"Bulan." teriak Leksa mengejutkan Bulan yang sedang di kolidor kelas sebelas, iya tersentak kaget.
"Leksa."kata Bulan mengeram kesal, ia mengerecukan bibirnya seperti anak kecil.
"Gimana masih sakit enggak jidatnya." kata Leksa sambil melihat pelipis Bulan.
"Udah enggak papa kok."
"Gue kesel tau enggak sama zaki, udah buat lo celaka jangan kan mau jenguk lo, ngarter lo ke uks pun enggak mau." omel Leksa.
Siapa yang sakit, siapa yang repot.
Eh bentar Zaki, bukannya bintang yang buat Bulan celaka.
"Kok Zaki sih, bukannya Bintang?" kata Bulan bingung yang mana yang benar Bintang atau Zaki, atau Leksa hanya salah sebut orang aja.
"Ya ampun bulan, Zaki yang buat lo celaka, bahkan Bintang yang nganter lo ke uks, sampe gue ikutan baper tau enggak, perhatian banget.. ." kata Leksa mengantar ganti ekspresinya.
Mendengar pernyataan Leksa, Bulan langsung pergi meninggalkan Leksa yang masih sibuk mengommel.
Dia mencari ke kelas, ke kantin bahkan ke perpustakaan, tapi nihil bintang enggak ada di tempat itu.
Bulan berdecak sebal, hanya satu tempat yang belum dia cari, di taman deket lapangan, ya hanya di sana.
Dia sedikit berlari menuju taman dan ya benar bintang ada kursi taman tapat di tempat Bulan mengobati luka Bintang saat itu.
"Kenapa lo bohong sama gue." kata Bulan dari belakang Bintang.
Bintang yang mendengar suara itu membalikkan badannya dan menemui Bulan yang memasang muka datar dan sedikit tersenggah-senggah karna telah berlari kesana kemari untuk mencari Bintang.
"Gue enggak pernah Bohong sama lo." kata Bintang lalu kembali melihat kedepan.
Bulan berjalan menemui Bintang dan duduk di sampingnya.
"Lo bilang yang ngelempar gue bola basket itu lo, padahal kan Zaki." kata Bulan menjelaskan.
"Gue kira cuma itu caranya biar lo mau pulang sama lo."
Bener cuma itu?
Cuma mau pulang bareng bulan, bintang menyalahkan dirinya sendiri."Gak gitu juga kali." kata Bulan dengan wajah kesalnya.
"Udah lupain aja, entar malem gue jemput."
kayaknya itu pernyataan, bukan pertanyaan.
"Tapi." kata Bulan agak berteriak karena Bintang sudah meninggalkannya, tapi percuma Bintang enggak mendengar itu.
Entah enggak denger, atau pura-pura enggak denger?
Bulan menghembuskan napas kasar lalu pergi dari sana, dengan senyum-senyum sendiri, dia memikirkan apa yang akan terjadi malam nanti.
Kenapa dia seneng?
"Senyum-senyum aja lo, kesambet apaan lo?" kata Miko yang tiba-tiba dateng dari belakang tubuh Bulan.
"Apaan sih lo, siapa juga yang senyum-senyum." kata Bulan langsung mengubah ekspresi mukanya menjadi cemberut.
"Enggak usah bohong deh lo, mikirin bintang kan lo."kata Miko sok tau, tapi emang bener sih Bulan lagi mikirin Bintang, tau dari mana dia.
Miko pergi meninggalkan Bulan sendirian yang masih bingung dengan perkataan Miko.
Bulan kembali berjalan menuju kelasnya. Dia duduk di tempat duduknya, dan ada Leksa yang sedang menekuk mukanya.
"Sa lo kenapa? Tanya Bulan saat melihat sahabatnya itu cemberut.
"Gue kesel sama Miko, dia udah lebih tau gosip yang paling Hot, dari gue." kata Leksa sambil mengerecukan bibirnya seperti anak kecil.
Bulan terkekeh geli.
"Jadi cuma itu masalahnya, kirain apaan." kata Bulan memutar bola matanya malas.
Leksa emang lebay.
"Kalo gosip tentang orang lain gue sih enggak masalah, tapi ini tentang sahabat gue sendiri, seharusnya gue yang paling tau."
"Sahabat lo kan cuma gue."kata Bulan, emang kenyataannya kayak gitu sih, dari smp cuma Bulan yang betah temenan sama dia.
"Iya emang gosip tentang lo, katanya lo udah jadian sama Bintang." kata Leksa, Bulan langsung menatap Leksa dengan muka seriusnya.
"Apaan sih, siapa juga yang jadian sama dia, males banget." kata Bulan kesel. Bener-bener mengada-ngada.
Miko berjalan memasuki kelas dengan muka datarnya seperti tidak ada salah, dan dengan kedua tangan di saku celana depannya.
Bulan yang melihat Miko yang semakin dekat langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Lo apaan sih, nyebarin gosip kayak gituan."
"Biasa aja kali, enggak usah pakek emosi." kata Miko dengan santainya dan duduk di kursinya.
"Lo dapet dari mana tu berita kayak gitu?"tanya Bulan, penasaran dari mana Miko mendapatkan gosib kayak gitu, padahal Bulan enggak pernah tuh di tembak sama Bintang.
" Tadi gue liat lo senyum-senyum dan gue simpilin lo detembak sama Bintang. "
Mudah banget di menyimpulkan sesuatu yang belum tau kebenarannya, dan menyebarkan itu.
Bulan mengeram kesal, dia takut Bintang akan berfikir dia berharap untuk di tembak sama Bintang, kan malu.
***
Yang baru jadian enggak bisa jauh-jauh ni ye, selalu nempel.
Wow cepet banget tu jadian, baru kenal.
Nempel mulu.
Jadi baper.
Semua siswa melihat Bulan dan Bintang sangat tajam yang sedang berjalan menuju kantin, Bulan merasa tidak nyaman dengan ini.
"Tar lo jauhan dikit deh dari gue." kata Bulan sedikit berisik, sungguh dia tidak suka keadaan seperti ini.
"kenapa?, malu? ." tanya Bintang dengan menaikkan sebelah alisnya."jangan di dengerin, kalo gue sih makasih tu sama mereka."
"untuk apa." tanya Bulan, emang Bulan itu harus di jelasin dulu baru ngerti, dia itu tipe perempuan yang enggak peka.
"katanya kan omongan adalah doa, dan sekarang mereka sedang mendoa kan kita." katanya sok bijak. "dan semoga allah mendengarnya."
Jangan lupa vote..
Dan komen ya..Kritik dan saran di terima..
Bye bye
![](https://img.wattpad.com/cover/202969310-288-k603926.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hope Of The Moon
Ficção Adolescente#10 in Moon [041119] #2 in Miko [041119] Lebih baik mencari yang pasti Dari pada menunggu yang tak kunjung kembali Lebih baik mencari pengganti Dari pada harus setia pada orang yang selalu menyakiti Lebih baik memilih dia Dari pada harus memilih ora...