16

436 69 1
                                    

"Apa yang kalian katakan itu benar?"

"Rose," panggil Juna lirih dia sangat paham dengan ekspresi yang baru saja diperlihatkan oleh Rose padanya, Tian dan juga Dimi. Sebuah pandangan kecewa dan dia sadar kali ini akan sulit jika Rose pergi darinya.

"Jawab!" teriak Rose

"Iya." Jawaban Dimi membuat kedua lelaki yang ada di sana melotot mereka bahkan ingin menjawab tidak, tapi Dimi mendahuluinya dan kini semuanya akan lebih sulit dari yang dibayangkan.

"Tapi, ini nggak seperti yang kamu pikirkan?" kata Dimi mencoba mendekati Rose, tapi Rose memberi tanda pada Dimi untuk tetap berada di sana.

"Tetap di sana." Rose lagi-lagi memperingatkan.

"Rose aku bisa menjelaskannya. Ini nggak seperti yang kamu pikirin."

"Memang apa yang ada di pikiranku?" tanya Rose dengan mata yang memerah menahan air mata yang mungkin akan jatuh.

"Memang awalnya aku mendekatimu karena tugas, tapi itu dulu sekarang aku benar-benar tulus sama kamu." Rose tertawa kering, tapi air matanya langsung jatuh.

"Tulus? Kalau tulus harusnya kamu ngasih tahu aku dari awal bukan ngasih tahu aku bukan dengan cara kayak gini." Dimi menyadari harusnya dia mengatakan itu lebih awal kini dia melukai gadis yang dicintainya.

"Rose," panggil Dimi, namun Rose berteriak.

"Jangan mendekat!" Lagi-lagi Dimi berhenti apalagi Rose yang semakin mundur ke belakang.

"Harusnya aku tahu dari awal kamu emang cuma manfaatin aku buat nangkep papa aku. Kamu pasti seneng banget karena udah bikin aku kayak gini," katanya pada Dimi lalu tertuju pada dua sahabatnya.

"Aku nggak nyangka kalian bisa kayak gini sama aku, aku kasih tahu semuanya ke kalian, tapi gimana bisa kalian lakuin ini ke aku." Juna dan Tian sama sekali tak berkutik mereka tahu jika mereka bicara maka Rose akan semakin kesal.

"Ini bukan salah mereka ini salah aku." Dimi mencoba membela Juna dan Tian, dia tak ingin membuat persahabatan antara ketiga orang yang sudah terjalin hampir separuh umur mereka hancur.

"Emang ini salah kamu!" teriak Rose pada Dimi hingga Dimi kaget. Dia tahu karakter Rose yang meledak-ledak, tapi ini jauh dari apa yang pernah ia bayangkan.

"Kamu bahkan nggak bisa mengatakan 'aku mencintaimu' bagaimana aku bisa percaya padamu?" Dimi terdiam sejenak memang saat dia meminta Rose menjadi kekasihnya dia sama sekali tak mengatakan kalimat keramat itu. Dan sekarang dia terkena imbasnya.

"Aku mencintaimu Rose." Rose memejamkan matanya menangis sebentar lalu menghapus air matanya.

"Itu semua sudah terlambat Dimi. Semua sudah sangat terlambat. Mulai sekarang kita tak punya hubungan apa pun begitupun dengan kalian. Mulai hari ini kita adalah orang asing," kata Rose lalu pergi begitu saja meninggalkan Dimi yang kebingungan dan berusaha mengejar, tapi Juna menahannya.

"Jangan dikejar, kasih dia waktu buat nenangin diri, dia lagi syok. Tapi, percaya sama gue dia bakal nerima penjelasan lo. Semoga."

"Ya semoga saja."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✔The Perfect Lie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang