Lim memangku bayi nya dengan senyum bangga terukir dibibir nya, sang istri duduk disebelah kanan nya.
"Oppa, kamu belum menamai putra kita" Irene mengingatkan sang suami, semua keluarga inti yang masih berada di rumah baru Lim pun ikut penasaran.
"Iya hyung, kamu harus menamainya" Mark ikut menimpali, Lim terkekeh.
"Bryan, namanya, pria kuat dan terhormat" jawab Lim lalu mengecup kening putra nya yang masih tertidur pulas.
"Okey, babby Bryan cepat lah besar, dan segera takhlukan gadis-gadis di komplek ini dengan pesona mu" goda Jenno sambil mengusap pipi keponakan nya dengan punggung jari telunjuknya.
"Kamu sendiri kapan punya kekasih?" Tanya Lim, membuat Jenno tertawa keki kena skakmatt dari hyung nya.
Setahun kemudian
Irene menjemput babby Bryan di rumah Sicca eomma sepulang kerja, mendudukan nya di jok belakang dengan bangku khusus, sang mama mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Babby rindu mama tidak?" Tanya Irene terus mengajak putra nya mengobrol, sang bayi hanya bergumam tak jelas.
"Sampai di rumah kita masak makan malam untuk papa ne" tutur nya lagi, dan babby Bryan hanya memekik.
Sesampai di rumah nya, Irene menggendong putra nya dan mendudukan nya di kursi makan khusus bayi lalu meninggalkan nya dengan beberapa mainan, saat sang bayi mulai merengek bosan, sang mama sudah selesai dengan masakan nya.
"Lapar ya" ucap Irene sambil mengangkat subuh sang anak dari tempat nya duduk, lalu membawanya ke ruang tv, memangku nya sambil memberi nya asi, tanpa sadar Irene pun terlelap.
"Papa pulang" seru Lim begitu memasuki rumah, tapi tak terdengar ada yang menyambut, rumah nya sepi, bahkan suara putra nya pun juga tak terdengar, dia mengerutkan kening nya curiga, saat hendak ke kamar, Lim mendapati sang istri tertidur di sofa dengan posisi memangku babby Bryan yang juga tengah terlelap, wajah nya memancarkan kelelahan, dia bahkan masih mengenakan baju kerja nya tadi pagi, Lim tersenyum trenyuh melihat pemandangan di depan nya.
Cup
Lim mengecup kening istri nya, lalu dengan hati-hati Lim mengambil babby Bryan dari pangkuan Irene, dan memindahkan nya ke kamar, Lim pun segera mandi dan kembali ke ruang tv, duduk samping Irene yang masih terlelap, Lim menarik pelan kepala sang istri untuk dia sandarkan di bahu nya, lalu menggenggam tangan kanan nya, Irene makin terlelap.
Sampai setengah jam kemudian
Irene terjengkit bangun, dia panik sang putra sudah tak di pangkuan nya.
"Ssttt. . . Hey. . . Hey. . . Tenang yeobo" Lim menyadarkan sang istri dari kepanikan nya
"Aku sudah memindahkan nya ke kamar" dia lalu merengkuh tubuh Irene kedalam dekapan nya.
"Setelah ini mandi lah, dan temani aku makan ne?" Pinta Lim, Irene mengangguk dalam pelukan Lim, rasa lelah nya menghilang oleh dekapan hangat suami nya.
Setelah berganti baju, Irene berjalan menuju meja makan menyusul sang suami.
"Apa itu oppa?" Tanya Irene sambil menuangkan air minum untuk Lim.
"Twigim" jawab Lim menyerahkan bungkusan nya pada sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragi
Aléatoirebagaimana rasa cinta bisa tumbuh diantara dua hati anak manusia yang bertolak belakang. Dan kenapa milih judul ragi, itu karena ada filosofi nya, nanti di end.