Irene menenteng botol teh hijau yang isinya sudah sedikit berkurang, membawanya ke ruang keluarga dengan wajah memerah karena marah.
"Siapa yang meminum teh hijauku?" Selidiknya terdengar menakutkan, semua mata menatap takut ke arah pintu tempat Irene berdiri.
"Unnie, Micky yang meminum nya, dia menangis ingin meminum teh itu, jadi aku menuangkan nya sedikit di gelas untuknya tadi" jelas Tzuyu putri bungsu keluarga Kim.
Brak
Irene membanting botolnya, membuat semua terjengkit kaget termasuk Micky, bocah berusia 3 tahun itu terjengkit di gendongan Mark sang ayah, padahal dia sedang tertidur.
"Ganti!" Bentaknya lalu pergi meninggalkan ruang keluarga menuju kamar nya dan membanting keras saat menutup pintu.
Mark menyerahkan putri nya pada sang istri, dia hendak pergi membeli teh hijau untuk kakak ipar nya, padahal diluar sedang hujan deras, Tzuyu juga tak tega membiarkan sang suami keluar sendiri disaat seperti ini.
"Ayo aku temani, aku butuh kopi untuk menyelesaikan pekerjaanku malam ini" bohong Yoong yang sebenarnya tak tega juga dengan Mark.
"Aku ikut, stock pringless ku habis" bohong Seulgi.
"Ya ya ya, kalian semua pergilah, jangan lupa belikan aku soju" pesan Daniel pada saudara laki-laki nya yang lalu mendapat tatapan tajam dari para perempuan yang ada diruangan itu, merasa terancam Daniel berlari menyusul hyung dan dongsaenya, ikut bergabung pergi ke supermarket ditengah hujan deras.
Kim Taeyeon memijat pelipisnya, pusing memikirkan anak gadisnya yang seperti api, selalu dalam kobaran amarah meski hanya masalah sepele.
"Daddy, lakukan sesuatu, rumah ini rasanya seperti di neraka dengan sikap dan sifat Irene yang seperti itu" keluh Seohyun, putri tertua Kim Taeyeon.
"Daddy tidak khawatir dengan perkembangan cucu-cucu daddy yang tumbuh dalam rasa takut dan tertekan?" Tzuyu ikut menimpali keluhan unnie pertama nya.
"Pikirkan jalan keluarnya Tae, kamu kepala keluarga dirumah ini" Tiffany ikut mendukung keluhan putri-putrinya.
"Aku belum menemukan ide apa-apa" Kim Taeyeon pun juga merasa putus asa, sebagai orang tua, dia juga ingin menegur sang putri, tapi dia merasa diusia Irene yang sedewasa itu, sudah tak pantas jika masih harus merasakan teguran dari daddy nya.
"Kalau daddy tak kunjung bisa menemukan jalan keluarnya, biar kami yang keluar dari mansion ini" ancam Tzuyu kesal
"Jangan begitu sayang, kalian tega membiarkan daddy dan mommy kesepian di mansion sebesar ini?" Melas Kim Taeyeon.
"Daddy sendiri juga tega pada kami" sungut Tzuyu, dan Kim Taeyeon hanya bisa menghela nafas.
"Kita akan pikirkan masalah ini bersama-sama Tae" Tiffany sang istri akan selalu ada untuk menyemangati Kim Taeyeon.
Selama tiga tahun menduda, Lim berubah menjadi orang yang gila kerja, bahkan di hari libur nya pun dia lebih memilih untuk bekerja.
"Hyung, ambil lah libur, kita pergi bersama, aku rindu kebersamaan kita dulu hyung" mohon Jenno saat keduanya sedang bersantai di depan tv sehabis makan malam.
"Dengarkan kata dongsaengmu Lim, jangan terlalu memforsir tubuhmu, bekerja keras itu boleh, tapi pikirkan juga dengan kesehatanmu, kamu juga butuh hiburan" tambah Yul appa sambil meminum kopi buatan Sicca eomma.
"Baiklah baiklah, lusa hyung akan ambil libur, dan kita pergi bersama" Lim menuruti kemauan dongsaeng satu-satu nya itu.
Sementara ditempat dan waktu yang berbeda
Kim Taeyeon mengunjungi kantor Choi Sooyoung besan sekaligus sahabatnya, dia nampak meluruhkan tubuh pendek nya di sofa ruang kerja milik Sooyoung.
"Ada apa dengan wajah tak bersemangatmu itu Kim?" Tanya Sooyoung dari balik meja kerjanya tanpa berniat untuk menyambut tamu nya itu.
"Aku punya masalah Soo" keluh Kim Taeyeon.
"Setahuku masalahmu itu hanya satu Kim, apalagi kalau bukan tentang tinggi badan" ejek Sooyoung disertai tawa tengil nya.
"Sialan, aku serius Soo" umpat Kim Taeyeon kesal.
"Ok, aku mendengar nya" nada bicara Soo berubah serius, dia menyusul Kim dan duduk di hadapan sahabatnya itu.
"Tentang putriku, Irene" Kim Taeyeon mulai bercerita.
"Oh, putri keduamu itu, masalah apa lagi yang dibuatnya?" Tanya Soo yang memang sudah paham dengan karakter putra dan putri keluarga Kim.
"Masih sama, dan saudara-saudaranya mulai tidak kerasan tinggal bersama ku karena sifat Irene, Soo" adu Kim Taeyeon.
"Ku rasa aku punya ide untuk membuat putrimu berubah Kim" sahut Sooyoung
"Ide apa Soo?" Kim Taeyeon berubah semangat, dia lalu menegakan tubuh nya untuk lebih serius menanggapi obrolan nya dengan sang sahabat.
"Carikan dia suami" jawab Soo santai
"Itu dia masalahnya, semua putra dan putri ku yang lain menikah dengan pilihan nya sendiri, sedangkan Irene belum pernah mengenalkan pria mana pun pada ku, bagaimana kalau dia menolak, bagaimana kalau dia marah?, aku khawatir amukan nya akan berpengaruh pada saudaranya yang lain Soo" cemas Kim Taeyeon.
"Ck, apa iya aku juga harus mengajarimu bicara pada anak mu sendiri Kim? Yang benar saja" keluh Soo yang kemudian berjalan menuju sudut ruangan tempat kulkas nya berada, lalu mengambil minuman dingin untuk dia suguhkan pada tamu dan diri nya sendiri.
"Ku pikir kenapa Irene bisa bersikap demikian, itu karena dia kesepian Kim, semua saudaranya sudah menikah, hanya dia yang belum, padahal usia nya sudah kelewat matang, dia melampiaskan rasa cemburunya dengan menjadi sosok yang keras" ujar Soo
"Menurutmu begitu Soo?" Tanya Kim Taeyeon untuk meyakinkan ucapan sahabatnya itu.
"Dari yang ku perhatikan, seperti itu, karena dulu dia tak begini" jawab Soo
"Padahal putriku tidaklah buruk, dia cantik, kenapa tak ada yang mau dengan nya" gumam Kim Taeyeon lirih, tak tahu apa yang terjadi putrinya.
"Yang menakutkan dari putri mu itu adalah marga di nama depan nya" jawab Soo memutar malas kedua matanya.
"Hah?" Kejut Kim tak mengerti
"Jangan pura-pura lupa diri, pemuda mana yang berani melamar anak gadis seorang Kim Taeyeon, pengusaha yang cukup disegani, yang keturunan nya sukses di usia muda mengikuti jejak daddy nya" beber Sooyoung.
"Padahal aku tak mengharuskan yang menjadi menantuku adalah orang kaya dan sukses lho Soo" tutur Kim
"Yak, siapa yang tahu isi hati dan kepala mu Kim" kesal Soo, Kim Taeyeon terkekeh.
"Aku tak peduli dia berasal dari mana, asal dia mencintai dan bertanggung jawab pada putri ku, itu sudah cukup" tutur Kim
"Baiklah, aku tahu maksud mu, aku akan membantumu, jika ada kabar bagus, aku akan langsung menghubungimu" tanpa di minta Soo akhirnya mau membantu Kim Taeyeon.
"Aku pamit Soo, trima kasih untuk bantuanmu" pamit Kim sambil menepuk bahu kanan Sooyoung.
"Tak harus kaya kan Kim?" Lagi Sooyoung bertanya sebelum tamu nya pergi, Kim Taeyeon menghentikan langkahnya, menoleh pada sang sahabat.
"Tak harus kaya Soo, asal dia mampu menjaga dan membahagiakan putri ku" jawab Kim Taeyeon yakin sambil tersenyum hangat lalu pergi meninggalkan kantor sahabatnya.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragi
Nezařaditelnébagaimana rasa cinta bisa tumbuh diantara dua hati anak manusia yang bertolak belakang. Dan kenapa milih judul ragi, itu karena ada filosofi nya, nanti di end.