8. Gagal Liburan

4.6K 293 33
                                    

Maaf ya baru update. Aku lagi sibuk nugas + nulis extra partnya About sara.

Btw, di sini ada yang sudah baca About Sara?

Jangan lupa vote dan komennya🥰

HappyReading❤


Sepulangnya kami dari taman bermain yang terjadi beberapa hari lalu, hubunganku dengan Mas Nazar menjadi lebih baik. Aku berusaha menghilangkan bayang-bayang Kak Siva di atas pernikahanku. Mencoba terbiasa dengan segala hal dan layaknya pasangan lain di luaran sana.

Seperti sekarang ini, kami masih bergelung di bawah selimut. Entah kenapa cuaca hari ini lebih dingin dari biasanya. Jadi kami hanya berbaring saja di tempat tidur.

"Kamu hari ini mau ke mana?"

Aku mendongakkan kepalaku guna menatapnya. Karena posisiku sekarang adalah menenggelamkan wajahku ke ceruk lehernya.

"Sarah nggak ada rencana apa-apa sih, Mas. Memang Mas mau pergi keluar?" tanyaku balik.

"Aku rasa kamu butuh liburan."

Aku terkekeh. "Beberapa hari lalu kita sudah liburan, kalau kamu lupa."

"Maksud aku, liburan yang sebenarnya. Hanya kamu dan aku. Kita. Berdua."

Mendengarnya saja pipiku merona. Apapun yang Mas Nazar ucapkan, yang melibatkan kata 'kita', sukses membuat jantungku berdetak lebih cepat. Inilah efek jika aku terlalu menyukainya.

"Mas pasti sibuk, Sarah nggak mau ganggu pekerjaan Mas."

"Selama dua bulan kita nikah, kita nggak pernah liburan berdua. Kamu jangan merasa mengganggu pekerjaan aku, aku sudah persiapkan semuanya. Dan pekerjaanku sudah selesai semua. Itulah alasan kenapa aku selalu lembur," jelasnya.

"Tuh kan, ini yang aku nggak mau, Mas. Kamu jadi kecapean, kalau kamu sakit gimana?"

"Ya kamu uruslah," candanya yang membuatku mencubit perutnya pelan.

Kali ini Mas Nazar yang terkekeh. Matanya menatapku serius. "Jika seandainya yang pertama aku temui itu kamu, aku yakin. Aku pasti jatuh cinta sama kamu. Enggak ada alasan yang menyulitkan aku untuk suka sama kamu."

Ditatap intens seperti itu membuatku gugup setengah mati. Aku berdeham sejenak untuk menetralkan segala kegugupan.

"A-aku mau siapkan sarapan dulu, Mas." Buru-buru aku bangkit dari posisi tidurku itu. Jika terus di depannya, kupastikan ia akan melihat wajahku yang memerah.

Aku masih bisa mendengar gelak tawanya ketika aku sudah berada di luar kamar. Akhir-akhir ini, Mas Nazar seringkali membuat jantungku berdetak lebih cepat. Ia lebih sering memujiku, entah itu masakanku atau pun penampilanku. Dan itu tentu saja membuat wajahku merona sempurna.

***

Namun sepertinya liburan kali ini hanya menjadi sebuah rencana semata. Rencana yang telah Mas Nazar susun ternyata gagal. Gagal setelah kami mendapati kehadiran Kak Siva dengan Zahra. Kak Siva berniat menitipkan Zahra pada kami, dikarenakan dia ada seminar di luar kota. Aku tentu saja tak bisa menolaknya.

"Beneran nggak apa-apa, Dek? Kalian enggak ada kegiatan, kan?" tanya Kak Siva memastikan.

"Sebenarnya..."

"Nggak apa-apa, Kak. Iya kan, Mas?" Aku memotong ucapan Mas Nazar yang sepertinya akan mengatakan sesuatu. Aku yakin jika ia akan mengatakan rencana kami.

Terlihat Mas Nazar menghela napasnya pasrah lantas menganggukkan kepalanya setuju atas apa yang aku ucapkan.

"Kalau begitu makasih ya, Dek. Kakak titip Zahra," ucapnya. Lalu ia menatap putri semata wayangnya. "Zahra, jangan nakal, ya? Jangan buat repot Om Nazar sama Tante Sarah, oke?" Zahra tak merespon, ia diam tak mengeluarkan suara sedari tadi.

MLS [4] : Different [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang