Part 14

4.8K 248 8
                                    

#Istri_Mudaku
(14)

Gadis itu mendongak. Diam beberapa saat seperti tak percaya dengan apa yang dilihat.
"Joo?"

"Joo?" tanyaku padanya. Namun, ia tidak mendengar ucapanku. Perhatiannya hanya ke depan sana.

"Hai Zee." Suara berat khas seorang remaja terdengar setelahnya.

Seorang ikhwan? Bagaimana dia berani mendekati akhwat di lingkungan pondok. Apa mereka saling kenal?

"El-lo ngapain di sini?"

"Hem." Tawa kecil lelaki itu terdengar olehku.
"Hanya ingin menyapa teman lama. Apa salah?"

"Salah, Joo. Ini bukan tempat bertemunya laki-laki dan perempuan bukan mahram," jawab Zee dengan nada ketus. Terang dia tidak menyukai keberadaan pria di depannya. Aku suka melihat gayanya saat berhadapan dengan laki-laki, dengan begitu tidak ada yang perlu kukhawatirkan dari pertemuannya dengan lelaki aneh itu.

"Oya. Aku lupa. Tapi aku hanya ingin menyapa sebentar."

"Sudah Joo. Pergi aja lo! Kalo gak gue bisa kena masalah?"

Masih kudengar percakapan mereka, membiarkannya agar mengetahui siapa pria itu sebenarnya.

"Hemh. Kamu masih sama seperti dulu Zee. Sama halnya perasaanku."

What! Perasaan? Apa maksudnya? Apa dia itu mantan dari istriku? Ah, bukannya pergaulan di luar sana memang bebas. Jangan-jangan Zee juga sudah tidak .... Aku menggeleng, kutepis pikiran yang bagian dari suudzon itu. Banyak orang baik di dunia ini karena fitnah mulut-mulut orang jahil, karena para pendengarnya tidak berpikir tabayyun lebih dulu.

"Sekarang kamu terlihat lebih anggun, Zee. Tapi ... masih sama ketusnya," sambung pria yang disebut Joo itu lagi.

Zee beringsut. Apa yang sebenarnya pria itu lakukan? Tak lama gadis itu bangkit dari duduknya seperti ketakutan. Tidak salah lagi, mereka pasti pernah kenal dekat.

"Zee!" seruku lewat ponsel yang kugenggam. Mendengar ku, spontan ia menoleh. Masih dalam situasi bingung karena fokusnya pada orang aneh di depannya.

"Ehm. Ya Gus. Ini ada yang minta diberi pelajaran."

"Apa?"

"Aku matiin ya, Gus."

"Eh ... jangan!!" Aku melarangnya, bisa-bisa aku tidak tahu apa yang terjadi. Walau bagaimana dia istriku. Tidak boleh ada rahasia.

Belum sempat aku menjawab, suara itu kembali muncul. Tapi setidaknya dia tidak mematikan ponselnya.
"Apa itu suamimu? Oh jadi benar kamu udah nikah, Zee? Tapi kenapa kamu dikurung di sini? Apa dia tidak menginginkan mu?"

"Diam lo, Joo!" Zee terlihat garang.

"Ehem. Ada apa ini Zee?"
Suara seseorang yang lain mendekat, dan aku kenal suara itu. Syifa.

"Em, tante. Ehm. Maksud ana ustazah. Ini ...." Zee menjawab tergagap. Kali ini aku tidak bisa melihat ekspresinya karena ponsel dalam kondisi digenggam di belakang tubuhnya.

"Anti suka sekali cari masalah, Zee. Soal anti dengan Gus saja anti belum bisa jelaskan ke ana. Sekarang sudah ada ikhwan lain lagi. Anti selingkuh?!"
Nada suara Syifa sangat tidak enak didengar. Kasihan Zee. Sebenarnya apa yang terjadi antara dirinya dan pemuda itu?

Kugeletakkan ponsel tanpa mematikannya, toh aku tidak bisa melihat mereka sedang apa. Tapi ini masih lumayan karena bisa mendengar percakapan orang-orang di ujung telepon sana.

"Duh ... ini orang siapa, sih? Dateng-dateng nyolot?"
Suara pria yang tadi menimpali.

"Gini, ya. Tante. Ana gak seburuk yang tante persangkakan itu. Selama ini ana hormat karena anti ustazah ana, tapi kalau anti gak bisa menghargai ana sebagai istri Gus, maaf saja ana juga gak bisa hormat." Suara Zee menyahut apa yang Syifa tuduhkan padanya. Anak itu memang berani. Yang ia katakan ada benarnya. Seseorang tidak boleh dengan mudah mudah menghakimi orang lain, lebih-lebih tuduhan selingkuh. Ck. Syifa bikin ilfeel saja.

Tidak ada balasan dari Syifa.

"Dan lo, Joo. Sudah cukup lo ganggu gue. Setelah apa yang lo lakuin ke gue. Mana bisa kita berteman seperti dulu. Lagipula, wanita tidak boleh bergaul bebas dengan non mahramnya. Permisi! Silakan kalian lanjutkan." Suara langkah Zee terdengar. Bagus jika dia meninggalkan dua orang itu.
Tapi aku masih penasaran tentang Joo, apa yang dilakukannya pada istriku di masalalu sampai gadis itu tidak mau berteman lagi.

"Zee ... kamu harus sadar. Jangan terjebak dalam kehidupan yang mengekang seperti sekarang. Aku tau pria itu tidak mencintaimu!" Suara pria itu setengah berteriak. Ah, apa aku salah mengambil jalan ini, sampai ada orang lain berpikir Zee semenderita itu.

"Hei, ada apa ini?" Suara laki-laki dewasa ada di antara mereka. Namun, semakin menghilang. Hanya kudengar suara desahan napas panjang dari gadis yang membawa ponsel dan terhubung padaku.

"Zee! Zee!" Kupanggil ia dengan suara lebih keras. Tak lama ponsel diangkatnya kembali, terlihat wajahnya tertekuk.

"Gus."

Aku menghela napas panjang karenanya.
"Ada apa sebenarnya?"

Ia menarik napas lagi. Tak lama sebuah senyuman tipis yang dipaksakan terlihat di bibirnya.
"Aku ga papa, Gus. Gus konsen kuliah aja. Soal Joo kapan-kapanakan aku ceritakan."

Aku masih memperhatikan ekspresi datar nya.

Tak lama bibirnya mencebik. "Juga soal tante Syifa yang nyebelin, tapi aku gak papa kok. Aku kuat."

"Zee. Memangnya apa yang Syifa lakukan?"

"Gak ada Gus. Maklumlah. Kalau aku jadi dia pasti juga kesel sama istrinya Gus yang baru. Hehe. Udah ya. Aku mau balikin ponselnya."

"Tapi ...."

"Assalamualaikum."
Tut .... Ponsel mati.

"Huft." Aku meniup berat. Semoga semua baik-baik saja Zee.

BERSAMBUNG

Novel dengan kisah sebelumnya stok ready yes.😍
Harga 85rb.

Pemesanan :
Inbox/ https://wa.me/6285248526598

BERSAMBUNG

Novel dengan kisah sebelumnya stok ready yes.😍
Harga 85rb.

Pemesanan :
Inbox/ https://wa.me/6285248526598

Istri MudakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang