Chapter 8

20 1 0
                                    


Cinta itu buta.
Seberapa keraspun kau memikirkannya,
Kau hanya akan menjadi gila karenanya.

By: Author

Kami sedang duduk berdampingan di depan aneka jajanan foodcourt yang terletak di lantai teratas Pondok Indah Mall. Sekali-kali Nancy menyuapiku kentang panjang yang baru dibelinya di KFC. Dengan tak lupa dicelupi saos rasa tomat. Aku sangat menikmati momen itu. Apakah begini rasanya kehidupan berpacaran. Jantungku berdebar memikirkannya.

"Gimana, enak kak?" Tanya Nancy membuyarkan lamunanku.

Sumpah, melihat wajah Nancy sedekat ini membuatku tak bisa mengontrol diri. Urat nadiku terus berdesir memompa darah. Nafsuku rasanya mulai menggebu. Aku ingin mengecup bibir yang bernuansa merah jambu itu. Bibir penuhnya membuatku tak bisa berpikir lurus.

"Enak." Balasku singkat.

"Gimana tangannya? Masih sakit?" Tanyanya khawatir.

Tanpa sadar aku meringis.

"Ya, sedikit."

"Kak, kalo boleh aku bermain ke kostsan kakak?"

Aku terkejut. Berdua dalam kamar? Dengan cewek secantik Nancy?

Mendadak pikiranku menjadi kotor.

"Ke.. ke kostsanku? Ngapain?" Tanyaku gelagapan.

"Idih, kakak masa nggak tau?" Nancy mencubit lenganku.

Aku mengaduh sedikit. Namun, tetap pikiran itu belum hilang. "Serius nih?!" Batinku tak percaya.

"Nggak-- nggak usah deh. Bahaya. Ntar aku bisa di labrak sama warga se RT." Ujarku sedikit bercanda.

"Ihh.. kakak mesum!"

Aku bengong.

"Emang kakak mikir apaan? Aku cuma mau bantu kakak bersihin kostsan sama siapin makan malam. Kan tangan kakak lagi luka. Setelah itu aku pulang."

"Eh, gitu?" Alisku berjengit. "Gak usah deh. Ngerepotin. Aku bisa sendiri. Kamu pulang aja." Kataku sedikit berbohong. Fantasi liarku masih aktif menggerayangi pikiranku. Oh, Tuhan. Kenapa pikiran ini nggak hilang-hilang? Apa ini efek jomblo menahun?

"Jadi, kakak nggak senang sama aku. Nggak suka aku menolong cowok yang aku sukai?"

Kalimat lugu itu benar-benar membuatku mati kutu. Ekpresi imut yang dibuat-buatnya dengan memanyunkan bibir membuatku gemas tak tertahankan. Ingin ku gigit rasanya mulutnya itu.

Aku tergugu.

Tak bersuara, aku memungut air soda  di depanku. Dan meminumnya seteguk. Setelah itu, aku sengaja berpaling ke sekitar sebentar menyaksikan pemuda pemudi yang sedang kasmaran. Aku bingung. Entah kenapa rasanya kita sudah seperti pasangan yang sedang pacaran. Padahal aku hanya ingin dekat saja dengan Nancy. Apa itu istilahnya 'teman tapi mesra'. Tapi, rasanya tak berbeda jauh dengan orang pacaran. Apa memang akunya yang bodoh ya?

"Kakak ngambek ya? Kok diem aja?"
Tanyanya lagi dengan mendekap erat
Gelayutan tangannya. Aku bisa merasakan tubuhnya menempel hangat. Membuatku sedikit tegang.

Boy Don't CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang