problematika datang bulan

57 11 18
                                    

Pernah sakit. Namun tidak pernah sesakit ini.

Jika melayangkan tangan pada pipi mulus seorang kakak, itu termasuk dosa kecil, dosa besar atau dosa jariyah? Soalnya Ica sudah gatal sekali ingin mendaratkan tangannya dengan keras pada orang yang sekarang sedang terbahak dengan nikmatnya hanya karena melihat sang adik ditolak di depan mukanya.

Ketawa yang sangat syahdu dan renyah, mungkin akan terdengar enak untuk orang lain, tapi untuk Ica itu seperti jeritan maut ketika Ghani bernyanyi. Bagus . . .  Lebih bagus diam maksudnya.

Dengan dongkol Ica pergi kekamar, tidak lupa membanting pintu sekeras mungkin seperti di sinetron-sinetron, mungkin biar dapet emosinya.

Ghani sendiri sedang memegangi perutnya yang sakit akibat terus tertawa, menyeka sudut matanya yang mengeluarkan sedikit air mata lalu menghela nafas dan tawanya perlahan mereda. Mereda seperti perasaan si dia, ehh!

Sore ini ia ingin keluar untuk sekedar ngopi santai sambil menikmati senja. Baru ingin pergi, jantungnya dibuat olahraga beberapa detik karena teriakan Ica. Loh bukannya tadi marah?

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"

"Astagfirulloh! Bikin kaget aja!"

"Mau kemana?" tanyanya dengan raut muka yang gelisah.

"Biasa kegiatan anak pecinta kopi pengagum senja" jawabnya enteng.

"Pecinta kopi pengagum senja, apaan kagak solat maghrib!" hardik Ica

"Boleh minta tolong ga?" raut gadis itu berubah memelas seperti kucing yang baru diadopsi dari kardus dipinggir jalan.

"Mohon maaf aa gak punya tolong"

"Iih seriuuuus!"

"Ngapain  minta tolong sama aa? bukannya ade lagi marah?"

"Gajadi deh marahnya. Tapi minta tolong yaaa pleaseee!"

"Satu pertolongan dua ringgit"

"heh mail! A please lah beliin aku sesuatu, ya ya ya da ganteng"

"Aa emang udah ganteng kali dari zigot"

"Iya deh iya. Tapi beliin yaaa"

.

.

.

.

Seorang pria muda, ganteng nan putih bak salju di film frozen sedang berdiri di jajaran rak kebutuhan wanita. Matanya bergerak gelisah, antara malu dan bingung ingin mengambil yang mana. Pasalnya beberapa wanita dari yang muda sampai yang tua terus melirik kearahnya, bahkan ada yang bisik bisik tetangga. Tipikal ibu-ibu pecinta ghibah.

Ukurannya yang 29 cm ya, harus yang malam. Jagan lupa harus ada sayapnya.

Begitulah yang tertempel di kepala Ghani. Di bagian kata ukuran dan malam Ghani paham. Pasalnya dari panjang dan tingginya rak, banyak sekali varian yang malam. Ko Ghani tau? Ya dia hanya menebak saja dari gambarnya. Kalo malam itu warna kemasannya gelap. Kalo ukuran sudah jelas disana sudah tertulis 29 cm atau 290 mm.

ADORABLE SIBLINGS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang