Aku hanya berpegangan pada mimpi, mimpi yang tidak membutuhkan kepastian. Karena aku sendirilah yang akan memastikannya.Jika seandainya hidup selalu sesuai dengan goresan pena mungkin akan ada beribu-ribu kisah happy ending di dunia ini. Nyatanya ini bukan fantasy melainkan sebuah kenyataan yang harus dilalui seperti sebuah melody, hanya untuk menghabiskan waktu kemudian terdampar dalam ruang yang ingin kau anggap tak ada.
Sayup-sayup terlontar begitu saja dari paruh burung ringkih di dahan cemara depan jendela. Seperti utusan mentari untuk membangunkan si gadis jelita untuk bertemu dengan alam sadarnya. Sekali lagi, kenyataan yang tak pernah diharapkan akan segera tergelar untuk hari ini.
"Eughhh...."
Erangan halus terdengar, walau Clara masih enggan membuka mata. Ia mengambil gerakan seduktif, membuka matanya pelan lalu menutupnya kembali dengan cepat. Clara mengubah posisinya menyamping, lalu membuka matanya lagi dengan gerakan lebih pelan. Entah apa yang dipikirannya.Hei, bagaimana ini? Aku masih terperangkap dalam mimpi. Ini kamar yang aneh.
Clara kembali menyembunyikan retinanya berharap setelah ia membuka mata untuk kesekian kali ia akan berada ditempat, ruang, dan waktu yang berbeda.
Clara membuka matanya, kali ini disertai beberapa kedipan.
Bersamaan dengan itu tangan kekar dengan suksesnya terjatuh menimpa tubuhnya, memeluknya dari belakang. Belum sempat dirinya berbalik sebuah bisikan lebih dulu memasuki indera pendengarannya."Selamat pagi Sweety, kau sungguh menggemaskan."
Tanpa Clara sadari semua tindakannya diperhatikan oleh Ethan dari pantulan cermin sedangkan Ethan sedang mengganti baju di walk in closed.
Aroma mint menguar dari tubuh yang berjarak terbilang dekat itu.
"Jauhkan tangan mu dari ku bodoh." sergah Clara.
"Oh no, bukan seperti itu sapaan pagi yang ku harapkan."
"Lalu bagaimana? Kau berharap aku akan melontarkan kata-kata mesra disetiap pagi? Atau bahkan memberi mu kecupan untuk sekedar semangat menjalani hari? Ya mungkin itu akan terjadi tapi dalam mimpi mu saja. Kau terlalu banyak menonton film romantis bung." tak dapat dipungkiri pria di sampingnya itu terlalu pandai mengubah moodnya dengan cepat.
Ethan menggapai kedua pipi Clara, menangkup wajahnya dan tersenyum culas. Melalui pancaran matanya ia seperti ingin memyampaikan sesuatu.Tanpa aba-aba Ethan kembali mencuri ciuman Clara, menjadikan bibir gadis itu sebagai santapan pertama baginya. Menyesapnya begitu dalam ketika Clara memberontak, kemudian dilanjutkannya dengan menelisik leher putih Clara.
Ethan menghentikan aktivitasnya, memposisikan wajah mereka kembali dekat bahkan ujung hidung mereka bersentuhan.
"Kau lihat? Kata-kata mesra, kecupan, dan ciuman itu nyata."
Deru nafas memburu dari keduanya bersahutan. Ethan menjeda kalimatnya.
"Aku lupa memberi tahu ini. Aku tak suka banyak bicara karena aku tahu tipe wanita seperti mu akan mengerti dengan tindakan." satu peringatan dari Ethan yang akan berlaku selamanya. Dan Clara penting untuk mengingatnya.
Begitu dirasa cengkraman ditangannya melonggar, Clara hendak menampar Ethan namun dengan tangkas Ethan menangkap dan kembali mencengkramnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna Die (Complete)✓
Roman d'amour"Karena mengenal mu, membuat tujuan hidup ku menjadi dua kalimat 'mencintai mu' dan 'memiliki mu'." ~Ethan Gracious~ "Aku takut, cinta yang diawali oleh rasa sakit akan juga berakhir menyakitan." ~Clara Evelyn Razita~ "Aku muak mencintai dalam diam...