Jadi Kamu? (Terima kasih sirupnya)

35 6 4
                                    

Lala diam sejenak, "jadi kamu?"

Duh gue harus ngomong apa nih? Kalau begini gue udah ketangkep basah, gak bisa menghindar.

Saat ini gue merasa seperti seorang ksatria gagah yang berada di pinggir sungai dengan arus tinggi dan dipenuhi buaya-buaya mabok hendak menuju tuan putri di ujung sungai lainnya.

Dengan sekuat tenaga gue, sang ksatria gagah memikirkan stategi agar bisa lolos dari kumpulan buaya-buaya mabok ditambah tolol yang membuat suasana ricuh. Gue sang kstaria gagah melihat kegelisahan di dalam diri tuan putri yang menunggu gue menyebrangi sungai.

"Jadi gini La... emmmm... " ucap gue ragu-ragu setelah berusaha membawa Lala jauh dari kebisingan orang-orang yang mulai tak karuan dan tak sadarkan diri dan makin menggila.

Hening. Lala menutup mulutnya dengan tangan kanan seperti tidak percaya. Matanya menatap tajam kearah gue tersurat suatu maksud meminta penjelasan dari gue.

"Jadi La, eumm gue ini... MAAFIN GUE YANG UDAH NGAMBIL SIRUP LU KARENA GUE PENGEN BUAT ALASAN BIAR LU BISA KELUAR RUMAH KARENA LU GAK SUKA IKUT ARISAN KAYA GITU!!!"

Ngegas. Seketika gue menjadi seorang rapper yang nge-rap dalam sekali tarikan nafas bak ijab kabul. Nafas gue habis sembari berharap-harap cemas. Telinga dan hati gue siap siaga menunggu Lala yang mungkin akan marah. Bodo amat deh. Niat gue juga baik.

"Ha... ha.. ha.. aduh Juny... ha ha ha"

Eh? Kok responnya beda sama apa yang gue takutin ya? Tawa Lala malah meledak lalu makin menjadi. Air mata mengucur dari ujung matanya yang belo. Asli, gue gak ngerti lagi ini gimana.

"Juny makasih loh... " Lala berusaha bangkit setelah tertawa menjadi-jadi dan mulai mengelap matanya yang berair. Gue yang gak mengerti dengan semua keadaan ini hanya menatap Lala dengan bingung. Kalau-kalau ini cuma pembukaan sebelum amarah besar.

"Aduh niat kamu bagus banget aku suka," mukanya merah padam "tapi caranya itu loh? Ha ha ha aku ga habis pikir aja ha ha ha.. "

"He he, habis gimana lagi La, kalau aku nyulik kamu nanti aku di marahin mamah kamu, ya udah ambil aja sirupnya, kelihatannya juga enak he he."

Tawa Lala menjadi lagi dan mulai menular ke gue. Entah kenapa geli aja. Lala terus menerus geleng-geleng kepala seakan tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

Saat tawa bahagia sedang meradang tak ada angin tak ada mendung, di bawah matahari yang terang di tengah hari tiba-tiba hujan langsung mengguyur lebat. Kami yang kaget langsung berlari ke dalam kios yang dipenuhi orang-orang sialan. Duh gue malu banget. Tapi untung udah jujur, jadi lega.

"Ini hujan beneran atau gara-gara minuman nih kita jadi berhalusinasi," celetuk Inok yang menatap keluar kios.

"Ini hujan beneran kok Bang," jawab Lala santai.

"Oh he he, makasih ya La minumannya," tambah Inok yang membuat gue terpatung, membisu, biru, mati tak bergerak. Malu gue, malu!

"Nge-fly kita jadinya." Tambah Wawan.

Lala mengernyitkan dahinya, "itu sirup biasa ko Bang, sirup BCD" jawab Lala

"Hah?!?!?" Seketika Gue, Jaka, Wawan, Inok, dan Bang Juna kompak kaget. "Sirup BCD?"

"Iya, sirup BCD mama dapet dari tante buat minuman acara arisan."

"HA HA HA, jadi lu semua nge-fly apaan hah?! Nge-fly sabun colek?" Tawa gue meledak sejadi-jadinya penuh sindiran saat tahu mereka gak jadi mabok.

Raut wajah kecewa jelas terpancar dari wajah-wajah manusia gagal mabok ini.

"Yee asem dah kita gak jadi mabok ini." Keluh Jaka.

Mungkin sebenarnya mereka tidak merasakan apapun setelah meminum sirup BCD ini. Mungkin kembung doang.

"Udah, udah diam kalian semua para rakyat yang kecewa," perintah bang Juna pada anak-anak gagal mabok yang masih terus berkicau mengeluh. "Untung aja kita gak jadi mabok, kan mabok itu gak boleh ya Neng Lala?"

Lala mengangguk-angguk setuju atas apa yang di ucapkan Bang Juna sembari menahan tawa. Duh manisnya.

20 menit mungkin telah berlalu. Lala duduk dibangku kasir, bersama kita-kita pegawai Kintjlong Laundry yang duduk di karpet. Keadaannya mungkin terlihat sepeti cerita dongeng 'Putri Salju dengan para Bangkong Sialannya.'

Wajah Lala berseri-seri menatap hujan yang mulai mereda. Bang Juna, Inok, Jaka, dan Wawan membentuk lingkaran bermain remi guna menghangatkan badan. Gue yang gak diajakin main duduk di sebelah bangku Lala.
Kalau sekarang dilihat kita bagaikan majikan dan babu setianya. Lala yang cantik, putih, belo, dengan rambut yang cerah panjang sebahu duduk dibangku ditemani gue yang hitam, kucel, gondrong, tapi ganteng duduk dibawah.

"Makasih ya Jun," Lala tak henti menatap hujan.

"Buat?"

"Sirup."

Ini Lala lagi gak nyindir gue kan? "O oh, itu mah harusnya juga gue yang makasih udah di kasih sirup sama kamu."

"Makasih, kalau gak ada kamu mungkin sekarang aku lagi cemberut aja dirumah dengerin ocehan-ocehan mereka yang pintar itu."

Gue bingung harus menjawab Lala atau sudah cukup sekedar mendengarkan. Takut salah gue.

"Lala juga pinter kok, tapi gak nyebelin kayak mereka hehe." Duh si Juny bego malah ngelantur.

"Tahu darimana aku pintar?"

"Kan gue suka liat Lala pulang sekolah bawa buku bertumpuk-tumpuk." Makin ngaco nih si Juny!

"Ah sotoy Juny mah, makannya kita kesekolah bareng biar tahu aku pinter atau engga." Jawab Lala yang seperti menyindir gue.

"S E T U J U !!!" Teriak Bang Juna keras sekali membuat keadaan yang semula hening mendadak berisik sekali. Dilanjut iringan tawa dan umpatan dari orang-orang yang kaget.

"Asu lu bos kaget nih gue!" Keluh salah seorang bernama Wawan.

Setelah itu hening cukup lama melanda. Saat hening begini gue takut Lala berubah pikiran dan malah benci ke gue yang udah nyolong sirup dirumahnya. Akhirnya gue beranikan membuka suara.

"Oh iya La, lu gak mau nelpon orang rumah? Takutnya nyariin." Ucap gue yang berusaha memecahkan keheningan.

"Gak usah Jun, aku gak mau ngerusak mood sendiri." Jawab Lala dengan tatapan kosong menghadap ke jalanan yang basah diguyur hujan.

Lala, orang yang baru banget gue kenal. Orang baik yang tinggal di samping rumah gue yang kini sedang terjebak hujan di kios. Tenang La, ada gue. Kalau lu gak suka bilang aja ke gue. Biar gue yang obrak-abrik tempatnya kalau lu gak bisa. Kalau lu suka sesuatu bilang juga ke gue. Biar gue yang ambilkan buat Lala.

Mulai hari ini. Setelah kejadian dan pengakuan yang kita lewati bersama. Secara resmi, gue anggap kita berteman.

Juny & LalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang