Chapter 6

28 1 0
                                    

HATI bak lapirin sepi, tak ada yang mampu memprediksi

Kapan ia ingin memiliki.

By: Author

Kelas telah mulai ramai sejak terakhir kali aku tinggalkan. Segera aku menarik Sani dari acara ngolor ngidul absurd-nya dengan mengoceh bagaimana cara menggaet cewek bule di pantai bali. Sedangkan aku tau persis bagaimana pengecutnya ia saat bertemu dengan Rini dari jurusan sebelah. Bahkan status jomblonya sudah mengakar sejak 10 tahun lalu, yang artinya dia cuma bicara omong kosong.

Untung dosen belum masuk. Tampak beberapa mahasiswi tak lupa menyapa dan sedikit menggodaku. Aku menyadari menjadi pusat perhatian. Aku sudah terbiasa akan hal itu, dan yang kulakukan hanyalah memberinya sedikit senyum dan anggukan. Setelah itu menyingkir.

"So, jelasin ke gue semua hal tentang cowok yang lu sebut buzzer beat itu? kataku setelah menariknya ke sudut ruangan.

Sani terperangah. Ia tak menyangka aku peduli akan hal itu. Dia hanya sedikit menguji saja, apa aku benar-benar tak memiliki perasaan sama Nancy ataukah justru sebaliknya. Kini setelah mendengar perkataanku, ia yakin telah memenangkan pertaruhan.

"Owh, Why? lo cemburu? lo benar-benar datang kesana?"

"Maksud lo? Hei, jawab aja pertanyaan gue. Nggak usah berbelit-belit." Aku berdecak.

Dia langsung cengar-cengir, "Ciee.. akhirnya lo jatuh cinta juga."

Emosiku mulai kesal sama anak satu ini. Dengan cepat sebuah jitakan melayang dari kepalan tanganku ke atas kepalanya. 

"Argg.. sakit gblk!" keluhnya sembari meraba rambutnya yang tak gatal.

"Kalau sakit, berarti lo udah sadar. Oke, sekarang jelasin ke gue semua yang lo tau?"

"Asu, main toyor aja lo. Gak ada yang gratis di dunia ini. Lo tau kan?"

Aku mendelik sejenak. Memandang wajah yang ingin kulumat abis dengan kuah siomay itu. Dasar matre nih anak.

"Oke, nanti gue bantu lo dapetin si Rini," tawarku akhirnya memberi secercah senyum di wajahnya. 

Jujur, aku heran dengan makhluk satu ini. Apa yang ia sukai dari cewek bernama Rini itu yang kulitnya coklat dan berbadan pendek serta gemuk gempal. Tak ada satupun yang menarik dari dirinya. Ketika aku bertanya hal itu, dia menjawab. "Ceweknya manis, adem, dan lucu." kenangnya dengan senang.

Aku akhirnya mengalah. Memang cinta itu buta.

"Yang gue dengar," katanya. "Namanya Faiz, dia baru setahun disini. Pindahan dari medan."

Aku terkejut. "Serius lo?"

Dia mengangguk.

"Terus, lo tau alasan dia pindah kesini?"

"Gue dengar dia punya urusan yang belum kelar disini."

"Urusan yang belum kelar?" Aku mengulang katanya."Urusan apa?"

Sani mengedikkan bahu."Mana gue tahu."

"Yang pasti dia pindah kesini pas seminggu setelah kejuaraan Basket kita tahun lalu, Al." 

Boy Don't CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang