Maka disinilah saat kewarasanku menghilang!
***
Park Jimin tertawa keras saat Namjoon meneriakan namanya dengan kesal namun penuh kesedihan. Park Jimin sangat menantikannya.
"Jungkook adik yang sangat manis, Namjoon. Kenapa kau tidak bisa menjaganya dengan baik?" tanya Jimin yang masih duduk tenang dikursi putarnya.
"Keparat kau!!" segala sumpah serampah yang Namjoon tahan keluar saat melihat semua barang milik Jungkook.
"Akan aku ceritakan kejadiannya. Aku mengikuti adikmu dan kau selama beberapa hari, awalnya aku memilihmu sebagai target tapi ternyata adikmu jauh lebih menyenangkan--"
Namjoon memajukan beberapa langkah untuk mendekat pada Jimin tapi kedua tangan Hoseok dan Seokjin menghalanginya.
"Dia manis, tampan, lucu, imut, dan karena aku sangat gemas maka aku mengungkapkannya dengam caraku sendiri. Aku bunuh sekolah lalu aku antar dia pulang. Bersyukurlah!"
"Bangsat!", Namjoon makin memberontak tapi kungkungan pada kedua lengannya belum berhasil terlepas.
"Kita sama sekarang, Namjoon! Kehilangan seorang adik dengan cara yang teramat keji!" kata Jimin setelah ia bangkit dari kursinya.
Nafas Namjoon sudah sangat memburu kesal. Amarahnya memuncak dan hanya dengan menghempaskan kedua bahu satu kali ia sudah bisa melepaskan diri dari tangan kedua sahabatnya.
"Kau benar, Jimin! Kita kehilangan seorang adik! Tapi adikku mati sebab kau yang membunuhnya!!"
Namjoon perlahan mengambil langkah mendekat. "Seandainya saja adikmu hidup dengan kanker paru-paru, apa yang akan terjadi? Bukankah ia justru akan tersiksa? Seandainya saja adikmu itu masih hidup apa dia menginginkan kakaknya menjadi iblis seperti ini? Kita sama-sama seorang kakak dan yang aku tau semua kakak di dunia ini akan selalu berusaha membahagiakan adiknya, menjaga dan menyayangi adiknya. Kau tau bagian dari rasa sayang itu, Park Jimin. Salah satunya adalah membuat adik kita bangga memiliki kita sebagai kakaknya. DAN KAU SUDAH MENGOTORI NAMA BAIKMU DENGAN MEMBUNUH ADIKKU!!"
Namjoon sudah dekat dengan Jimin. Jarak mereka hanya sepanjang penggaris. Kedua bola mata mereka saling bertatapan. Dua kakak yang juga tengah merindukan sosok adik mereka. Dua kakak yang harus kehilangan adik tercinta.
Kedua tangan Namjoon yang menggantung kini makin terkepal kuat. Ia benci, kematian Jungkook tidak sama dengan kematian adik dari Park Jimin. Itu jelas berbeda. "Ayahmu membunuh kedua orang tuaku dan kau membunuh adikku. Tidakkah itu membuatmu mengerti?"
"Hah! Hahaha--"
Park Jimin sangat geli mendengar kalimat yang keluar begitu saja dari bibir Namjoon. Ia merasa Namjoon sedang meratapi nasib dan mengadu padanya.
"Aku hanya mengerti satu hal, Namjoon", Jimin mendekatkan bibirnya pada telinga kanan Namjoon untuk berbisik, "Nyawa dibalas dengan nyawa!"
Hanya butuh waktu tiga detik saja bagi Namjoon untuk menunggu. Namjoon melayangkan bogeman pada wajah Jimin dan menarik pakaiannya. Namjoon melemparkan Jimin begitu saja sehingga tubuh Jimin harus membentur tembok cukup keras. Seseorang yang sedang dikuasai amarah adalah orang yang tidak terkendali dan tidak bisa berfikir. Namjoon bisa saja membunuh Jimin dan menuntaskan dendamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Magic Shop // End
FanfictionNamjoon hanya seorang kakak yang harus bertanggung jawab untuk adiknya, Jungkook.