ketika kita menerima seseorang dalam hidup kita, kita juga harus merelakan dia untuk pergi, ketika kita mencintai seseorang, maka kita harus sanggup tersakiti.
Seorang perempuan yang bernama Bulan kini sedang duduk di ayunan kayu di bawah pohon rindang depan rumahnya.
Kepalanya ia donggakkan menatap langit malam, yang dipenuhi bintang-bintang yang sekarang sedang menemani sang bulan yang hanya sendirian di sana.
"Kurasa aku hanya kehilangan satu bintang. Tapi kenapa sakitnya seperti saat kehilangan beribu-ribu bintang?" monolognya sambil melihat bintang yang berkelap-kelip, seketika air matanya menetes dari kelopak mata indahnya.
Tiba-tiba ada seorang perempuan yang memegang pundaknya sambil berkata,
"Ngapain malem-malem di luar, entar masuk angin lo,"ujar seorang perempuan yang sudah berkepala tiga, namun masih cantik dengan menggunakan piama tidurnya.
Bulan pun menghapus air matanya dan menoleh kearah sumber suara, dia tersenyum kecil kearah mamanya.
"Kamu nangis?" tanya perempuan itu saat melihat mata Bulan yang sebab, bulan menghapus air matanya kasar lalu mengelengkan kepalanya cepat.
Namun Bulan tidak bisa mebutupi kesedihannya, sekuat apapun dia menahan air matanya namun ia gagal, Bulan beranjak dari ayuan dan langsung memeluk Mira sangat erat.
Bulan melimpahkan tangisannya dalam dekapan wanita itu, wanita itu pun mengelus kepala Bulan dengan lembut.
"Bun Bulan rindu dia."
"Dia udah janji untuk kembali, maka dia akan menepatinya, " ujar Mira lembut.
Mira melepaskan pelukkanya dan mengusap air mata anak tercintanya itu.
"Ya udah sekarang kita masuk, angin malam enggak bagus untuk kamu," ujar Mira dan dianggukkan oleh Bulan.
***
Bulan melangkahkan kakinya di koridor kelas sebelas, sambil membaca novel.
Tiba-tiba datang seorang perempuan yang bernama Leksa Mauli Aziza, sahabat Bulan dari Smp.
Leksa menepuk-nepuk pundak Bulan hingga membuatnya menoleh kearah Leksa.
"Lan, lan lo tau belum berita yang lagi Hot sekarang?" tanya Leksa dengan muka seriusnya.
Ini kebiasaannya dari Smp yaitu ngegosip.
Bulan mengangkat pundaknya acuh, dan masih fokus dengan novelnya.
"Ada anak baru loh, gantengnya kebangetan, idola gue banget itu mah." kata Leksa sambil senyum-senyum sendiri sambil membayangkan lelaki itu.
"Terus apa hubungannya sama gue?" kata Bulan acuh.
Seharusnya Leksa tau Bulan itu enggak pernah tertarik sama yang namanya cowok, mau sekeren apa pun dia, mau sepinter apapun dia. Dihatinya cuma ada nama 'dia'.
Leksa mendecak kesal melihat tingkah laku Bulan yang tidak pernah berubah.
"ya udah deh cari temen lain aja, yang tertarik sama gosip gue." kata Leksa lalu pergi meninggalkan Bulan seorang diri.
"kok bisa ya gue temenan sama makhluk kayak gitu?" monolog Bulan sambil melihat punggung Leksa yang semakin jauh.
"Ya bisa lah, takdir tuhan," celetuk seseorang dari belakang tubuh Bulan.
![](https://img.wattpad.com/cover/202969310-288-k603926.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hope Of The Moon
Roman pour Adolescents#10 in Moon [041119] #2 in Miko [041119] Lebih baik mencari yang pasti Dari pada menunggu yang tak kunjung kembali Lebih baik mencari pengganti Dari pada harus setia pada orang yang selalu menyakiti Lebih baik memilih dia Dari pada harus memilih ora...