10. Belanja

85 35 7
                                        

Bulan menggelengkan kepalanya saat Bintang menyuruhnya untuk masuk ke dalam mol.

Bintang menarik tangan Bulan untuk masuk ke dalam mol tersebut, Bulan hanya bisa nurut. Bintang mengajaknya kehadapan perempuan yang di percayai oleh Bulan dia mamanya Bintang dan ada seorang perempuan di sampingnya, mungkin lebih muda satu tahun di bandingkan Bulan, dia tersenyum ramah pada Bulan sedangkan mamanya Bintang menampakkan muka tidak suka.

Sungguh Bulan menyesal mau ikut kesini. Bulan pun tidak mengerti kenapa dia tidak bisa menolak permintaan Bintang.

"Halo tante." sapa Bulan dengan senyum yang canggung.

Mentari, mama Bintang melihat Bulan inteks dari ujung kaki sampai ujung rambut. Sungguh ini tambah membuat Bulan takut dan bertanya-tanya apa yang telah di pikirkan Mentari.

"Kamu Bulan?" Tanya Mentari masih menatap Bulan intens. Tapi kenapa dia takut seharusnya dia masa bodoh atau malah senang melihat mama Bintang yang tidak suka dengannya.
"Cantik." kata Mentari lalu tersenyum ramah dan itu cukup membuat Bulan kaget mendengarnya ternyata semua yang ia pikirkan itu salah.

"Makasih tan, cantikan juga tante." ucap Bulan dengan kekehan di ujung kalimatnya, Bintang tersenyum ternyata Bulan mudah akrab dengan mamanya.

"Makasih lo cuman kamu yang bilang gitu." kata Mentari masih tersenyum lebar. "Oh ya udah, kita mau kemana dulu ni mau belanja, atau perawatan dulu?." tambah Mentari.

"Terserah tante aja, Bulan kan cuman nemenin." jawab Bulan pada Mentari.

"Kok cuma nemenin ya ikut belanja lah, kan pacarnya yang bayarin."kata Mentari sambil melirik Bulan dan Bintang secara bergantian.

Bulan melirik pada Bintang, cowok ini sedang tersenyum, entah apa yang membuatnya tersenyum tapi Bulan merasa canggung.

" Sekalian aku kak ya, masa pacarnya doang. " ucap kesya, adik Bintang, baru kali ini ia bersuara dan sepertinya dia tidak jauh beda dengan Mentari dan Bintang suka bercanda.

"Iya." jawab Bintang ogah ogahan.

"Oh ya kak kenalin nama aku Kesya kinara panggil aja Kesya." kata Kesya dengan senyum ramahnya dan menjulurkan tangannya. " panggil capar juga enggak papa." kata Kesya  dengan seringai  jahilnya, Bulan menyambut tangan Kesya dengan senyum yang tak kalah ramah.

"Capar apaan?, nama panggilan?" tanya Bulan.

"Calon adik ipar." jawab Kesya lalu tertawa renyah, Bulan ikut terkekeh melihat tingkah Kesya, dia sangat merindukan saat-saat  bercanda seperti ini bersama keluarganya, semenjak papanya masuk penjara Bulan enggak pernah merasa keluarga yang utuh seperti Bintang, Bintang sangat beruntung.

"Kakak cuman temenan kok sama kak Tara." jawab Bulan lembut.

"kan berawal dari temen." kata Kesya anak ini emang pinter cari alasan. "oh ya kak kok manggil kak Bintang Tara  sih?, atau jangan-jangan panggilan spesial."kata Kesya semakin membuat Bulan malu karenanya.

"Kamu jangan gangguin kak Bulan terus dong kan dia jadi malu. "kata Mentari saat melihat pipi Bulan yang memerah karena malu.

"Iya-iya ma. "kata Kesya dengan mengerecutkan bibirnya seperti anak kecil.

Bintang hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya ini. "Ma Bintang pergi bentar ya, entar kalo udah selesai tenpon aja." kata Bintang memandang Mentari lalu beralih pada Bulan seperti meminta persetujuannya. Bulan tersenyum seakan berkata 'iya' pada Bintang, lalu lelaki itu lantas pergi.

"Ayo kak misi kita kali ini ngabisin uang jajannya kak Bintang, kakak mau apa aja ambil enggak usah sungkan-sungkan, kak Bintang pasti bolehin." kata Kesya lalu mengandeng tangan Bulan pergi.

Bintang tersenyum karena dia masih bisa mendengar perkataan adiknya barusan.

***

"Kak bagusan yang ini apa yang ini? "tanya Kesyah sambil menunjukkan kedua baju yang ia pegang ke Bulan.

"Emm, dua-duanya. "jawab Bulan memang Bulan bingung yang mana yang bagus soalnya bagus semua dan pasti mahal-mahal.

Kalo dia di posisi di mana ayah nya belum masuk penjara pasti itu tidak seberapa baginya, tapi sekarang berbeda. Bulan tidak pernah menyalahkan ayahnya dia bisa mengambil hikmah dari masalah ini mungkin tuhan ingin menjadi kan Bulan mandiri dan tidak manja.

"Ya udah gini aja, satu buat kakak, satu buat aku. "kata Kesyah dengan antusias.

"Enggak usah buat kamu semua aja. "tolak Bulan.

"Engak buat kakak, ya udah sekarang kita cari sepatu, tas, apa lagi ya?"kata Kesyah sambil mengetuk-ngetuk dagunya seolah berfikir, memang Kesyah enggak pernah nolak kalo di ajak belanja apa lagi di beliin sama Bintang. Jarang-jarang.

Bulan mengikuti Kesyah yang masih asik mencari baju sedangkan Mentari sedang mencari baju di sudut lain.

"Ini bagus, kakak suka?" tanya Leksa sambil menunjukkan baju yang ia pilih.

"Bagus." jawab Bulan memang ini bagus menurut Bulan.

"Ya udah buat kakak." kata Kesyah sambil memberinya pada Bulan.

"Udah selesai belanjanya, Bintang udah nunggu tu di depan." kata Mentari yang datang dari belakang Bulan.

Bulan menganggukkan kepalanya, lalu mereka berjalan menuju kasir.

***

"Udah selesai?"tanya Bintang saat melihat Bulan, Mentari, dan kesya menghampirinya.

"Udah, kamu anter Bulan pulang, mama sama keysa biar pulang naik mobil." kata Mentari.

"Iya ma."

"Kapan-kapan main ke rumah ya Bulan." kata Mentari pada Bulan yang sedang menbawa belanjaannya ada dua baju itu sudah banyak bagi Bulan dan pasti harganya mahal lagi pula sebenarnya dia tidak mau nerima ini tapi kesya yang terus memaksanya.

"Ih kak Bintang pelit deh, pasti sebelum pergi ke Mol kak Bintang, Bilang sama kak Bulan biar belanjanya jangan kebanyakan." kata Keysa sambil melihat Bintang sinis.

"Enggak tuh."

"Jangan boong deh kak, masak kak Bulan tadi di suruh ambil yang ini bilangnya enggak usah, suruh ngambil yang itu bilangnya kemahalan dan ujung-ujungnya kesya yang milihin." kata kesya menirukan apa yang tadi di bicarakan Bulan.

Bintang  melirik ke Bulan cewek itu tersenyum canggung, Bintang tau Bulan enggak seperti perempuan pada umumnya kalo di suruh belanja enggak pernah nolak.

"Awas ya kalo kayak gitu lagi. "kata Kesya, lalu Mentari menarik tangan Kesya kalo enggak gitu pasti mulutnya enggak berhenti-henti.

"Sebenernya yang kakaknya gue atau lo sih? "tanya Bintang sambil melihat punggung kesya yang semakin jauh lalu beralih menatap Bulan." lagian enggak usah enggak enak-enakan ambil aja apa yang lo suka, gue enggak akan mati kelaparan kok cuman buat lo belanaja. "ucap Bintang lalu menuju motornya. Bulan tidak menjawab dia mengikuti Bintang lalu naik ke motor.

Jangan lupa tinggalin jejak.

Bye bye

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Hope Of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang