lagi-lagi kenapa aku harus peduli. aku sendiri pun tak mengerti perasaan ini. Dan pertanyaan ini kembali terbesit di pekiranku,
Apa ini cinta?
Atau hanya persaan simpati?Bulan berjalan di kolidor kelas sebelas dengan muka datarnya dan tak lupa memegang satu novel yang selalu di bacanya.
Tiba-tiba buku yang Bulan pegang di ambil paksa oleh Bintang.
"Apaan sih lo?"ujar Bulan kesal dan berusaha mengambil buku yang sekarang sedang di baca oleh Bintang.
"Buku apaan sih ini?, ngebosenin amat enggak ada gambarnya lagi." kata Bintang membolak balik isi buku.
Bener tu Bintang lagian itu buku apaan sih isinya, kayaknya setia amat Bulan baca tiap pagi.
"Lo enggak bakal ngerti." kata Bulan ketus lalu mengambil bukunya kembali dari Bintang, lalu pergi.
Bintang menegangkat bahu nya acuh lalu kembali melanjutkan perjalanannya.
***
Bulan sedang berjalan di pinggir lapangan sambil memegang novelnya, dan Leksa hanya mengikutinya dari belakang.
Leksa mengeram kesal melihat sahabatnya ini, padahal dia masih punya seribu satu gosib yang mau di bahasnya, tapi semua itu sia-sia karena Bulan lebih mememilih berkutat dengan bukunya.
"Bulan." teriak Leksa yang melihat bola basket yang menuju ke arah Bulan.
Bruk
Bola itu mendarat di kepala Bulan, hingga novelnya pun terhempas dari tangannya, lalu hitam itu yang kini ia rasakan.
Leksa langsung menopang Bulan yang jatuh tepat di depannya, tapi dia tidak mampu menopang Bulan lebih lama, bahkan kini badannya pun lemah.
Bintang berlari dari lapangan Basket dan langsung menghampiri Leksa dan Bulan yang tergeletak lemah. Melihat leksa yang semakin lemah karena tidak kuat menahan bobot Bulan, dengan sigap Bintang mengendong Bulan hingga ke uks.
"Lan, bangun dong." kata Leksa sambil mengenggam erat tangan Bulan yang semakin dingin.
Bintang duduk di luar uks dengan kepala yang ia tundukkan, sedikit khawatir itu yang dia rasakan.
"Tang gimana keadaan Bulan." kata Zaki yang tiba-tiba datang dan terlihat dari matanya ia benar-benar khawatir.
Bintang mendongakkan kepalanya dan bertemu tatap oleh Zaki, ia berdiri lalu menatapnya tajam.
"Bisa-bisanya lo kesini, setelah apa yang lo lakuin ke Bella, bukanya udah bilang buat jangan ganggu dia lagi." kata Bintang menatap tajam Zaki dan tatapannya penuh kebencian.
"Gue nggak sengaja, goe enggak mungkin nyakitin orang yang gue sayang." ucapnya berbalik menatap tajam ke Bintang.
"Lo bilang lo sayang dia, tapi lo hanya bisa buat dia sakit." kata Bintang mengatakan apa yang dia lihat sejak kemarin.
"Udah gue mau masuk."
Zaki langsung mendiring tubuh Bintang, dan membuat Bintang kembali terjatuh ke kursi di depan UKS.
Bintang langsung beranjak dari tempat duduknya, dan menahan pintu yang ingin di buka oleh Zaki.
"Lo pergi atau gue bikin lo lebih sakit dari Bella." bisik Bintang tepat di telinga Zaki.
Zaki mendengar pernyataan itu langsung melepaskan tangannya dari pintu UKS, dan sedikit melirik Bulan yang terbaring lemah di dalam, lalu pergi.
Bintang pun ikut pergi dari sana, tanpa menunggu Bulan sadar terlebih dahulu.
***
"Pulang bareng gue." kata Bintang saat bel telah berbunyi dan kini ia sedang berjalan di tengah lepangan.
"Gue bisa pulang sendiri." kata Bulan dengan muka datarnya.
Bintang menghembusakan napas kasar.
"Tapi lo lagi sakit."
"Kenapa lo harus peduli." kata Bulan yang menusuk.
Jujur Bintang pun bingung dengan sikapnya sendiri.
"Karna gue yang bikin lo sakit." kata Bintang ambigu.
"Maksudnya?" kata Bulan kini dengan muka seriusnya.
"Maafin gue, gue yang enggak sengaja ngelempar bola basket ke lo, dan sebagai permintaan maaf, lo pulang bareng gue, gue enggak mau lo kenapa-napa." kata Bintang dengan nada memohon.
"Gue maafin lo, tapi untuk pulang bareng lo, maaf gue enggak bisa." kata Bulan lalu pergi.
Bintang memegang pergelangan tangan Bulan saat dia ingin pergi.
"Lo mau buat gue jadi orang yang enggak bertanggung jawab." kata Bintang dengan nada sedikit mengancam.
Bulan terdiam sejenak, lalu dia menganggukkan kepalanya, dia menuruti apa kata Bintang.
Di perjalanan, ya mengheningkan cipta di mulai lagi, hanya ada suara motor dan mobil, ia membela jalanan.
Sesampainya di depan ruang Bulan, Bulan turun dari motor Bintang.
"Makasih." kata Bulan lalu pergi ke pekarangan rumahnya.
"Novel lo." teriak Bintang sambil mengangkat novel yang sering di baca oleh bulan.
Bulan menghentikan langkahnya lalu menoleh kearah Bintang yang menunjukan novel di tangannya. Bulan berjalan kearah Bintang lalu mengambil novelnya setelah itu pergi masuk rumahnya.
***
" Cie yang di anterin pacar baru." kata Mira saat melihat anaknya di anterin seorang lelaki dengan seringai mengodanya.
"Temen bun." kata Bulan lalu duduk di samping Mira yang sekarang sedang menonton televisi dan sambil mengemmil keripik.
"Pacar juga boleh." kata mira dengan kekehan di ujung kalimatnya.
Udah dapet restu ni ye.
"Udah ah Bulan mau ke kamar, capek." aduh bulan lalu masuk ke kamarnya.
Entah capek beneran, atau enggak mau lagi bahas Bintang.
Jangan lupa vote
Dan komen ya..Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hope Of The Moon
Novela Juvenil#10 in Moon [041119] #2 in Miko [041119] Lebih baik mencari yang pasti Dari pada menunggu yang tak kunjung kembali Lebih baik mencari pengganti Dari pada harus setia pada orang yang selalu menyakiti Lebih baik memilih dia Dari pada harus memilih ora...