Part 12

4.8K 254 16
                                    


Sampai di bandara dan bertemu tiga orang itu, kami pun saling mendekat. Wanita bercadar itu masih diam, hanya sesekali matanya menyipit, sepertinya ia tengah tersenyum.

'Astagfirullah.'
Kutepis segala rasa yang pernah bersemayam di hati untuknya. Hatiku kini telah ada pemiliknya, selain Rabb dan ummi, dialah Zee gadis belia yang baru ku nikahi beberapa hari.

"Kenapa ada tas besar?" tanyaku pada Kang Jalal, ia berdiri di ujung dua gadis yang berdiri di sampingnya.

"Em, ini Syifa, Gus." Lelaki dengan setelan koko dan celana sejengkal bawah lutut itu menjawab.

Kusipitkan mata, tanda ingin jawaban lebih darinya.

"Tenang aja, Gus. Syifa sudah saya nasehati. Hehe." Adik Kang Jalal menyahut. Mendengar ucapan gadis di sampingnya, wanita dengan cadar dan baju terutup sempurna berwarna dusty ungu itu menyikut sepupunya.

"Maksudnya?" Aku bertanya ragu.

"Em, afwan Gus. Ana tadinya mau ikut lanjutin S2 ke Malaysia. Tapi setelah ditimbang-timbang, sepertinya nanti saja. Sepertinya waktunya gak tepat jadi ana milih ngajar di pesantren temen saja." Syifa menjelaskan. Meski aku melihat ke arahnya, gadis itu menjaga pandangan dengan melihat ke bawah. Baguslah jika ia mengerti batasan itu. Dan bagus juga jika ia mengurungkan niatnya ikut bersamaku. Bisa-bisa naluri lelakiku tergoda dan lupa tujuan awalku pergi ke negeri Jiran.

"Em ...." Aku manggut-manggut mendengarnya.

"Ana akan jadi calon yang baik," sambung gadis itu lagi.

Tidak ingin larut dalam ucapannya, aku berjalan melewatinya menuju petugas bandara yang telah menunggu.
Kini pasti ia tidak menyangka seorang Fatih akan mengabaikannya. Dan aku tidak peduli. Keberadaan wanita itu telah jadi beban tersendiri.
"Kang terimakasih," ucapku pelan pada Kang Jalal begitu sampai di pintu. Syifa masih bergeming di tempatnya.

___________

Sudah seminggu ada di rumah yang kusewa dekat universitas, perasaan rindu menjalar di hati pada gadis itu. Ah apa benar ini rindu? Bisa-bisanya aku jatuh cinta pada anak labil seperti Zee. Tidak mungkin. Ini pasti hanya efek melihat romantisme mahasiswa yang bergandengan dengan istri mereka berlalu lalang. Tanpa sadar aku kesal pada mereka dan mengucap, "Ish, kaya kalian saja yang punya istri aku pun punya istri."

Lucu jika ingat tingkah sendiri.

Mengusir perasaan tak enak yang kebanyakan orang menyebutnya rindu, kuputuskan menghubungi Ghazali. Sekedar menanyakan kabar gadis itu.

"Assalamualaikum. Khi," ucap Ghazali dari ujung telepon.

"Waalaikumsalam."

"Em. Pasti mau tau kabar istri tercinta ya? Hehe." Tawa renyah Ghazali terdengar.

"Bisa aja. Cuma pengen tau kabar dan perkembangan gadis abege itu."

"Hem. Bilang saja hati beku sang pangeran sudah dicairkan gadis abege yang katanya labil dan slengehan itu. Hahaha."

"Yah. Terserah deh."

"Alhamdulillah. Kata istri ana gadis itu terlihat betah-betah saja. Tidak ada yang aneh. Hanya saja, kelihatannya agak tidak bersahabat dengan ustazah baru di pesantren ini."

"Ustazah baru?" Hal yang membuatku heran, apa mungkin Zee gadis seperti itu. Rasanya aku belum pernah dengar dia bermasalah dengan teman santri atau ustazah, apalagi ini baru dikenalnya.

"Iya, dia dari pesantren antum?"

"Apa?"

"Iya. Wanita bercadar lulusan mesir. Kebetulan sepupu istri ana ini kenal dekat dengannya."
Ghazali menyebutkan, ia seperti tengah mengingat sesuatu. "Oh, ya Allah. Apa mungkin wanita bercadar itu calon istri antum sebelumnya, Khi?"

"Syifa?"

"Iya betul. Ustazah Syifa."

Aku meniup berat. Apa tujuan Syifa ada di pesantren itu? Jelas-jelas Zee ada di sana, dan ia pasti tahu dari Kang Jalal. Adakah yang direncanakannya?

"Khi!" Ghazali mengangetkanku.

"Hem. Ya? Maaf Khi."

"Sebentar, biar enak kita VC an saja ya. Ini ana sudah di depan gerbang putri."

"Loloh, buat apa?" tanyaku heran. Ini orang pasti berbuat hal yang nggak-nggak. Usil seperti biasa.

Bukannya menjawab, Ghazali mematikan ponselnya lalu memanggil lewat App VC.
Setelah kuangkat benar, rawa-riwi santriwati terlihat dari kejauhan. Tidak lama sosok istri Ghazali ada di sebelah suaminya yang tengah tersenyum padaku.

Tangannya melambai.
"Ukhty Zee kemari!" serunya pada seorang santri. Sepertinya ia sudah mengutus seseorang memanggil istri mudaku itu.

"Yah, kemarilah. Ini ada yang kangen berat," ucap Ghazali pelan, namun sengaja mengucap ke arahku menggoda agar aku mendengarnya.

Ck. Ada-ada saja. Apa yang akan aku katakan pada gadis itu? Masa iya mengucap, "Zee suamimu ini kangen."
Ah, yang benar saja.

BERSAMBUNG

Novel dari tulisan yang tak kalah bikin baper dan mengandung hikmah:

1. Dilamar Anak Kyai (85.000)
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=118037159379327&id=100035191304256

2. Ketikung Anak Kyai (89.000)
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=125350035314706&id=100035191304256

3. Kontrak Pernikahan dengan Gus (85.000)
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=137507524098957&id=100035191304256

Paket Murah 200.000 untuk 3 novel (DAK, KAK dan KPDG) sampai tanggal 15 Sept.

4. Ahlan Wa Sahlan Angeline (99.000/ PO 79.000)
https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=2552804764781399

5. Cinta Di Sekolah Jingga dari CB #Riuh_Tawa_di_Gudang_Tua (part 1-end/ novel 70/ po 60k)
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=145967959919580&id=100035191304256

#Paket 3 Novel 190k sampai 15 Sept. CDSJ,  Angeline, dan KPDG

Semua masih bisa dipesan dengan harga PO hingga tanggal 15 September. InsyaAllah ready minggu ini dan siap kirim. (Stok terbatas)

PEMESANAN
https://wa.me/6285248526598

Istri MudakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang