part 9

5.1K 236 4
                                    

#Istri_Mudaku
(9)

"Jangan, di sini saja. Ini perintah suami," ucapku sembari memejamkan mata.

Tidak sempat bereaksi gadis itu terpaku di tempatnya. Setelah itu aku tak ingat lagi apa yang terjadi? Mataku benar-benar berat, hingga kehilangan kesadaran dan pergi ke alam mimpi.
______

"Gus sangat tampan. Hatiku jadi tak karuan."
Kudengar suara itu pelan, saat mata mengerjap badanku telah tertutupi selimut. Hem, itu tadi pasti mimpi.

Diam-diam gadis bawel itu perhatian.

Melihat pada jam dinding, menunjukkan pukul 22.30 WIB. Dingin sekali hawa ruangan ini. Ketika bangkit, kulihat gadis itu tengah tidur di bawah. Selimut sama sekali tidak menutupi bagian tubuhnya. Dia pasti tidur seperti kipas angin, berputar tak karuan. Sampai benda di sekitarnya berserakan. Dasar bocah.

Karena malam terasa sangat dingin. Takut ia masuk angin dan membuatku repot -iya, takut repot. Apalagi?- kuangkat gadis itu ke atas ranjang. Lalu gantian menyelimuti tubuhnya, sebagai balas budi karena ia tadi menyelimutiku.
Jantung ini lagi-lagi berdegup tak karuan, saat ia ada di gendongan. Lebih lagi, saat pipi mulusnya hanya beberapa senti dari wajahku saat kuletakkan ia dengan kepala persis di atas bantal. Membuat sulit fokus.

'Manis juga kamu Zee. Kalau saja saat bangun kamu juga semanis ini.'
Sayang, ia hanya terlihat manis ketika tidur. Aku pun kembali tidur mengambil alih tempatnya di bawah, menghadap gadis itu. Dengan melihat ke atas, aku seperti menikmati pemandangan indah. Astagfirullah kenapa ini?

Tak ingin berlama-lama memandangi wajah ayu nan ranum di atas ranjang, kutinggalkan ia tidur kembali.

Begitu terbangun untuk kedua kalinya, gadis itu masih terlelap.
Apa dia sangat lelah? Tapi lelah untuk apa? Jangankan melayani, menyentuhnya pun aku enggan.
Bergegas mengambil air wudhu. Rupanya ia ikut terbangun begitu aku masuk kamar kembali, sepertinya derit pintu yang membangunkannya.

"Anti bangun?"

Gadis itu mengangguk berat. Ia pandangi tubuhnya yang berpindah tempat. Sebelum membahas banyak hal yang membuatnya besar kepala dan aku canggung segera kuminta ia mengambil air wudhu juga.
"Cepatlah ambil air wudhu. Aku lupa belum mendoakanmu semalam."

"Doa apa Gus?"

"Doa apalagi? Tentu saja doa pengantin baru."

"Apa? Apa kita akan melakukan?"

mendengar pertanyaan polosnya mambuatku sontak terkekeh. Ya Allah apa doa pengantin baru itu cocok untuk kegiatan tertentu?

"Aku serius." Zee mulai tak sabar.

"Ckck. Kecil-kecil mesum juga ya anti. Hahaha," tawaku keras. Bersamanya rupanya membuat urat-urat diwajahku terus tertarik.
"Doa itu untuk meminta kebaikan dari kebaikan mempelai dan berlindung kepada Allah dari keburukan sang wanita. Apalagi wanitanya seperti anti. Bahaya kalau gak didoakan."

"Astagfirullah." Zee mengucap pelan. Kalimat itu pasti manjur membungkamnya. Entah ia merasa malu atau direndahkan. Tak lagi membahas, lalu pergi ke kamar mandi mengerjakan apa yang ku perintah.

_____________________

Setelah berpamitan, aku membuka pintu belakang mobil. Sedang
Zee berjalan meletakkan tas di kursi belakang, melaluiku, membuka pintu depan dan duduk di sana. Heran. Namun, setelah melihat keluarga Zee yang melihatnya dengan ekspresi penuh tanya, aku paham dan segera menutup pintu mobil lalu duduk di kursi kendali di sebelah gadis itu. Kami lalu melambai yang dibalas lambaian tangan pula oleh keluarga Zee.

Di perjalanan Zee melancarkan aksi bawelnya, bicara dan bicara.
"Gus, apa tidak apa-apa wanita yang sudah menikah sekolah di pondok."

"Ya, mereka memiliki kebijakan itu. Lagian anti kan sekolah pondoknya. Kalau negri nanti ngurus paketnya saja."

Istri MudakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang