Rose sudah menunggu selama lima belas menit hingga sahabatnya itu menjemputnya, tapi ternyata batang hidung Tian tak muncul sama sekali dan sekarang dia mengirim pesan agar Rose meminta jemput Dimi dan jelas itu bukan sesuatu yang diinginkan Rose.
Ia tahu bahwa Dimi mempunya kesibukan sendiri dan ia tak cukup berani mengganggu Dimi walaupun ia yakin lelaki itu juga tak akan keberatan untuk mengantarnya pulang. Di saat ia sudah bersiap untuk memesan Gocar tiba-tiba Yovan muncul dan itu sedikit membuat Rose kaget.
"Ya Tuhan Pak Yovan, kaget saya." Yovan tertawa sangat manis dan Rose harus mengakuinya, dan kini ia baru menyadari bahwa Yovan sangatlah tinggi lebih tinggi dari Dimi tunggu kenapa dia membandingkannya dengan Dimi.
"Maaf saya tak bermaksud mengagetkan ibu," katanya lalu melirik ke layar hp Rose yang menampilkan aplikasi Gojek di sana.
"Ibu mau pesan gojek? Pacarnya yang tadi pagi nggak jemput?" tanya Yovan.
"Ah dia nggak jemput dan dia bukan pacar saya." Rose mengklarifikasi hubungannya dengan Dimi yang hanya sebatas teman.
"Oh iya? Kalian pasti sangat dekat," gumam Yovan dan itu masih sanggup untuk mencapai pendengaran Rose.
"Hah? Maksudnya?" tanya Rose binggung.
"Tak apa, ehm bagaimana jika saya antar saja? Kebetulan arah kita sama." Ah benar arah mereka sama bahkan Yovan tinggal di kompleks yang sama dengannya setidaknya itu yang dikatakan Irene saat gadis itu mengatakan bahwa ia iri karena Yovan bisa dekat sekali dengan Rose.
"Tidak perlu, itu akan merepotkan Bapak," tolaknya lalu Yovan mengangguk.
"Kalau begitu permisi," katanya lalu menuju ke parkiran. Saat Yovan sudah jauh Rose menggerutu padahal ia hanya mengatakan itu untuk basa-basi harusnya Yovan peka dan terus memaksanya kenapa dia tak sama dengan Dimi yang suka memaksa. Tunggu kenapa lagi-lagi dia memikirkan Dimi? Sepertinya ada yang salah dengan kepalanya.
Klakson terdengar dan lagi-lagi itu membuat Rose kaget hampir saja Rose mengumpat jika tak melihat Yovan yang melakukannya dan lelaki itu tertawa setelah melihat ekspresi kaget Rose.
"Apa Pak Yovan begitu suka mengagetkan orang?" sarkasnya.
"Tidak, tapi saya suka ekspresi kaget ibu, sangat lucu," katanya lalu turun dari mobil dan membuka pintu depan untuk Rose sedangkan Rose masih tak mengerti kenapa Yovan melakukan itu semua untuknya.
"Silahkan masuk." Hah? Masuk?
"Ayolah bu, saya sudah lapar bukankah saya tadi mengatakan bahwa saya akan mengantar ibu pulang." Rose hanya tertawa kecil begitupun dengan Yovan yang kini menggerakan kepalanya ringan seolah menyuruh Rose untuk masuk ke dalam mobil.
"Terima kasih." Rose mengatakannya sesudah badannya benar-benar memasuki mobil sementara Yovan berlari ke sisi lainnya agar ia bisa masuk ke dalam mobil.
"Seatbelt?" tanya Yovan dan Rose mengatakan sudah.
"Bagaimana jika kita makan siang sekalian? Atau ibu sudah ada janji sebelumnya?" Rose menggeleng dan kini menoleh ke arah Yovan.
"Tidak bagaimana jika kita makan seafood saya tahu restoran yang enak atau bapak alergi sea food?"
"Itu makanan favorit saya." Rose mengangguk.
"Baguslah, selera kita sama," katanya mereka melakukan percakapan yang lumayan mengasyikkan hingga telpon masuk menginterupsi mereka.
"Maaf," kata Rose meminta ijin dan Yovan mengangguk lalu mematikan musik yang sudah terputar.
"Kamu di mana?" tanya Dimi bahkan sebelum Rose menyapanya.
"Aku lagi di jalan."
"Jalan mana? Sama siapa? Naik apa?" tanyanya memberondong.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔The Perfect Lie
RomanceAgust Dimitri seorang polisi yang ditugaskan untuk mengawasi seorang putri dari ilmuan nuklir yang menghilang tanpa jejak, Rose seorang penulis dongeng anak - anak .Hingga hal tak terencanakan terjadi, dia mulai menggunakan hatinya. Haruskah ia meng...