Clara sedang berbelanja disalah satu mall mewah, akhirnya hasratnya untuk berbelanja terpenuhi. Shopping day benar-benar menguras tenaga, ketika melihat paper bag nya sudah sedikit kesusahan untuk ia bawa sendiri dirinya memutuskan pulang. Clara menaiki eskalator, memandangi orang-orang yang berlalu lalang ditempat itu. Hatinya menyeruak akan hidup baru yang selalu ia syukuri.
Bukan Clara namanya jika tak pergi sendiri, mobil merah kesayangannya sudah menunggu didepan sana. Sebelum membuka mobil seorang pria terburu-buru menuju ke arahnya hendak memegang tangan Clara sebelum tangan kekar lain menghentikannya. Orang-orang Steve hampir saja keluar dari persembunyian jika Steve tak datang tepat waktu.
Clara berbalik, sejenak udara disekelilingnya menghilang namun ia sadar hal ini cepat atau lambat akan terjadi. Bertemu dengan orang yang seharusnya tidak pernah ada dalam hidupnya.
"Clara..." Clara mengeratkan pegangannya pada tali paper bag yanh ia pegang ketika mendengar namanya keluar dari mulut Ethan. Pria itu tampak lebih kurus, ditambah warna hitam dibawah mata.
"Clara aku mencintai mu." Ethan berusaha melepaskan cekalan Steve, tapi malah dirinya terdorong kebelakang.
"Cinta? Bahkan ibu yang melahirkan mu tidak memberi mu cinta. Kau tumbuh tanpa cinta dan kasih sayang. Selain membunuh kegiatan apa yang kau cintai huh? Monster seperti mu mungkin ditakdirkan untuk tidak dicintai dan mencintai, jangan membuat ku muak dengan kata-kata mu karena kau tidak tahu apa-apa tentang cinta. Karena kau bukan manusia kau monster. MONSTER. Manusia macam apa yang ingin membunuh, memukul, dan menganiaya seorang wanita dan mengatas namakan cinta?"
Teriak Steve marah. Untuk pertama kalinya Steve marah seperti itu apalagi didepan umum."Aku ingin tertawa dan juga kasihan pada mu." Steve membawa Clara masuk mobil. Meninggalkan Ethan dengan tangan terkepal. Baru kali ini hati Ethan terpengaruh pada ucapan orang lain, rasanya seperti ribuan jarum tak kasat mata menusuknya tepat didadanya.
"Apa ucapan ku terlalu kasar padanya?" Tanya Steve.
"Tak apa." Clara membelai pipi Steve.
Clara lalu menghembuskan napas. Clara melihat kesakitan dimata Ethan.
Pria itu juga manusia yang memiliki dosa. Ia putus asa, sedih, kecewa, marah, dan menyesal. Tuhan sduah menghukumnya. Segalanya sudah berbeda, pria itu lah yang memilih seperti jalan ini.*
Selesai melakukan photoshoot Clara berniat ke kantor Steve, pria itu lebih posesif setelah kejadian kemarin sedangkan Clara tak sempat membalas semua pesan dari Steve.
Langkahnya terhenti, dia mematung ditempat begitu sosok Ethan berdiri didepannya begitu bernyali padahal ini masih berada dikawasan kantor daddy nya. Clara tak bisa terus begini, dia harus memberi penjelasan.
Clara mendekat. "Kita perlu bicara," mantapnya.
Mereka duduk berdua di taman yang hari ini lumayan sepi. Itu lebih baik daripada di cafe, orang-orang akan menggosipkannya.
Awalnya tak ada yang memulai pembicaraan, sebelum kata yang sangat ingin Ethan utarakan keluar dengan memilukan. "Maaf, maafkan aku." Dari raut wajahnya dia tampak penuh penyesalan Clara tahu itu."Bukankah kau ingin aku mati? Bertindaklah seolah-olah aku mati. Wanita membuat mu lemah bukan? Lalu mengapa kau sekarang menangis dan bersujud pada wanita?" Clara mengambil satu tarikan napas untuk melanjutkan perkataannya sambil menatap tepat pada mata Ethan.
"Jika perkataan Steve tidak membuat mu mengerti maka aku yang akan mengatakannya. Aku pikir kita perlu bicara agar kedepannya tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan."
Clara menghadap lurus kedepan, dia tak mau menerawang dan berakhir dengan mengingat kejadian na'as itu.
"Aku mencoba hidup baru, aku berjuang untuk sembuh dan bangkit. Haruskah kau merampas itu dari ku? Harus berapa kali lagi kau menghancurkan hidup ku? Jika dulu aku bertanya mengapa kau menculik ku? Kau bilang karena cinta. Sekarang kau datang setelah apa yang kau lakukan dan berkata mencintai ku lagi. Ethan aku tidak ingin cinta seperti itu. Aku sudah menikah dan biarkan ini berkahir."
"Maaf, sungguh aku minta maaf! Aku sangat mencintai mu." Lagi, dua kata memuakkan itu. Maaf dan cinta jika disatukan mengapa menjadi seperti kata sialan untuk bajingan ini.
Clara tersenyum mengejek. "Apa kau lupa yang telah kau lakukan? Akan aku ingatkan. Ethan kau memukul ku, menendang, dan mencambuk ku. Kau mencabik-cabik hati ku saat itu. Hati ku sudah sangat membenci mu. Kau adalah kesalahan terburuk yang tidak pernah ingin aku akui. Wanna die? Kau menawarkan kematian pada ku, dan aku bersedia mati untuk mu."
Clara menahan mati-matian air matanya, walau suaranya bergetar.
"Aku sudah mati Ethan, Clara mu sudah tiada ditangan mu. Ini kehidupan kedua yang berbeda, cinta ku hanya Steve-" perkataan Clara terhenti saat melihat Ethan telah menangis deras dalam diam.Ethan harus mengucapkan maaf tapi dia juga harus bersiap akan kalimat yang mampu meruntuhkan dunianya, dia adalah kesalahan, gadis itu mengucapkannya sendiri.
Mungkin para korbannya bersatu menghadap tuhan dan memohon agar membuatnya seribu kali merasa mati seperti ini."Aku harap ini terkahir kali kita bertemu." Clara segera melenggang pergi tanpa menoleh ke belakang.
*
Clara melangkahkan kaki dikantor Steve, para karyawan menyapanya yang dibalas dengan senyuman manis gadis itu. Dibukanya ruangan suaminya tanpa mengetuk, sedikit menyembulkan kepalanya dibalik pintu. Tampak didalam sana Steve menunduk dengan muka banyak pikiran. Bukan karena pekerjaan melainkan dia mendapat informasi bahwa Ethan kembali mendatangi Clara. Steve tak membiarkan anak buahnya ikut campur karena sepertinya Clara lah yang mengajak Ethan lebih dulu. Apa yang mereka bicarakan? Apa keputusannya benar? Hal itu berkutat diotaknya sedari tadi.
"Hai Sayang." Clara mengagetkan, langsung bergelanyut manja duduk dipangkuan Steve.
"Kau tak mengabari ku kemari."
"Apa aku harus memberi tahu mu? Apa kau ada wanita simpanan disini?" Jawab Clara bercanda.
"Yak, kau tak membalas pesan ku."
Clara terkekeh lalu menunjukkan sekotak makan siang untuk suaminya. "Aku akan menyuapi mu makan,"
"Akhir-akhir ini kau sibuk bekerja, tadi malam kau seperti kelelahan dan langsung tidur. Padahal aku ingin menunjukkan pakaian yang aku beli untuk mu."
"Maafkan aku Sayang."
Clara menggeleng, mulai bermain dengan sendoknya.
"Apa kau sungguh mencintai ku?" Perkataan polos itu menghantikan aktivitas Clara, dan memasang raut bingung.
"Akh, tidak! Lupakan saja. Cepat suapi aku." Steve merasa tak seharusnya mempertanyakan itu untuk kesekian kali. Tidak ada yang tahu isi hati manusia dan kapan hati itu akan berubah. Tapi sekarang dia sadar, baik cinta Clara padanya adalah murni, palsu, atau hanya pelampiasan. Dia tak akan perduli lagi, karena menjadi suami dan bersamanya sudah lebih dari cukup. Dia akan lebih menekan sifat serakah dan cemburunya.
"Ayo makan." Clara menyuapi Steve sampai habis.
"Aku merasa kau sedang merajuk." Tutur Clara setelah memberi Steve minum. Dia yang masih duduk dipangkuan Steve sengaja menggerak-gerakkan pinggulnya menggoda sesuatu di apitan paha suaminya.
"Ugh... Clara." Steve mengeratkan pegangannya dipinggang Clara. Mereka tertawa bersama akan tingkah nakal tak biasa gadis itu. Clara melebarkan tangannya menyambut Steve yang minta dipeluk.
"Aku mencintai mu, sangat mencintai mu Steve." Bisiknya.
Steve menarik sudut bibirnya diceruk leher Clara.
#Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna Die (Complete)✓
Romance"Karena mengenal mu, membuat tujuan hidup ku menjadi dua kalimat 'mencintai mu' dan 'memiliki mu'." ~Ethan Gracious~ "Aku takut, cinta yang diawali oleh rasa sakit akan juga berakhir menyakitan." ~Clara Evelyn Razita~ "Aku muak mencintai dalam diam...