3. Lamaran

5.4K 324 19
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejaknya🥰

Happy reading and enjoy it❤


Semua anggota keluarga sedang disibukkan dengan acara lamaran Kak Nazar untuk Kak Siva. Ibu terlihat bahagia mempersiapkan semuanya. Walaupun ini bukan kali pertama untuknya menyiapkan lamaran untuk Kak Siva.

"Sar, kamu belum siap-siap?" Kak Siva menghampiriku yang masih berdiri di depan kompor.

"Siap-siap buat apa? Kan yang punya acaranya juga Kakak."

Tanpa mengatakan apapun lagi, Kak Siva menarik tanganku menuju kamar.

"Kamu harus dandan yang cantik, jangan mengecewakan Kakak. Oke?"

"Kakak yang harusnya tampil cantik. Ini kan acara lamaran Kakak."

"Nggak mau tau. Kakak tunggu di depan, ya? Nazar sama keluarganya masih di jalan."

Aku hanya bisa bergumam saja untuk membalas semua ucapan Kak Siva. Lagipula untuk apa sih Kak Siva menyuruhku bersiap? Bahkan kehadiranku pun tidak diinginkan.

Mau tak mau aku mengikuti semua yang Kak Siva inginkan. Aku hanya berganti baju dan memoleskan sedikit bedak di wajahku. Tak lupa juga lipbalm yang melengkapi penampilanku sekarang.

"Sar, sudah siap belum? Keluarganya Nazar sudah datang," teriak Kak Siva bersamaan dengan tangannya yang mengetuk kencang pintu kamarku.

Aku bingung, yang akan lamaran di sini siapa? Untuk apa Kak Siva memberitahuku tentang Kak Nazar yang sedang di jalan atau sudah tiba di rumah?

Tak mau membuat Kak Siva menunggu, aku langsung membuka pintu.

"Aku udah siap, Kak."

Kak Siva tersenyum lebar menatap penampilanku. Tangannya menarikku menuju semua keluarga berkumpul.

"Maaf semuanya kami terlambat," ucap Kak Siva seraya memberikan senyuman manisnya.

Kami langsung duduk di sofa yang masih kosong. Aku sempat melirik Ibu yang menatap tak suka padaku.

"Langsung saja ke intinya. Kedatangan kami ke sini adalah untuk melamar putri Ibu. Saya Reno selaku wali Nazar, meminta putri Ibu yang bernama Sarah untuk menikah dengan keponakan Saya Nazar."

Aku yang semulanya menunduk sontak saja mengangkat kepala tak percaya. Aku menatap Kak Siva yang memang ada di sebelahku, ia hanya menunjukkan senyumannya. Seolah ini hal biasa yang ia dengar. Atau aku yang salah dengar?

"Sepertinya ada kesalahan di sini. Mungkin maksud Pak Reno itu Siva?" Ibu mencoba membenarkan situasi ini. Sepertinya memang bukan aku saja yang menangkap ucapan Om Reno ini.

Terdengar Kak Nazar berdeham sebelum bersuara. "Begini, Bu. Saya ke sini memang melamar Sarah, bukan Siva. Tidak ada kesalahan."

Ibu bangun dari duduknya dan menatap tajam Kak Nazar. "Kamu? Saya tidak terima kamu mempermainkan putri saya. Dan Saya tidak akan menerima pinangan kamu untuk Sarah. Karena yang saya tahu, lamaran ini untuk Siva."

Kali ini Ibu menarik tanganku untuk bangun.

Plak

"Dan kamu perempuan tidak tahu diri! Kenapa kamu sampai mengambil calon suami Kakak kamu, hah?! Kamu sama rendahannya dengan..."

"Bu, tenang."

Ucapan Ibu terpotong dengan suara Kak Siva. Aku menggigit bibir bagian bawahku menahan tangis. Berusaha kuat untuk tak menunjukkan kelemahanku. Ibu dengan teganya mempermalukan aku di hadapan semua orang.

MLS [4] : Different [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang