"Ayolah, aku benar-benar tak tahan. Kapan kita bisa liburan?" Ethan ingin berdua menghabiskan waktu setidaknya beberapa hari dalam satu minggu. Tapi nyatanya Clara sangat sibuk dengan kegiatannya.
"Apa itu liburan Ethan?" Tanya Clara tanpa melepaskan perhatiannya pada ponselnya.
"Liburan itu bersenang-senang."
"Ya, tepat sekali. Dan bekerja itu membuat ku senang, itu sudah melebihi liburan bagi ku."
Entah siapa yang bodoh dan dibodohi. Untuk menghabiskan waktu berdua? Ayolah Ethan telah mendapatkannya melebihi porsi, pria itu bahkan bisa muncul mendahului matahari pagi, menyelinap ke dalam mansion hingga membuat Clara terpaksa memulai sarapan bersama. Apalagi Ethan sudah seperti supir merangkap pengawal dua puluh empat jam, Clara bosan dan sekarang pria itu merajuk ingin dimanjakan? Yang benar saja, terlalu lama bersamanya mungkin akan membuat rambut Clara memutih sebelum waktunya.
"Ini jadwal ku." Clara memberikan satu buah dokumen berisi jadwal-jadwal kegiatannya selama sepekan.
Ethan membukanya dengan satu tangan sedang satu tangannya lagi untuk menyetir. Dibacanya tanpa minat, sebuah susunan yang tertera waktu, lokasi, dan kegiatan yang telah tersusun rapi. Tidak ada satu pun waktu luang.
"Aku sengaja memberikannya pada mu jadi aku tak usah repot-repot menjelaskan. Jika kau telat menjemput ku, aku akan pergi sendiri."
Satu hal yang tak pernah berubah dari Clara, dia selalu tahu bagaimana cara menaikkan emosi Ethan dengan cepat.
"Aku bukan supir mu." Ucap Ethan.
"Jadi berhentilah menjadi supir ku, tak ada yang memaksa mu menyetir untuk ku." Tandas Clara.
"Kau juga bukan pengawal ku, jadi berhentilah mengikuti ku. Bisakah kau melakukan hal itu Ethan Gracious.?"
Ethan menyunggingkan senyum sinisnya mendengar Clara dengan sengaja menekan kalimat terakhir bermaksud mengejek.
Ia suka saat Clara seperti ini, wanita pemberani, keras kepala, dan memiliki arogansi yang tinggi.
"Kau benar-benar menguji ku ternyata. Kau tahu selama ini tidak ada orang yang mengucapkan satu kata saja yang tidak menyenangkan pada ku. Kau tahu karena apa? Karena sebelum itu terjadi aku sudah mengelupas bibir mereka dari tempatnya hahaha."
Deg!!
Bulu roma Clara merinding mendengar tawa setan Ethan. Ethan begitu lepasnya tertawa seakan apa yang ia tertawakan ada hal yang lucu.
Begitu tawanya mereda Ethan melirik Clara yang juga melihatnya. Apa Ethan akan mengelupas bibirnya? Astaga hawa panas mulai menyelimuti udara di dalam mobil walau angin malam terus mengalir melalui kaca mobil yang terbuka lebar.
"Kau harus di hukum."
Clara menelan salivanya sendiri begitu Ethan menghentikan mobil ditepi jalan sepi, secepat kilat tanpa apa-apa Ethan mencengkram pundak Clara dan menariknya.
Ya, Ethan memang melakukan sesuatu pada bibirnya tapi bukan mengelupas melainkan meraupnya kasar. Dan ini ciuman Ethan terkasar yang pernah Clara terima. Walau Ethan memang memiliki gaya ciuman yang kasar tapi Clara selalu dapat merasakan ada sebuah rasa yang tersampaikan melalui ciumannya.
Pasokan udara mulai menipis, sudah sedari tadi Clara memberontak tapi dorongan dipundak Ethan semakin melemah karena rengkuhan itu terlalu kuat. Clara sudah hampir menangis, ia tak pernah selemah ini dan tak pernah menunjukkan sisi lemahnya pada siapa pun. Beruntunglah Ethan melepas pagutannya sebelum Clara benar-benar menumpahkan air matanya.
"Kau jahat."
"Terima kasih atas pujiannya. Syukurlah bibir mu tak sampai berdarah, walau sekarang ini aku merasa bergairah untuk bermain dengan cairan yang membuat ku gila itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna Die (Complete)✓
Romance"Karena mengenal mu, membuat tujuan hidup ku menjadi dua kalimat 'mencintai mu' dan 'memiliki mu'." ~Ethan Gracious~ "Aku takut, cinta yang diawali oleh rasa sakit akan juga berakhir menyakitan." ~Clara Evelyn Razita~ "Aku muak mencintai dalam diam...