negosiasi

60 9 4
                                    

Kesepakatan terbaik adalah ketika lawan bicaramu lengah

Salah satu hal yang paling Ghani tidak sukai dari adiknya adalah ketika jiwa matrealistis adiknya mulai keluar. Dan salah satu yang mendorong jiwa itu keluar adalah ketika permohonan maaf terlantun di gendang telinga adiknya.

Memang gampang mendapat kata maaf dari seorang Harisa, karena pada hakikatnya gadis muda itu memang bukan seorang pendendam. Hanya saja, yang Ghani sesalkan adalah kenapa adik semata wayangnya itu begitu mata duitan?

Contohnya seperti sekarang. Ketika Ghani ingin minta maaf karena masalah benda sakral itu. Ica memang memaafkan atau lebih tepatnya -akan memaafkan. Hanya saja memang selalu ada syarat mutlak ketika berbaikan dengan adiknya.

Sebenarnya Ghani malas sekali harus memelas kata maaf dari sang adik. Please deh itu bukan Ahnaf Ghani Ananta sekali. Tau sendiri gengsi Ghani itu setinggi gunung mahameru. Tapi . . . Bunda pernah bilang gak baik kalo marahan sama sodara sendiri, apalagi melebihi tiga hari. Nanti ibadahnya gak diterima! Ya sebagai anak yang baik, soleh dan ingin terlihat dewasa dihadapan Ayah, Bunda dan pembaca, maka Ghani mau tak mau mengesampingkan gengsinya itu.

Setelah Ghani pulang dari tongkrongannya, pria itu mendapati adiknya sedang masak mie instan kuah ditemani cabe, sayuran dan teman-temannya. Tidak tanggung-tanggung, sekali masak langsung dua. Kadang Ghani penasaran komposisi perut adiknya itu terbuat dari apa? Daging atau karet? Heran, makan ko bisa sebanyak kuli bangunan tapi badannya masih segitu-gitu saja.

Kresek yang dipegang Ghani ia letakan di meja makan yang didapur. Lalu dia menuju kulkas untuk mencari minuman dingin. Ghani sesekali melirik adiknya yang sedang meracik bumbu mie instan. Sesekali juga berdehem untuk memberi informasi kalo kakaknya yang ganteng itu sudah pulang.

Tapi Ica masih bergeming. Masih fokus dengan mie nya yang sudah matang dan siap disantap. Seakan gadis itu tidak peduli dengan kehadiran Ghani. Ghani mengerutkan alisnya.

Masih marah deh kayaknya.

"Masak apa?" tanya Ghani basi-basi.

Ica mendengus, melirik tak suka pada kakaknya.

punya mata kan lo? Udah tau nanya!
" . . . ."

"Ko gak jawab?
Masih marah ya?"

Menurut ngana?

"Ca?"

"Maaf . . ." ucap Ghani lirih

Ica tidak tertarik untuk menjawab, baginya saat ini kuah mie instan lebih menarik dari pada harus buang-buang tenaga menjawab pertanyaan Ghani.

"Aa tau aa salah. Maaf karena udah bentak kamu dek. Suer deh tadi itu cuman kebawa emosi doang" mohon Ghani dengan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.

"Ca? Ngomong dong" bujuk Ghani, ia sampai rela memasang muka memelas.

"Ca kata pa ustad kalo gak memaafkan itu dosa loh"

Ica meletakan sumpitnya dengan kasar. Iya Ica makan mie pake sumpit, gegayaan doang sih sebenarnya. Orang dia pake garpu saja masih berusaha keras.

ADORABLE SIBLINGS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang