Chapter 12

3K 117 42
                                    

BYUR

"HAH TOLONG, T-tolong a-aku tak b-bisa ber... Hah... Hah"

"RENATA!!!"

BYUR
______________She's Mine_____________

"Ah hah... Hah..." Suara nafas orang yang tersenggal-senggal itu membuat dua orang yang berada tidak jauh dari situ terkejut melihat Kikiy yang sedang memegang dadanya kesakitan. Tentu saja mereka panik, bagaimana tidak? Jarak antara hutan itu dan rumah sakit sangatlah jauh sedangkan mereka sudah melaju kencang menggunakan mobil namun tetap saja waktu itu terasa sangat lambat dan jarak terasa semakin sulit digapai.

"Bagaimana ini Yah?" Sean menatap Prof.Janshen yang duduk tepat disampingnya yang sedang mengemudi, Prof.Janshen hanya menggelengkan kepala tanda tidak ada yang bisa mereka lakukan selain mengejar waktu dan berdoa agar tidak akan terjadi apapun, Sean memang tidak memberikan kemudi ini kepada Prof.Janshen karena Sean takut jika Ayah nya itu malah panik dan berakhir kecelakaan.

"Kita harus tenang, jangan sampai kita panik karena jika kita panik itu akan lebih membahayakan nyawa kita bersama" dan Sean mengangguk mencoba merilekskan tubuhnya yang sedang mengemudi.

Di sekolah tidak seperti biasa, bukan karena hilangnya Kikiy. Tapi, karena Angkasa, Alaska, Raka, Dano, dan Dino yang sedang tanding bermain basket dengan sekolahan lain yaitu SMA SMS dan yah cewek-cewek tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk cuci mata melihat para cowok-cowok tampan yang badannya dicucuri keringat yang membuat mereka terlihat semakin tampan.

"Lu yakin ngelawan kita lagi? Cih lu udah kalah berapa kali sama kita? Bahkan sampai gak bisa dihitung pake jari" Dano memancing emosi lawan, namun itu tidak berpengaruh sama sekali untuk lawan.

Tim lawan terkenal dengan julukan sifat dingin mereka yang kelewat tidak tersentuh tidak ada dan tidak pernah mereka melihat bahwa tim lawan tersenyum dan menyeringai sekalipun, Demian Kalandra ketua dari tim itu saja hanya diam bahkan sekalipun tim nya dihina-hina dia hanya akan diam dan mengeluarkan beberapa patah kata jika perlu saja.

"Siapa?" Satu kata itu saja sudah mewakili segala kata yang Demian ingin ucapkan, Tim Angkasa tentu saja tau maksud dari kata itu seolah-olah Demian bahkan tak peduli dengan kata kita pernah bertemu. Demian seolah merendahkan mereka dengan maksud kata 'memangnya gue kenal kalian?' mereka mengakui bahwa tim Demian adalah tim dengan pengaturan emosi yang sangat bagus.

Lantas, ada Axelon Melviano dia adalah sepupu Demian yang tidak beda jauh sifatnya dengan Demian. Besar bersama sejak masih kecil membuat mereka memiliki sifat yang sangat mirip, Daniel Mananta dia yang termuda diantara teman-temannya yang lain tapi otak nya yang pintar dan licik tentu saja berhasil membuat semua orang terpukau. Daniel adalah sahabat baik dari Leo Narendra yang paling pendek di antara mereka tapi dia lah pemiliki dada bidang yang membuat cewek-cewek terpukau, dan George Washington dia bukan orang asli Indonesia dia memiliki wajah yang barat berasal dari Amerika. Alisnya yang tebal matanya yang hijau dan hidungnya yang mancung apa lagi badannya yang bertato tinggi tegap dan berotot membuat nilai plus dalam dirinya Dimata cewek-cewek.

Teriakan ricuh yang berasal dari cewek-cewek membuat semuanya menjadi lebih ramai, ketika suara pentulan bola orange dan juga decitan suara sepatu itu membuat mereka menjerit kesenangan apa lagi ketika melihat salah satu pemain tidak sengaja menyingkap bajunya hingga memperlihatkan perut kotak-kotak nya.

Keluarga besar Mequen dan Celineifa sedang digemparkan dengan masuknya Renata ke rumah sakit MC, rumah sakit milik kedua keluarga besar itu.

Belum selesai dengan kasus hilangnya Kikiy, mereka sudah dibuat kebingungan lagi dengan terceburnya Renata kedalam kolam yang padahal mereka ketahui bahwa Renata bahkan tidak bisa berenang karena cederanya dulu, cctv mereka ada yang mengatur sehingga cctv tidak menyorot ke arah di mana Renata tercebur. Saat di cek penjaga cctv pun kepalanya berlumuran darah dikarenakan pukulan benda tumpul, jadi mereka membawa Renata sekalian penjaga cctv tersebut ke rumah sakit untuk penanganan khusus, anak dari penjaga cctv tersebut juga tidak ada yang bisa dihubungi jadi dua keluarga besar itu merasa memiliki tanggungjawab untuk menjaga penjaga itu hingga sembuh.

"Bagaimana bisa kamu gagal menjaga keluarga kamu sendiri? Papah kecewa" Tn.Mequen menatap kosong ruang operasi itu tentu dengan tatapan kecewa, dia malu dengan keluarga menantunya karena anaknya tidak becus menjaga anak mereka dan juga cucu nya, "Ini musibah, kami tidak apa. Jangan membuat anak mu semakin tertekan, sepertinya dia juga kebingungan atas keadaan yang tiba-tiba seperti ini" Ny.Celineifa berucap lembut memperingatkan teman lamanya itu agar tidak menyalahkan Zelard yang kelihatan depresi karena diserang masalah bertubi-tubi.

"Aku akan cari dalang dari semua ini, lihat saja" Suara dingin itu mengalihkan atensi seluruh orang yang berada disana, itu suara Zelard dengan seluruh dendam yang terpancar dari matanya. "Jangan melakukan hal bodoh, yang membahayakan mereka atau pun diri kamu sendiri. Lakukan apapun asalkan tidak membahayakan nyawa siapapun dan tidak akan ada korban sekalipun itu pekerja kita, tapi tak terkecuali jika mereka yang berkhianat" Saran itu berasal dari Tn.Celion Papahnya Renata.

Saat, dua keluarga besar itu sedang menunggu ruang operasi itu terbuka dan memberikan kabar baik. Tepat, di rumah sakit itu juga Kikiy terbaring lemah di gendongan Sean yang sedang berlari menuju UGD.

Bagaimana bisa dia tidak panik jika sedari tadi dia fokus menyetir mobil menuju rumah sakit tapi saat sampai dan ingin mengangkat Kikiy yang dia lihat malah Kikiy yang mengeluarkan darah dari mulut tentu saja membuat jantungnya berdegup kencang dan dengan reflek menggendong Kikiy, dingin lah yang pertama Sean rasakan ketika menyentuh kulit Kikiy.

"M-mom... D-ding..in"

"D-dad k-ka..ng-en... M-mau p-pe...luk"

"Sut... Tenang... Gak papa, nanti kamu ketemu sama keluarga kamu sut... Bertahan jangan tidur ya" Suara lembut itu membuat Kikiy menatap mata Sean dengan lemah meminta kebenaran atas perkataan Sean dan Sean tersenyum mengangguk mengusap keringat di dahi Kikiy ketika Kikiy mulai di bawa menggunakan brankar, suara lantai yang beradu dengan pergerakan brankar membuat semua orang menatap ke arah Kikiy dan Sean yang jas putihnya sudah di lumuri darah.

Begitu juga dengan dua keluarga besar itu, mereka menatap orang yang berada di brankar itu dengan tatapan biasa sebelum sebuah perkataan membuat mereka semua melotot tak percaya.

"Kikiy?" Suara lirihan Zelard membuat semua orang disana terkejut menatap tak percaya brankar yang lewat, "KIKIY!" Zelard berlari mengejar brankar tersebut sebelum Kikiy di bawa ke dalam ruang operasi tepat di sebelah ruang operasi Mommy nya, Sean terpaksa harus menghentikan aksi Zelard sebelum dia menghambat waktu untuk Kikiy yang akan berakibat fatal nantinya.

Semuanya terdiam seakan bingung dengan keadaan yang saat ini sedang terjadi, Sean hanya termenung terduduk dilantai dengan rambut blonde nya yang sudah acak-acakan. Ayah nya berada di dalam membantu dokter yang tadi tiba-tiba keluar dan berkata kekurangan tenaga kerja.

"Hey Kikiy, gue tau lu kuat. Keluarga lu ada disini sekarang dan lu harus bangun, lu bilang kalo lu sembuh lu mau ajak gue jalan ke karnaval. Gue tunggu ya, janji harus di tepati kan Kikiy? Karena itu, lu kembali gak usah acara pergi-pergi nanti gue kangen hehe" Tentu saja gumaman lirih itu terdengar oleh yang lain sangking sunyinya tempat itu, membuat mereka menatap Sean yang acak-acakan.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah rusuh mengalihkan atensi mereka semua yang berada di sana, "Aku dengar Tante Renata dan Kikiy sedang di operasi? Aku datang kesini karena khawatir".

"Tau dari mana kamu kalau mereka di operasi? Sedangkan kami bahkan tidak menyentuh handphone kami barang sedetik pun".

Deg

Tbc

She's mine || KikiyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang