Gojack VS Pojack - Curhat #2

1 0 0
                                    

Ceritanya tadi aku makan nasi goreng di warung makan (ykl makan di pom bensin) di pinggir jalan. Nah saat makan nih ada dua orang (cowok sama cewek, gatau hubungan mereka) datang nih, cerita tentang kejadian Gojack dan Pojack (Ojek Pangkalan) yang katanya nih sempet berantem, terus si pencerita nih mencegah, cuman dia kena hook sama tukang parkir dan dibilangin, "jangan ikutan". Intinya si pencerita menjelaskan dan memberi solusi nih, tapi dari Pojack gamau nih solusi yang ditawarkan (sudah tahulah pasti solusi tersebut).

Tapi kali ini aku sedih mendengar bahwa ternyata itu penyakit yang menjangkit bangsaku. Kenapa?

Solusi yang ditawarkan si pencerita adalah mengalihkan Pojack ke Gojack. Tanggapan yang diberikan Pojack adalah sebaliknya: Gojack ke Pojack. Loh lucu kan? Teknologi udah canggih (basis online) suruh balik ke tradisional (nyamperin pangkalan). Oke sih kalo di kota atau desa gua sih gapapa itu masuk akal (sinyal belum terjamah, bro), lah ini di kota besar semacam Bandung dan Jakarta yang notabene sinyal kenceng (sampe aku bisa main Dota sambil donlot anime sepuasnya sampe teler), masa mau disamain kaya kotaku? Kapan mau maju? Nah ini nih penyakit kita: tidak mau berubah menjadi lebih baik.

Part ini aku ceritakan sebuah negara yang dulunya digadang-gadang akan menjadi negara maju namun sekarang mengalami kemunduran: Jepang.

Dulu setelah perang dunia ke-2 nih, Jepang merupakan salah satu negara yang kalah dalam perang. Udah kalah, rugi banyak. Dua kota jadi gurun sahara, dan blablabla. Kalo diprediksi sih Jepang gak seperti sekarang loh. Tapi mengapa Jepang dapat maju? Pasti sering baca artikel kan kalo guru-guru di Jepang yang berperan penting dalam pendidikan mereka? Yap guru-guru tersebut yang membuat Jepang maju seperti sebelum mundur. Teknologi pada zaman tersebut sudah canggih pada masanya. Banyak karya yang dihasilkan dan diekspor ke negara lain. Apakah Jepang maju sampai sekarang? Kan jawabannya di paragraf sebelum ini.

Jepang perlahan mulai mundur nih (kalo menurut artikel yang aku baca, baru di bidang elektronik). Kenapa? Idealisme untuk mempertahankan budaya bisnisnya membuat mereka harus berjuang keras (sekeras baja) melawan inovasi. Inovasi semakin banyak, namun produk mereka masih sama saja. Akhirnya? Satu persatu perlahan mati nih ditelan waktu (waktu lapar ya?). Pelajaran yang bisa dipetik dari artikel ini adalah:

1. Harmony Culture Error, dimana mereka lebih mementingkan harmoni dan konsensus. Akibatnya lamban dalam mengambil keputusan dan ide-ide kreatif yang minim. Kalo di persamaan diferensial, dulunya punya v besar, tapi a semakin mengecil.

2. Seniority Error, dimana senior lebih diunggulkan daripada junior. Akibatnya junior yang lahirnya sesuai dengan zaman sekarang diabaikan (alias ngalah) daripada senior yang lahirnya udah beda generasi. Junior peka dengan masa sekarang, namun senior masih saja peka sama zamannya. Maju sih iya, kalo di zamannya si senior. Kalo sekarang? Udah jauh jaraknya, lebih maju sekarang.

3. Old Nation Error, dimana demografi mereka lebih banyak pada usia tua. Alhasil yang muda dikit nih. Yang tua segera off, tapi penggantinya gak sebanding.

Sedih sih kalo Pojack menolak, karena sudah bukan zamannya. Sudah saatnya dia mau berubah menjadi lebih baik. Ingat, semua akan indah pada zamannya, kaya kita dulu mesra banget pada zamannya. Sekarang udah bukan zamannya lagi.

JANGAN MENOLAK PERUBAHAN POSITIF!

Salam, Roti.

Cinta, Rasa, dan AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang