Membaperkan Semesta

2 0 0
                                    

Malam ini bukan baper, bukan juga ngerayain Nuzulul Quran, apalagi bukan karena bosen kuliah. Tulisan ini ditulis karena memang penulisnya gabut, tak ada unsur menyinggung siapapun (karena tidak ada titik singgung), dan malah sebenarnya menyinggung wifi yang sering putus nyambung layaknya permen karet. Tidak berharap banyak like, banyak dibagikan, apalagi dibaca. Namun sekali lagi ditekankan bahwa alangkah baiknya dilatih membaca agar nantinya menjadi seseorang yang kritis maupun berwawasan luas, sehingga gak gampang digoblokin sama orang luar. Memang sekarang minat baca orang Indonesia agak kurang, sampai saja pertanyaan penting di grup sampai diabaikan sampai pertanyaan yang sama diulang berkali-kali. Alasannya sih biar praktis, tapi kalo looping terus ya banyakan memorinya.

Sudah menginjak 21 tahun nih, memang sudah waktunya untuk segera melepas status kesendirian. Kalo ditanya mertua tentang penghasilan, pekerjaan, atau bahkan kondisi sekarang, masih belum cukup memadai. Memang aku masih punya kesempatan sekitar 4-5 tahun ke depan untuk segera memantaskan diri menjadi seorang suami yang terbaik. Dimulai dari karir sampai misi orang tua yang selama ini masih diemban oleh setiap individu lajang. Cita-cita selagi masih belum bersama, diraih setinggi-tingginya. Mengapa? Kalo bersama, banyak kondisi yang harus diperhatikan. Dimulai dari udah sejalan belum cita-cita masing-masing individu sampai caranya sama atau nggak. Iya sih kalo sejurusan atau secita-cita mungkin lebih nyaman karena ngobrolnya di lingkup yang sama. Kalo sehobi pasti juga nyaman. Nah kalo gaada kesamaan? Bisa jadi cara mencapainya lari bolak-balik (lupa namanya). Makanya kalo mau nikah, disiapkan matang-matang.

Ketika ditanya apa kriteria seorang istri idaman, muncullah berbagai jawaban. Dimulai dari fisik seorang istri sampai kepribadian dan kepunyaannya dia. Bisa jadi nyebutin pekerjaannya dia, keluarganya dia, sampai dia sering makan pizza di hari apa. Setiap orang punya jawaban yang berbeda, namun tak banyak orang yang mampu mendapatkan istri idaman. Ada yang mampu tapi tak bertahan lama. Ada juga yang mampu dan bertahan, tapi di akhirat nanti dapat bidadari yang tidak sesuai dengan istri idaman. Dan sebagainya... Intinya? Istri idaman boleh, tetapi ingatlah batas wajar dirimu bisa menggapai sampai mana.

Istri buat apa sih? Banyak yang bilang penggugur status belaka. Padahal istri ini nantinya sangat berperan penting ketika kamu benar-benar siap membangun keluarga. Dimulai dari pondasi keluarga sampai output anak kamu nanti. Jangan cuma menjadi pelampiasan nafsu belaka! Istri butuh kasih sayang yang cukup, sama seperti kasih sayang ayahnya kepada dia. Istri juga butuh diperhatikan. Jangan sampai kerja lembur terus gaji bermiliaran tapi jarang di rumah! Sering-seringlah membahagiakan istri, tapi kalo bahagianya istri kebangetan, boleh aja dinasehatin. Kalo bahagianya istri bisa naik mobil pribadi, apalah aku ini yang penghasilan belum tentu. Jadi jangan lupakan kesetimbangan kimia, antara suami dan istri. Suami bahagia, istri juga bahagia.

Kalau masih dalam kesendirian, akan ada luka-luka yang sering ia rasakan ketika sendiri. Guna keluarga ini adalah sebagai obat kesendirian. Tak hanya itu, keluarga sendiri juga bersifat penyembuh segala masalah yang dihadapi bersama. Masa sih suami capek kerja terus gabisa curhat ke istrinya, eh istrinya minta suaminya kerja lagi. Itu namanya kerja rodi. Awalnya kalo pulang kerja dan ketika lajang, si suami gaada yang menyambut. Apalagi salam yang dia ucapkan dijawab dirinya sendiri. Jomblo ngenes kan? Ketika udah melepas statusnya, salam si suami pasti bakal dijawab sama si istri. Gimana gak seneng? Si istri khawatir entar si suami gak pulang-pulang ternyata ikutan bang toyib. Akhirnya kecemasan dan luka dalam terobati. Siapa yang seneng? Kedua belah pihak dong. Kalo semisal istri juga ikutan kerja? Ketika sama-sama kerja, pasti akan ada luka rindu bisa berduaan. Akhirnya di rumah ketemuan. Gimana nggak seneng? Eh itu kecuali ya, kalo udah di ujung tanduk. Ya jangan sampai lah! Ikatan gas mulia aja erat, masa ikatan pernikahan nggak? (sok-sokan)

Awalnya ketika si suami dan si istri masih lajang, mereka masih mengejar cita-cita masing-masing. Kadang jalannya jelas, kadang nggak. Nah ketika mereka bersama, akhirnya jalannya makin jelas. Eh sayang, papa pengen gini nih... Iya sayang, mami juga pengen gini... Makin bersama, makin sinkron. Fungsi keluarga selanjutnya adalah sebagai cahaya atau penerang jalan kehidupan. Kalau pengen keluarga yang kaya, ya banyakin aliran rezekinya. Kalau pengen keluarga yang agamis, banyakin belajar agama. Kalau pengen sakinah mawaddah wa rahmah, bimbing keluarga sesuai tuntunan agama. Mantep gini kalo keluarga bisa sukses dunia akhirat. Jadi keluarga ini udah sebagai cahaya, sebagai penerang, juga sebagai penuntun. Lengkap bukan?

Dah dua dulu aja, ntar sisanya cicipi sendiri kalo udah berkeluarga. Dua ini didapat dari fase pengindraan jauh menggunakan mata dan telinga. Jadi jangan suka pikiran aneh! Intinya sebelum berkeluarga, pikirkan semuanya dengan matang. Jangan mentang-mentang sunah nabi tapi terus langsung aja sikat! Zaman dulu emang gak serumit zaman sekarang. Zaman dulu belum mikirin perkembangan teknologi sama cita-cita, sekarang mah kebanyakan teknologi dan cita-cita. Disiapkan semuanya, ntar kalo udah eksekusi tinggal diterapkan. Bukankah esensi berhimpun salah satunya semacam ini?

Satu lagi, kalau pengen cerita romantis sih ambil hikmah dari cerita-cerita romantis yang terkenal misalkan Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam dengan Siti 'Aisyah ra., atau Ali bin Abi Thalib ra. dengan Fatimah, atau cerita lainnya. Cerita romantis gak akan terulang seutuhnya pada pasangan yang lain. Jadi A1 dan A2 punya cerita romantis yang berbeda dengan B1 dan B2, meskipun dalam perjalanannya menemui kesamaan. Cerita romantis bentuknya himpunan, jadi kalo dua himpunan dikatakan sama jika dan hanya jika anggota yang dimiliki semuanya sama.

Semoga menginspirasi, dan ingatlah bahwa tulisan ini tidak mengajak Anda untuk menikah. Namun tulisan ini mengingatkan agar Anda kalau mau menikah, harus banyak persiapan yang matang. Jangan langsung nikah kalo belum siap nafkah!

Makanya jangan pacaran dulu! Kuliah dulu, kerja kemudian, ntar nikah di sela-sela bekerja...

Salam Roti!

Cinta, Rasa, dan AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang