Bina - 13

31.4K 2.8K 58
                                    

________________________

Bina menggerutu kesal sambil melangkah masuk ke dalam pekarangan rumah Esi. Bina merasa kesal krena sudah dua hari ini dia tidak bisa menemui atau menghubungi Radit. Laki-laki itu bagai hilang di telan bumi.  Seandainya saja Bina tidak memiliki permasalahan yang harus diselesaikan dengan Radit, dia tidak akan bersusah payah mencari sahabatnya itu.

"Ini pasti udah direncanakan." Gerutu Bina sebelum mengucap salam di depan pintu rumah Esi.

Hari ini dia sudah membuat janji dengan ketiga sahabatnya untuk berkumpul di rumah Esi hanya sekedar melepas rindu setelah hampir seminggu tidak bertemu. Kecuali Yaya, ibu hamil itu sudah mengganggunya beberapa hari lalu dengan tingkat sensitif di masa kehamilannya.

"Tante Bibin datang!!" Seru Farel yang sedang bermain dengan Bima, Anak pertama Esi yang baru menginjak usia tiga tahun.

Bocah berusia tujuh tahun itu langsung berhambur memeluk tante yang sudah lama tidak ditemuinya.

"Tante kenapa datang telat? Es krim nya udah di habisin Mami." Adu Farel sambil menunjuk ibunya yang sedang sibuk dengan sebuah majalah.

"Biar aja, Maminya Farel memang lagi perlu es krim biar nggak marah-marah."

Farel mengangguk setuju, ibunya beberapa hari ini memang mudah sekali tersulut emosi. Setelah itu ibunya akan menangis sendiri karena membentaknya. Dia heran melihat gelagat itu, apalagi saat ayahnya mengatakan alasannya itu karena dia akan memiliki seorang adik, dia semakin tidak mengerti dimana letak keterkaitan antara keduanya.

"Ya udah, Farel main lagi sama Dek Bima. Tante mau temui Mami kamu sama Tante Jea dulu."

Setelah itu dia pergi meninggalkan anak-anak yang kembali melanjutkan mainnya.

"Bibin!!" Seru Jea saat melihat Bina datang.

"Aku bakal nikah!!!" Serunya lagi dengan girang.

Bina menggelengkan kepalanya lalu melempar Jea dengan bantal sofa sebelum akhirnya ikut duduk bersama Jea dan Yaya yang masih sibuk dengan majalah yang terlihat seperti majalah gaun pernikahan.

"Kaya dapat kontrak kerja aja girangnya."

Jea tersipu malu. "Aku nikahnya dua minggu lagi loh, Bin." Ujar Jea membuat bola mata Bina melebar.

"Dua minggu lagi?!" Kagetnya.

Jea mengangguk.

"Dia tuh, kalau kasih kejutan nggak kira-kira, sih. Baru siap dilamar, eh ternyata persiapan pernikahan juga udah hampir rampung semua. Dia cuma suruh aku milih gaun pengantin aja. Sweet nggak tuh."

Bina terkekeh melihat raut wajah bahagia Jea. Akhirnya kini hanya tersisa dirinya yang belum memiliki pasangan. Dia juga tidak tau akan memilikinya atau tidak. Karena sampai sekarang dia sama sekali belum memiliki keyakinan untuk itu.

"Selamat ya, Je... akhirnya bakalan ikut kumpulan ibu rumah tangga bareng Yaya dan Esi, bukan lenggak-lenggok di atas catwalk lagi."

Jea menghembuskan napasnya saat mendengar ucapan Bina. Setelah menikah dia memang memutuskan untuk tidak akan ada di dunia modelnya lagi. Bukan karena tekanan dari calon suami, tetapi dia sendiri yang ingin lebih fokus terhadap keluarganya nanti.

"Udah sampai waktunya, Bin. Sekarang emang harus serius dalam hidup. Udah cukup hampir 30 tahun nikmati hidup bebas ke sana ke mari, lakuin semua hal yang aku suka."

Bina mengangguk setuju. Jea memang sudah cukup merasakan kebebasan masa muda, delapan tahun di dunia modelling membuat dia sudah berkeliling dunia dan bertemu relasi yang kuat dan besar.

BINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang