Dendam yang terpendam dan terlanjur mendarah-daging tidak akan terhapus atau menghilang begitu saja. Namjoon tidak bodoh. Hanya ada satu kasus yang menimbulkan dendam pada keluarganya. Kedua orang tuanya yang mati akibat pembunuhan tidak masuk akal dengan alasan penuh kebohongan adalah alasan Namjoon sangat mempercayai kecurigaannya.
Kepolisian belum membuat keputusan yang pasti. Maka dari itu Namjoon masih memiliki waktu untuk menangkap dan membalas kematian Jungkook.
Jika Namjoon bisa membuktikan bahwa ada peluang untuk bertemu dengan saksi atau bukti meski itu hanya sebesar 0,000 sekian kali. Maka penyelidikan Jungkook akan dilanjutkan.
Namjoon memang sedang dikuasai dendam. Hatinya kini penuh dengan amarah dan juga keinginan untuk membalaskan apa yang sudah keparat itu lakukan pada adiknya. Namun, Namjoon juga bukan orang yang akan kehilangan akal. Namjoon adalah seseorang yang selalu mengikuti alur. Dia akan menjadi berbahaya pada saat yang tepat.
Seharian ini yang Namjoon lakukan adalah membuka kembali berkas kasus kematian kedua orang tuanya dan juga kasus kematian seorang anak akibat suntik euthanasia. Si pembunuh kedua orang tuanya sudah dihukum mati karena menyerahkan diri setelah puas membalaskan dendam.
Semuanya tampak sudah selesai bagi Namjoon.
Jungkook bukan anak yang akan memiliki musuh di sekolah. Namjoon juga meminimalisir adanya dendam dari semua proses penyelidikannya. Dia sangat berusaha untuk benar-benar menghukum yang bersalah. Seakan itu semua belum cukup, ketidakadilan justru dialami Jungkook. Adiknya yang polos dan tidak tau apa-apa harus menderita, disiksa, sampai kehilangan nyawa.
Namjoon hanya memandangi siluet putih dan garis polisi yang masih berada didalam rumahnya. Dia tidak pernah menyangka bahwa semua itu akan ada di rumahnya. Namjoon meraba permukaan lantai terdapat darah Jungkook yang mengering dilantai, membuat Namjoon merasakan ngilu dihatinya. Ngilu yang sangat dalam dan menyakitkan.
"Maaf Dek.."
Setiap hari meminta maaf dan berlirih seperti ini tidak akan membantu apapun. Untuk itulah Namjoon berusaha sekuat mungkin untuk membuktikan bahwa kematian Jungkook harus benar-benar diusut.
Kini panggilan telfon yang sangat ia tunggu berhasil Namjoon dapatkan. Seorang dokter yang melakukan suntik euthanasia yang berhasil mendapat keringanan hukum akibat sebuah artikel yang ditulis oleh almarhum ayahnya, Kim Taehyung.
"Hallo"
"Aku mendapatkan sebuah informasi yang mungkin bisa membantu"
Namjoon mengerutkan kedua alis untuk lebih fokus pada penjelasan berikutnya.
"Kau pasti tau benar bahwa suntik euthanasia dilakukan atas persetujuan medis dan keluarga. Dalam hal ini ibu dari anak itu setuju. Tapi ayah dan kakaknya tidak menyetujui untuk itu mereka menuntutku dan ingin memenjarakanku"
"Kakak?"
Diseberang sana Taehyung mengangguk beberapa kali.
"Inilah yang ingin aku jelaskan padamu, Namjoon. Anak itu memiliki seorang kakak dan dia tidak menyetujuinya. Tapi dalam catatan kematian tidak dicantumkan nama kakaknya, hanya ada data keluarga disini. Park Jimin"
Namjoon tidak pernah mendengar nama ini sebelumnya. Pada catatan kepolisian pun tidak ada catatan yang menyatakan bahwa si anak yang disuntik mati itu memiliki seorang kakak.
Jika ia membawa Jungkook kembali ke rumah, maka...
"Dokter, bolehkan saya meminta semua berkas dari korban suntik euthanasia tersebut. Termasuk alamat rumah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Magic Shop // End
FanfictionNamjoon hanya seorang kakak yang harus bertanggung jawab untuk adiknya, Jungkook.