4. Someone New

2.2K 254 6
                                    

Untuk semua orang yang sudah berbuat keji kepadamu, akan menerima yang sepantasnya!

Jungkook terbangun. Pandangannya kabur dalam ruangan pengap yang gelap. Ia tidak bisa melihat cahaya dari luar. Sepatu dan tasnya sudah tanggal bahkan tasnya sudah terkoyak oleh beberapa goresan.

Kepala yang masih sangat pening itu Jungkook paksakan untuk mencari pintu atau setidaknya jendela kecil untuk ia bisa kabur dari sini.

Rupanya tepat didepannya ada pintu yang dibuka oleh seseorang dengan setelan jas yang begitu formal dan juga sepatu hitamnya yang tampak mengkilat. Jungkook memperhatikan orang itu dari atas kebawah selama yang ia bisa.

Orang itu memberikan senyuman dan langsung mencengkram dagu Jungkook dengan kuat. Jungkook yang terikat tidak bisa berbuat banyak selain balik menatap netra bulan sabit yang sadis miliknya.

Satu bogeman mendarat pada pipi kanan Jungkook dan tendangan kaki orang itu langsung diarahkan pada perutnya. Sudut bibir Jungkook robek, Jungkook juga harus merasakan sesak untuk beberapa saat karena tandangan yang kuat darinya.

Kepala Jungkook dijambak untuk dipaksa mendongak. Kini Jungkook makin mampu melihat wajah yang tampak bengis dan jahat menurutnya. Siapa sebenarnya orang ini? Apa yang ia inginkan?

***

Tiga hari. Baru tiga hari setelah kepergiannya dan Namjoon nekat untuk ke kantor polisi untuk bekerja. Sebenarnya Namjoon masih diberikan libur untuk itulah kedatangannya cukup untuk mengejutkan beberapa rekan kerjanya termasuk Seokjin dan Hoseok.

Namjoon dengan wajah yang masih ketara sedih dengan penampilan yang seenaknya itu melangkah masuk menuju kantor Tim Penyelidikan Khusus yang pasti saat ini sedang menyelidiki kasus adiknya.

Namjoon membuka pintu kantor dengan kasar dan membiarkan semua orang menatap terkejut padanya. Namjoon tidak peduli ia melangkah maju langsung pada Seokjin yang menjadi pimpinan dalam tim tersebut.

"Sampai dimana penyelidikan?", tanya Namjoon dengan suara yang teramat datar dan dingin. Pertanyaannya itu tidak dijawab semua orang membisu. Hatinya makin kesal. "Apa semua orang bisu disini?" tanya Namjoon untuk kedua kalinya.

"Kau masih dalam masa libur, Joon"

Namjoon menoleh dengan wajah sinisnya pada Hoseok. "Kau mau membuatku gila? Terdiam di rumah dan membiarkan kalian mengusut perkara adikku? Kau mengenalku, Hoseok. Aku tidak bisa!!". Semua perkataan Namjoon kini penuh dengan penekanan. Namjoon berubah menjadi sosok penuh amarah dan kekesalan.

"Tidak ada bukti apapun dalam pembunuhan itu, Joon"

Seokjin yang awalnya ingin menutup rapat-rapat tentang hal itu kini mulai menyuarakannya perlahan. Semua tim pasti akan menyalahkannya tapi Seokjin rasa Namjoon harus mengetahuinya. Ia adalah keluarga Jungkook sekaligus masih menjadi anggota Tim Penyidik Khusus di Kepolisian Seoul.

"Pembunuhan Jungkook terjadi pada hari Senin 02/11/19. Dimana sebelumnya adalah hari minggu dan sekolah libur, Joon. CCTV dan keamanan sudah dimanipulasi olehnya. Darah yang ada di TKP adalah darah Jungkok, pisau yang ditemukan tidak ada tanda sidik jari atau DNA dari pelaku"

Namjoon menegakkan kepalanya sebentar. Ia sangat frustasi.

"Pembunuhan terjadi saat sekolah sedang sepi dan...tidak ada saksi serta barang bukti lain kecuali yang ditemukan di TKP", lanjut Seokjin dengan nada pasrah dan putus asa.

"Apa cuma ini--" 

"Penjaga sekolah yang berjaga pada hari minggu terbaring koma, tapi pagi ini ia ditemukan meninggal dunia karena trauma berat dikepala. Tidak ada saksi dan juga barang bukti, Joon", Seokjin mencoba untuk memberikan pengertian pada Namjoon yang mungkin tidak akan bisa menerima kelanjutan dari cerita ini. "Di rumahmu. Kami juga tidak menemukan apa-apa. Hanya jasad Jungkook yang kami temukan disana"

"Seokjin!!"

"Pimpinan akan mengolah kembali kasus adikmu. Jika-", kedua bola mata Seokjin sudah berair. "Semua bukti dan saksi tidak bisa memberikan petunjuk, maka-", Namjoon menggelengkan kepala namun Seokjin tetap harus melanjutkan kalimatnya. "Maka penyelidikan kasus pembunuhan adikmu akan dihentikan"

Air mata Namjoon menetes pada netra kanannya. Seperti inikah tempat ia bekerja selama ini? Hanya karena tidak ada petunjuk mereka menyerah begitu saja.

Seokjin memundurkan langkahnya untuk memperlihatkan pada Namjoon seberapa keras mereka berjuang. Mereka membuat sketsa dari mulai waktu pembunuhan sampai dengan alur penemuan korban. Sedikitpun tidak ada petunjuk disana.

"Kami sudah berusaha, Joon" lanjut Seokjin yang kembali terpaksa meminta pengertian dari Namjoon.

Namjoon justru menggelengkan kepala tidak percaya. "Pasti ada cara lain. Pisau itu menjadi senjata untuk membunuhnya. Tidakkah ada petunjuk disana? Apa sekolah benar-benar sepi saat itu? Aku ingat kalian menemukannya jam tiga sore, tepat setelah aku meminta ijin untuk lulang lebih cepat. Kau ketua dalam tim ini, kau tidak bisa menyerah begitu saja!". Namjoon meremat kerah baju Seokjin sambil memohon pada temannya.

"Jika pimpinan menutup kasus ini. Kita tidak bisa berbuat banyak, Joon"

Namjoon tidak terima. Ia segera membawa langkah penuh kekesalannya menuju ruang kerja dari pimpinannya yang selama ini sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri. Tapi pemandangan yang ia lihat setelah membuka pintu ruang kerja itu justru membuatnya mematung.

Seokjin dan Hoseok yang mengikuti Namjoon berusaha mencegah. Tapi sepertinya mereka sudah kalah dengan waktu. Namjoon yang masih membatu disana pasti sudah mengetahui yang sebenarnya.

Yang saat ini berdiri didepan mereka bukanlah Pimpinan Kepolisian Bang Si Hyuk yang selama ini mereka kenal, melainkan orang asing. Namjoon tidak mengenalnya, Seokjin dan Hoseok juga tidak pernah bertemu sebelumnya.

Pimpinan Kepolisian yang baru itu mendekat pada Namjoon yang masih tidak bergeming menatapnya.

Tangannya terulur untuk memberikan salam pada Namjoon. "Pimpinan Kepolisian Tim Penyidik Khusus. Min Yoongi"

Our Magic Shop // EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang