" Aku akan ikut denganmu."
Mataku melebar mendengar ucapan tiba-tiba Devian saat kami sedang sarapan bersama.
Tidak, tidak.
Aku masih ingat beberapa bulan yang lalu. Saat dia mencoba mengikuti ku di saat aku sedang mencari inspirasi mengenai lukisan terbaruku. Bukannya aku mendapat inspirasi, aku malah harus berusaha menghindar dari tatapan wanita yang terus menatapnya.
Selain itu, karena ia adalah model, banyak gadis-gadis yang mendatanginya untuk sekedar meminta foto dan tanda tangan. Walaupun waktu itu ia sudah menutupi wajahnya dengan topi dan syal, tetapi masih saja ada orang yang mengenalinya. mengajak devian bersamaku merupakan ide buruk. Aku tidak mau berurusan dengan para penggemar nya.
" Tidak usah." Ucapku tegas.
Aku mendorong piring yang isinya sudah tandas, melirik wajah devian sekilas. Wajahnya nampak terkejut. Apa segitu mengejutkannya kata-kata ku?
" Aku akan tetap ikut." Kata devian lagi.
Aku menghela nafas. Memang sulit sekali menolak keinginannya.
" Tidak perlu, aku bisa sendiri. Lagian, kau kan harus bekerja."
" hari ini Aku bisa libur." Balas devian santai sambil menata piring kotor bekas aku makan di atas piringnya. Hal itu tak luput dari perhatian ku. Memang setelah kami menikah, devian lebih banyak membantu pekerjaan rumah. Benar-benar sangat bisa diandalkan untuk ukuran orang seperti ku yang sedikit malas. Ya, hanya sedikit.
" Pokoknya kau tidak usah ikut." Kata ku lagi dengan nada yang tidak bisa di ganggu gugat.
" Mengapa aku tidak boleh ikut?" Bukannya memaksa ingin ikut, devian malah bertanya. Aku mengintip wajah bertanyanya dari sudut mataku.
Hah bukannya sadar apa yang telah dia lakukan sebelumnya, ia malah bertanya lagi. Apa dia pura-pura bodoh???
" Kau tidak ingat kejadian sebelumnya "
Devian tampak berpikir, dan setelah beberapa saat lelaki itu mulai mengangguk.
" Aku akan menyamar."
Buru-buru aku menggeleng.
" Tidak perlu, pokoknya tidak usah ikut. Fokus saja pada pekerjaan mu. Bye bye." Aku berdiri dengan terburu-buru, bisa saja dia akan mengintiliku." Tunggu."
Belum sempat aku berhenti, sebuah lengan kokoh sudah melingkar di perutku. Membuat langkahku mau tidak mau ikut berhenti.
Devian memeluk ku. Aku bisa merasakan nafasnya di tengkukku. Sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu. Aku berniat untuk memberontak.
" Kau melupakan satu hal."
Aku mengernyit. Apa yang kulupakan? Semua benda yang kubutuhkan sudah ku bawa. Tidak ada satupun yang tertinggal.
Aku bisa merasakan nafasnya yang semakin dekat dengan telingaku. Sejujurnya, ini benar-benar geli. Sebenarnya apa sih yang di lakukan devian. Jika ingin mengingatkan sesuatukan tidak harus memeluk ku seperti ini.
" Kau lupa menciumku." Bisik devian dengan sensual. Bahuku menegang, tanpa sadar bibirku menganga mendengar ucapan konyolnya.
Tiba-tiba devian membalik badanku untuk berhadapan dengannya. Detik selanjutnya, aku merasakan bibir lembutnya menempel di atas bibirku. Untuk seketika, pikiranku menjadi kosong. Devian dengan bebasnya memanfaatkan ke adaan. Ia terus saja bermain dengan bibirku. Aku sudah berusaha mendorong nya. Tetapi lelaki ini begitu kuat. Ayolah jika seperti ini, aku juga tidak bisa menahan godaan.
Devian menyudahi kegiatannya dan menatap ku dengan tatapan yang sulit ku artikan.
" Jika kau tidak mau mengajakku, aku akan terus mencium dan memeluk mu." Bisik devian sambil mengeratkan pelukannya.
Mataku membulat sempurna. Devian itu lelaki yang memegang teguh kata-katanya. Jika ia berkata seperti itu, dia pasti akan melakukannya. Mengenalnya selama beberapa bulan ini membuat ku semakin memahami sifatnya. kami menikah baru sebulan, tetapi sifat devian sangat berbeda jauh dari sebelumnya.
Aku menatapnya tajam. Sedangkan devian ia malah mengeratkan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya di atas kepalaku. Aku mencoba mendorong nya tetapi sulit sekali.
" Jangan bercanda, devian." Ucapku kesal.
Pelukannya sedikit melonggar, dan tiba-tiba wajahnya sudah berada tepat di depan wajahku. Jantung ku meronta-ronta, rasanya benar-benar panas.
Devian mengecup lagi bibirku. Kali ini temponya sedikit lebih cepat. Ia terus saja melumat dan bermain-main dengan bibir ku. Aku berusaha memekik ditengah ciuman kami. Dalam hati aku bertekad dengan sekuat tenaga untuk tidak membalas ciuman devian.
" Cu.....up."
Nafasku terengah-engah. Devian yang menyadari itu akhirnya mulai menjauhkan wajahnya dan menatapku dengan pandangan bertanya.
" Ya, kau boleh ikut." Ucapku sambil mengatur nafas.
Senyum puas devian tertera di wajahnya yang tampan. Membuatku ingin sekali menarik kata-kata ku. Devian melepas pelukannya dan selanjutnya membersihkan bibirku dengan ibu jarinya. Hal kecil ini membuat pipiku memanas. Huh, mengapa sikapnya bisa sangat berubah seperti ini? Aku hanya bisa menggelengkan kepala frustasi.
" Istriku sangat manis." Ucapnya sambil memamerkan senyum menggoda.
Huh, aku memalingkan wajah dan berjalan menjauhi nya.
" Cepat, nanti kita terlambat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband
RomanceKisah keseharian Odelia yang cuek dengan suaminya yang bucin. " Bye Devian. Aku pergi." " Aku ikut." " Tidak boleh!!! Ini sudah 3 hari kau bolos bekerja." " Pokoknya, sampai jumpa!." " Odelia, kau lupa sesuatu." Odelia yang berjalan cepat terhenti d...