4. His name Fatir

2.7K 122 5
                                    

[Aku akan menjemputmu sekarang. Tunggu aku.]

Sebuah pesan kembali masuk dari sebuah nomer yang mengaku bernama Fatir. Apa-apaan lelaki ini. Bahkan kami belum berkenalan dan belum membalas pesannya. Pemaksa!

Kuabaikan kembali pesan itu. Kaki sudah lelah berdiri. Ojek online yang kupesan belum juga tiba. Beberapa kali melihat jam yang melingkar di pergelangan. Sudah sangat terlambat. Ini waktunya membantu Ibu membuat kue.

Tiba-tiba sebuah mobil menepi. Seorang lelaki keluar dengan senyum mengembang. Langkahnya terburu untuk sampai di tempatku berdiri.

"Assalamualaikum, Zui?"

Siapa lelaki ini? Dari mana pria ini tahu namaku? Apakah dia ... Fatir. Menurut ustadz Saifuddin, dia orangnya hanif. Tapi kalau sampai berani ke sini dan seperti yang dikatakan akan 'menjemput', berarti dia ....

"Wa'alaikumsalam." Kutangkup ke dua tangan di depan dada saat ia mengulurkan tangan.

"Oh, maaf. Aku Fatir. Kita berangkat."

Kita? Kutatap penuh selidik pria dengan kemeja panjang ini. Tangannya mengayun mempersilahkan untuk naik ke mobil. Apa dia sudah gila.

"Aku?"

"Yah. Silahkan."

"Apa ini penculikan?"

Dia terkekeh. Satu tangan di pinggang dan tangan yang lain menyugar rambut ikalnya. Secara fisik dia terlihat sehat dan normal. Bahkan bisa disebut tampan. Maksudku, ya ... dia tampan. Tapi, mengajak seorang gadis untuk pergi bersama bahkan kami baru saja bertemu, itu gila.

"Ayo, lah, Zui. Aku sudah lama menunggumu."

"Maaf, aku tidak minta ditunggu. Jadi pergilah."

"Please, Zui. Please. Aku gak mungkin kan sekarang berlutut di sini dan memintamu untuk menikah denganku."

"Jangan gila. Kita bahkan belum saling kenal dan baru pertama kali ini bertemu."

"Ya, tapi aku sudah mengenalmu. Dan lagian bagaimana aku bisa mengenalmu kalau kamu tak memberiku kesempatan."

"Maaf, aku sibuk."

"Baiklah."

Lelaki yang mengaku bernama Fatir itu mulai menurunkan lututnya di tanah, orang-orang mulai memperhatikan kami, bahkan dua orang ABG yang lewat mulai berbisik-bisik.

"Oke. Oke. Aku mau. Berdiri Fatir ... cepat.
!"

Pria jangkung itu tersenyum puas. Kemudian berdiri membersihkan kedua celana panjangnya yang berdebu. Berlari ke arah mobil dan membukakan pintu untukku.

"Ciyeeeee ...." Dua anak remaja yang saling berbisik tadi bersuara.

Ya, Rob ... Kau kirim mahluk macam apa padaku hari ini. Bikin malu saja. Aku hanya mengerucutkan bibir saat pria tadi masuk ke mobil dan mulai melaju kendaraan.

Pandanganku lurus ke depan. Menguasai irama jantung yang berdegup dua kali lebih cepat. Ini pertama kalinya bagiku duduk berdua dengan pria asing. Rasanya lebih aneh dibanding menjadi obat nyamuk antara Medina dan Abid.

Dari ekor mata beberapa kali Fatir melihat ke arahku, lalu kembali fokus mengemudi.

"Ternyata kamu benar-benar keras kepala, ya." Fatir tersenyum di ujung kalimatnya.

"Udah makan." Aku hanya mengangguk. Orang betah lapar namanya sudah jam dua lebih belum makan siang.

Perjalanan serasa begitu lama. Entah ke mana pria ini akan membawa mobilnya. Aku terjebak dalam keadaan yang sulit, dan baru menyadarinya sekarang. Bagaimana kalau Fatir adalah orang jahat. Lelaki tak bertanggung jawab yang akan merenggut kehormatan gadis lalu membuang jasad setelah membunuh korbannya.

Pengantin Bayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang