Bina - 8

39.9K 3.4K 89
                                    

Hujan baru saja selesai membasahi bumi. Meninggalkan aromanya yang dihirup oleh Bina untuk membuat dirinya menjadi lebih tenang.

Beberapa saat lalu hati Bina mulai kembali mengiris luka. Tahun tenangnya selama dua belas bulan ini mulai kembali dikendalikan oleh masa lalu yang tidak lain adalah orang tuanya.

Selepas makan siang bersama rekan kerjanya tadi, Bina tidak sengaja berjumpa dengan keluarga ibunya. Mereka sedang merayakan ulang tahun si anak bungsu yang merupakan adik tiri termuda Bina. Mengingat tanggal ulang tahun Gifran- adik tirinya hanya berselang satu hari dengan ulang tahunnya membuat Bina merasa miris. Sudah sangat lama dia tidak merasakan perayaan hari jadinya bersama keluarga. Kadang kala dia sampai lupa dengan hari ulang tahunnya sendiri karena tidak ada yang ingin dinantikannya di momen bahagia tersebut.

Bina merogoh tasnya lalu membuka satu kotak berisi sebuah gelang. Gelang tersebut merupakan gelang pasangan antara dirinya dan sang ibu. Dulu, mereka berdua selalu memakainya di pergelangan tangan masing-masing. Bina masih melihat gelang tersebut tersemat di tangan ibunya tahun lalu. Namun beberapa hari lalu dia tidak sengaja membuat gelang tersebut putus hingga dia ingin memperbaikinya. Tetapi setelah melihat keindahan keluarga ibunya tadi membuat Bina mengurungkn niatnya. Kini dia lebih memilih untuk menyimpan gelang tersebut di dalam kotak perhiasan saja karena tidak ingin memakainya lagi seperti ibunya yang sudah tidak memakaianya juga.

Bina pikir sudah cukup kenangan antara mereka. Mungkin ini sudah saatnya mereka hidup dalam kehidupan masing-masing.

Meski perih, Bina mencoba melupakan memori itu. Lagi pula selama ini dia berhasil, jadi dia akan menganggap pertemuan tidak sengaja tadi hanyalah sekelebat kenangan yang hanya sekedar lewat.

Tin!

Suara klakson mobil membuat Bina menoleh. Dia menghembuskan napasnya saat melihat Radit sedang mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil.

"Ngapain ngelamun di halte, Bu manajer?" Tanyanya.

Bina berjalan mendekati mobil Radit lalu tanpa permisi langsung masuk ke dalam mobil tersebut.

"Tadi pergi makan bareng Bu Juli sama anak-anak yang lain." Jawab Bina sambil menggunakan sabuk pengamannya.

"Mobil lo?"

"Di kantor lah."

Akhirnya mereka kembali ke kantor bersama. Sepanjang jalan Bina hanya diam menikmati lantunan musik yang memecah kesunyian di dalam mobil. Sadangkan Radit beberapa kali mencuri pandang ke arah Bina yang tampak sekali sedang tidak bisa diajak bicara.

Sesampainya mereka di kantor, Radit langsung disapa oleh Abizar yang berdiri di depan lobi dengan tatapan kesal.

"Elastis sekali jam mu ya, Radit." Ujarnya membuat Bina menoleh ke arah Radit.

Radit hanya cengegesan seraya meminta maaf pada Abizar karena membatalkan perjanjian mereka begitu saja. Dia tidak punya pilihan lain selain mengingkari janji tersebut. Karena perihal yang satunya lagi merupakan agenda penting yang tidak boleh sampai dia biarkan begitu saja. Ini semua berhubungan dengan hatinya yang tidak akan tenang sebelum dia memastikan orang tersebut baik-baik saja.

"Kalau memang tidak bisa, katakan dari tadi. Jadi Saya tidak menunggu seperti jomlo karatan seperti Anda."

Radit langsung menyela tidak terima.

"Jomlo teriak jomlo lo!" Semburnya lalu mendengus.

Bina yang sedari tadi hanya memperhatikan kedua pria dewasa yang berbalut sifat kekanakan itu akhirnya pamit undur diri. Dia masih harus melakukan pekerjaannya agar bisa pulang dengan tepat waktu.

BINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang