Chapter 7

22 1 0
                                    


Cinta itu bukan tentang kata-kata
Tapi rasa di dada

By: Author

  Pagi ini cuaca sangat cerah. Entahlah apa karena lingkungannya? Atau karena perasaan pribadiku saja. Hanya satu hal yang pasti.

Aku bahagia.

Suara sirine terdengar pertanda kereta telah tiba. Aku berdiri dan melongok ke jalur rel. Dapat kulihat muka kereta dengan seorang masinis di dalamnya yang berseragam. Lalu pintu kereta pun berhenti tepat di depanku. Aku memilih gerbong dekat belakang masinis. Karena disitu ada sedikit ruang yang besar untuk berdiri. Dan juga--

"Kak Al." Nancy melambaikan tangan dengan senyumannya yang memikat.

Aku membalas dengan mengangkat tangan lalu masuk dan langsung memeluknya.

"Kamu sudah sarapan?"

 "Sudah." jawabnya.

"Anak baik."Kataku sembari membelai lembut rambut coklat kemerahannya.

Dia kembali tersenyum.

Sejak kemarin kami berdua sudah memutuskan untuk berhubungan lebih dekat. Walau tak ada pernyataan cinta apapun dariku. Namun, Nancy takkan menghiraukannya lagi. Fakta bahwa aku memeluknya dan menerimanya disisinya, sudah cukup baginya. Tak butuh juga istilah "Pacar" untuk menegaskan hubungan kami. Aku sudah menjelaskannya kepadanya. Bahwa kita akan menjalani hubungan tanpa status. Dan juga ini cukup menjadi rahasia kita berdua. Jangan sampai menjadi gosip heboh di kampus.

Kami juga memutuskan untuk menjaga jarak selama di kampus. Dan berkencan setelah pulang kuliah.

"Kak, aku baru mengganti lipstiknya dengan warna pink. Cantik gak?" Kelakarnya sambil bergelayut manja di lenganku.

Aku hanya menjawab singkat. "Cantik."

Tanpa sadar kami menjadi pusat perhatian orang-orang di dalam kereta. Terutama dari kaum hawa. Tampak ekpresi jengkel dari wajah mereka. Aku tak tahu alasannya. Aku acuh saja. Nancy pun tampak tak keberatan dengan hal itu. Karena baginya, aku adalah dunianya.

Pemberitahuan keretapun tiba di Senayan. Kami turun.

Aku menggamit tangan Nancy dengan erat. Dia mengayunkannya dengan girang.

"Kak, pulang nanti kita jadi nonton kan di PIM?"

Aku mencubit gemas pipi tembemnya. "Pasti."

Dia menyeringai.

"Oh ya, aku baru ingat." Langkahku terhenti. Nancy menatapku bingung.

"Aku lupa hari ini ada pertandingan persahabatan. Kamu mau menunggu, kan nan?" Ujarku sedikit ragu.

"Aku nggak papa kok kak. Jangan terbebani. Aku pasti akan menonton pertandingannya."

"Eh, kamu yakin? Pertandingannya mungkin agak membosankan dan lama loh?"

"Kalo liat kakak yang main. Aku pasti  akan menyemangati dari bangku penonton."

Boy Don't CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang