10. Egois

4.8K 484 64
                                    

Irene masih belum tahu dan belum yakin akan perasaan nya pada Lim, dia juga tidak mampu menerjemahkan perhatian Lim pada nya, karena urusan cinta, dia masih sangat awam, seminggu ini, hampir tiap hari Seoul diguyur hujan.

Lim berlari masuk ke rumah menghindari air hujan yang menyiram tubuh nya, dia menemukan sang istri berdiri dibalik pintu, menunggu oleh-oleh apa yang dibawakan oleh suami nya hari ini, Lim membuka tas nya yang basah lalu menyodorkan bungkusan kertas pada Irene yang menerima dengan tak sabar.

Lim berlari masuk ke rumah menghindari air hujan yang menyiram tubuh nya, dia menemukan sang istri berdiri dibalik pintu, menunggu oleh-oleh apa yang dibawakan oleh suami nya hari ini, Lim membuka tas nya yang basah lalu menyodorkan bungkusan kert...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gyeranppang" senyum Irene jadi semakin lebar, lalu lari masuk ke kamar nya begitu saja meninggalkan sang suami, Irene jadi seperti anak kecil jika Lim sudah membawakan sesuatu untuknya.

"Sepertinya dia lupa akan umur nya hyung" cibir Jenno sambil meminum susu hangat dicuaca dingin karena hujan itu, Lim terkekeh.

Ditempat lain

Jennie melamun di depan jendela kamar nya, menatap kosong pada air hujan yang jatuh menyapa tanah, ingatan nya kembali menerawang pada masa lalu, dimana setiap hujan turun, dia akan meringkuk dipelukan Lim dan menghabiskan waktunya hanya untuk bermalas-malasan, berbagi kehangatan dengan pria tercinta nya, tanpa sadar air matanya meleleh begitu saja, dia sangat menyesali kebodohan nya dulu, dan dia memahami keputusan Lim, karena jika keadaan berbalik pun, dia juga tidak akan memaafkan Lim.

Tok. . . Tok. . . Tok. . .

Ceklek

"Nona, anda ditunggu di ruang keluarga" beritahu seorang asisten rumah tangga dirumah keluarga Kim.

Jennie mengusap air matanya, dia segera keluar kamar menuju ruang keluarga, semua saudaranya menatap kehadiran Jennie dengan senyum mengembang.

"Duduklah sayang" sang eomma menepuk-nepuk sofa kosong disisi kanan nya, untuk sang putri yang tak membantah, Jennie duduk dengan wajah datar nya.

"Jennie-ahh" suara dalam dan lembut sang appa memecah keheningan.

"Tuan Lee mengirimkan lamaran pada appa untuk menjodohkanmu dengan putra nya" beritahu sang appa, semua mengangguk setuju dengan senyum antusias terukir dibibir masing-masing.

"Maaf appa, aku menolaknya" jawab Jennie lirih namun tegas.

"Sayang, kamu masih muda. . . " Taeyang mencoba membujuk dongsaeng nya.

"Tidak oppa, aku ingin menghukum diri ku sendiri, dengan begini, aku merasa lebih baik" Jennie beranjak meninggalkan ruang keluarga begitu dia menyelesaikan kalimatnya, tatapan semua keluarga Kim menjadi sendu, miris dan iba pada maknae mereka.

Di hari yang berbeda
Hujan turun dengan sangat lebat, jalanan sampai tak terlihat karena terhalang guyuran hujan, Lim pulang lebih dulu, dengan membawakan ubi manis hangat untuk sang istri, tapi yang dia dapati nihil, Jenno dan Irene belum sampai di rumah, selesai mandi, Lim duduk di ruang tamu, menunggu dua orang tercinta nya pulang, sampai lewat jam 6 malam, mereka belum pulang.

RagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang