia mengapa tidak kembali keindonesia?
Fatimah? Apa dia maria? Tapi saat aku berangkat maria masih diindonesia dan fatimah sudah kuliah disini .Siapa sebenarnya kamu tih?
mengapa kamu seolah tidak asing bagiku.
Apa kita pernah dipertemukan di alam lain sebelum kita dilahirkan?
Tapi apa aku percaya tentang pertemuan sebelum kelahiran?Tidakk hifsya.
Fatih hanya malaikat penolong dari langit untuk menjagaku dilangit eropa...***
Assalamualaikum sahabat hifsyaaa ada yang rindu hifsya gak? Atau rindu banun?? Rindu zahira?? Rindu kang hadyan?? Rindu kak hafsah? Atau si kecil kayla dan ghea??
Atau Bahkan ada yang rindu Abah? 😂
Kalau eka rindu gak?? 🤗 enggak? Yaudahh-_-
Gimana nih penilaianya part ini? GJ? Gk ngerti? Gak paham? Atau penuh kejutan?
Kalau kepoo yuk taburi bintang dan kolom komentarnya biar penulisan part berikunya tambah semangat dan cepet 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Istiqlal & Katedral
Teen Fictionserumit inikah ketika aku dengan tasbihku dan kamu yang tetap teguh dengan kalung salibmu. mengapa tuhan mempertemukan kita dibalik tembok besar keyakinan yang tak mungkin kita tembus dengan berbagai cara. coba tanyakan pada Tuhan mu bolehkah aku m...