Apart Nayoung

202 16 0
                                    

Mark memutuskan untuk menelefon Nayoung setelah sekian lama ia menunggu didepan apartementnya padahal dia sudah memencet bel berkali-kali namun sang pemilik tak kunjung membuka pintu juga.

Dua menit kemudian baru pintu yang sedari tadi dia pandangi dengan kesal itu terbuka. Dan dibaliknya terpampanglah Nayoung dengan tampilan baru bangun tidur. Kaos oblong dan hotpans, rambut acak-acakan juga matanya yang agak sipit karena belum sepenuhnya siap bangun.

"Park Nayoung yang bener aja? Aku nunggu disini hampir setengah jam ternyata kamu tidur?" gerutu Mark kesal

"Emang siapa yang nyuruh kamu kesini?" tanya Nayoung dengan suara khas bangun tidur

Mark menghela nafas dan menunjukan roomchatnya dengan Nayoung kemarin malam dan memang Nayoung menyuruhnya ke apartemen untuk membantunya memasang pc baru.

"Oh? Pc ya? Yaudah masuk sini," kata Nayoung

"Penampilan kamu acak-acakan gitu, kamu keluar gitu aja didepan aku?" sarkas Mark saat dia memasuki apartement Nayoung

"Terus?"

"Kok terus? Kalo semisalnya yang didepan tadi bukan aku-"

Kalimat Mark berhenti saat melihat ruangan Nayoung benar-benar kacau. Lebih kacau dari tampilan pacarnya saat ini bahkan.

"Astaga aku gak tau harus ngomong apa lagi, Na. Kamu perempuan bukan sih? Seisi ruangan kacaunya gak bisa ditoleran. Bekas makanan dimana-mana, cangkir mangkok bekas belom dicuci, bantal dilantai. Ya ampun. Gak tau lagi. Aku cowok tapi gak segininya tau," oceh Mark bertubi-tubi membuat pacarnya menatap geram. Ini bukan pertama kalinya Mark mengoceh seperti ibu-ibu baginya.

"Apa si maennya bawa gender. Lagian aku udah niatan mau bersiin kok," sanggahnya

"Kenapa gak diberesin sedari malem coba?" tanya Mark tak terima

"Beresihin gimana orang aku ketiduran"

Cowok itu hanya menghela nafas kesal

"Kedepannya gak ada ginian lagi Park Nayoung. Awas aja kalo aku liat berantakn kayak gini," dia segera memulai aksi memasang pc-nya

Nayoung hanya berdehem mengiyakan. Sebenarnya dia bukan tipe orang yang jarang membersihkan apartementnya juga, hanya saja semalam dia merasa capek saja sehingga belum sempat beres-beres.

"Kamu obsessed sama yang namanya rapi sama bersih?" tanya Nayoung saat beres-beres

"Gak obsessed juga. Aku udah biasa aja liat apa-apa tuh ketata. Aku juga jarang beres-beres tapi seenggaknya aku naroh sesuatu ditempatnya jadi keliatan rapi," jawab cowok berambut agak kecoklatan itu

Nayoung sempat berhenti beberapa saat untuk sekedar memperhatikan wajah serius Mark. Nampaknya cowok itu sudah terbiasa berurusan dengan pc sehingga dia tidak kelihatan kesusahan sama sekali.

Beberapa menit kemudian Mark selesai dengan urusannya. Begitu juga Nayoung dengan beres-beresnya. Cewek itu membawa dua cangkir kopi dan beberapa camilan untuk disantapnya bersama Mark.

Mark meneguk kopi buatan pacarnya itu dengan tenang sesekali menatap kopi yang tidak terlalu manis itu.

"Kamu kalo udah selesai kuliah mau ngapain, yang?" tanyanya memulai pembicaraan

"Have a better life aja. Planing ada cuma aku gak bisa bilang sekarang," jawab Nayoung masih setia memegangi cangkir hangatnya

Mark menaikan alisnya, "kenapa gak bisa bilang?"

"Ngapain bilang-bilang?"

"Aku kan pacar kamu"

"Baru pacar"

Mark menutup mulutnya dengan kepalan tangannya mendenger ucapan Nayoung. Nampaknya dia tak berekspektasi kalau Nayoung akan berkata seperti itu. Sebenarnya Mark ingin tertawa detik itu juga namun dia sengaja menahannya.

"Serius nih. Kamu pacaran sama aku tu cuma maen-maen apa gimana?" tanyanya

Nayoung menggeleng, "gak ada yang bilang maen-maen ya. Kalo aku maen-maen pun ngapain repot nemuin keluarga kamu?"

"Oh jadi ketemu mama papa aku tu repot?" tanya Mark seraya memakan kembali cemilannya

"Ya gak gitu, sayang. Maksudnya aku tuh tipe orang yang terlalu males ngelakuin sesuatu yang menurut aku gak harus aku lakuin atau simple-nya aku bakalan skip sesuatu yang menurutku gak penting," jelas Nayoung

"Tunggu, tadi kamu panggil aku sayang? Kuping aku gak bermasalah kan?" sargah Mark cepat

"Biar kamu gak salah paham," tukas Nayoung

Cowok yang tadinya mau menyuapkan cookies itu kemulutnya kini jadi mesem-mesem sendiri

"Kalimat kamu yang tadi beneran bikin aku geer, Na. Apalagi dipoin maksud kamu gak ngelakuin sesuatu yang menurut kamu gak penting. Jadi aku sama keluarga aku penting dong buat kamu?" tanyanya memastikan

"Bisa dibilang gitu"

Mark benar-benar tak tahu harus bereaksi seperti apa kali ini. Dia pikir Nayoung tidak akan seserius ini.

"Tapi bener nih aku nanya, kamu kenapa mau jadi pacar aku?" tanya Mark kepo

"Ganteng," jawab Nayoung ngasal

"Yailah bukan itu yang mau aku denger tau. Aku sama sekali gak niat buat sombong tapi pas masih ngedeketin kamu tu aku inget banget kamu bilang terang-terangan kalo kamu gak mau pacaran sama orang populer kayak aku, kan? Eh ternyata aku pacar kamu sekarang," tutur cowok itu

Nayoung memandang Mark sekilas, "ya karena itu juga harusnya kamu stop deketin aku. Gitu si aku mikirnya, eh kamunya malah gak ngejauh samsek"

"Jadi kamu lama-lama suka sama aku kan? Gegara kegigihan aku? Parah si kamu," Mark menggoda

"Gak ya," sanggah Nayoung cepat

"Jujur ni ya, kamu bukan tipe aku banget. Tapi at some point kamu keliatannya punya nilai plus aja lama kelamaan dimata aku jadi ya gitu lah," sambungnya

Cowok itu tak bisa merespon lagi kecuali dengan senyumannya

"Kamu sendiri kenapa suka sama saya hah?" tanya Nayoung balik

"Karena anda mirip mantan saya," jawab Mark bercanda

"Oh"

Damn.

Mark baru menyadari kalo dia salah bicara. Dia pikir pertanyaan Nayoung hanyalah sebuah sarkasme.

"Aku bercanda. Kamu ngerti kan?" tanya Mark ragu

Beberapa detik kemudian --belum semenit-- pun Mark sudah berada di ambang pintu apartement dengan sang pemilik yang melipat kedua tangan didadanya seraya menatap Mark tak minat.

"Seriously, Na?" ujar Mark memastikan. Dia benar-benar tak mengerti kalau Nayoung akan miss the joke dengannga

"Whatever. Mood gue turun. Udah sana pulang deh gue mau mandi bye," serka Nayoung kemudikan menutup pintunya

Mark hanya menghela nafasnya dalam. Cowok itu hanya bisa memandangi pintu yang sudah ditutup itu seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

-To Be Continued-

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐋𝐨𝐨𝐩 || 𝐌𝐚𝐫𝐤 𝐓𝐮𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang