Bina - 18

28.5K 2.5K 96
                                    

Di dalam kamar luas ini, terdapat tiga manusia sedang menatap sepasang kekasih yang merasa dunia hanyalah milik mereka berdua. Ketiga orang tersebut adalah Esi, Yaya dan Radit. Sedangkan pasangan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Bina dan Abizar.

Kedua orang itu asik dengan dunia mereka seolah tiga orang yang ikut menemani bukanlah makhluk kasat mata.

"Masih kedinginan?" Tanya Abizar pada Bina yang bersandar di kepala ranjang dengan badan yang tertutupi oleh selimut tebal.

Bina mengangguk pelan lalu kembali merapatkan selimutnya.

"Acaranya udah selesai, ya?" Tanya Bina.

Abizar mengangguk. "Iya, makanya Jea keluar untuk nemenin tamu." Jelasnya.

Bina menghela napasnya. Dia merasa tidak enak terhadap Jea dan Raja karena kejadian dua jam yang lalu. Pesta yang mestinya bergembira harus terganggu dengan kejadian memalukan yang disebabkan olehnya.

Abizar jelas melihat wajah muram itu. Pasti kekasihnya tersebut sedang meratapi kejadian di kolam renang. Sepertinya dia belum puas meminta maaf pada Jea yang padahal biasa saja. Malah perempuan itu sangat khawatir dengan wajah pucat Bina serta badan sahabatnya itu yang menggigil.

"Jangan terlalu dipikirin, ini semua musibah. Udah, anggap aja begitu." Ucap Abizar.

"Tapi aku merasa nggak enak, Bang. Kenapa juga harus jatuh." Gumam Bina.

"Kamu, sih. Niatnya aja udah nggak baik sama Radit, jadi kamu yang kena, kan." Ucap Abizar membuat mulut Bina mengerucut.

"Kan nggak jadi." Sanggahnya.

"Tetap aja, Bina cantik. Niat buruk itu udah nggak baik." Gemas Abizar ingin mencubit pipi Bina. Namun mana bisa dia melakukan itu, yang ada Bina bisa mengamuk padanya.

Bina mengangguk pelan lalu menoleh ke arah tiga orang yang duduk di sofa sudut kamar. Ketiga orang tersebut duduk berderet dengan pandangan yang mengadah kepada dirinya.

"Akhirnya dia sadar ada kita di sini." Ucap Yaya.

Bina menoleh ke arah Radit yang diam sambil memandangi dia dan Abizar dengan santai. Baju laki-laki itu juga sudah berganti dengan pakaian kasual miliknya yang memang kerap ada di dalam mobil. Berbeda dengan dirinya yang harus meminjam baju milik Jea dengan jilbab yang sebenarnya sebuah syal. Maklum saja, di antara mereka berempat hanya Bina yang memakai jilbab.

"Ngapain lo liatin gue?" Tanya Radit setelah jengah dengan Bina yang menatapnya.

"Mau minta maaf sama bilang terima kasih. Jutek banget sih, Dit." Lirih Bina.

"Kan udah tadi. Mau minta maaf sama bilang terima kasih sebanyak apa lagi?" Geram Radit.

"Tuh kan, kamu marah!" Sungut Bina.

Radit menghela napasnya.

"Iya, Bina Tanisha Ibu manajer gue tersayang. Udah Abang Radit maafin lahir batin ya, Bu." Ucap Radit sehalus mungkin.

Bina menunduk lalu lalu menatap Abizar.

"Bang, pulang yuk." Ajaknya.

Esi dan Yaya spontan saling menatap kala suara manja milik Bina keluar. Mereka pikir pendengaran mereka sedang salah, namun tadi itu memang Bina yang bersuara. Jenis suara yang jarang terdengar apalagi untuk lawan jenis.

Abizar mengangguk lalu mereka bersiap untuk pulang. Sementara ketiga orang itu hanya diam saling menatap.

***

Setelah Bina dan Abizar pulang, Yaya dan Esi segera menatap lekat ke arah Radit.

"Apaan?" Tanya Radit bingung dengan kelakuan dua ibu muda di depannya.

BINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang