Chapter 2

6.1K 327 34
                                    

Uchiha Sasuke meremas selembar kertas digenggamannya dengan geram. Kertas putih yang hampir lusuh itu membuatnya kesal setengah mati. Entah siapa yang mengiriminya. Wajahnya mendecih sinis ketika membaca tulisan pada kertas tersebut.

Kabar pernikahan Naruto dan Hinata.

Apa-apaan! Sasuke terus-terusan merutuk dalam hatinya. Kertas itu berhasil merusak harinya yang tenang dan damai. Ia mengutuk siapapun yang mengirim itu padanya karena membuatnya terkena darah tinggi mendadak. Entah berapa lama waktu telah berlalu sejak Sasuke melakukan penebusan dosanya, sendirian dalam kehampaan pikiran dan ia selalu mencoba melupakan nama itu.

Namun bagaimanapun kerasnya ia berusaha, ia gagal.

Sasuke menghela nafas kecil, kemudian mendudukkan dirinya di pinggir danau. Ia sedang mendinginkan kepalanya dengan memandangi aliran air danau yang jernih. Naruto akan menikah, pikirnya. Bukankah itu kabar menyenangkan. Sahabatnya itu akan menikah dan membangun keluarga kecilnya, hidup bahagia dan menggapai impiannya.

Seharusnya Sasuke ikut senang, namun tidak.

Sasuke sama sekali tidak senang.

Hingga sekarang, melihat wajah Naruto mengingatkannya pada kejadian beberapa tahun silam di markas Orochimaru, membuatnya marah lantaran harga dirinya tercoreng dan Naruto tidak pernah membuat statement apapun atas kejadian itu. Sasuke merasa perasaan ganjil, yang membuatnya marah, tetapi disisi lain dia juga senang.

Sampai saat ini, orang yang mengetahui betul tentang Sasuke hanya Itachi, Orochimaru dan, tentunya Naruto. Apa yang dimaksud itu tentu bukan hanya mengetahui Sasuke adalah seorang uchiha, tetapi lebih dari itu, bahwa ada keabnormalan dalam tubuhnya. Ini adalah rahasia yang harus dikunci rapat.

Setelah kejadian memuakkan tapi anehnya ia ingat terus itu, Sasuke menghampiri Naruto dan menonjok wajahnya dengan keras. Persetan dengan pekikan merananya. Naruto sangat menyebalkan dan terlalu tiba-tiba melakukan itu dengan beralasan membantunya. Gah, aku tidak pernah meminta bantuannya, batin Sasuke kesal. Sasuke telah melanggar prinsip dan keteguhan hatinya sendiri, bahwa ia tak membutuhkan bantuan siapapun.

Namun apa daya, hal itu telah terjadi. Sasuke tak bisa mengubah apapun, bahkan kalau ia berniat membunuh Naruto sekalipun.

Hanya saja, Sasuke benar-benar murka dan melampiaskan kemarahannya pada Naruto. Kemarahan yang meluap-luap seakan ia menyimpan dendam pribadi pada sang uzumaki. Naruto tidak tahu apa yang membuat Sasuke sangat marah padanya. Jinchuuriki kyuubi itu kira hanya karena perbedaan pendapat yang sering terjadi diantara mereka, menimbulkan konflik yang melibatkan perasaan emosional dan membuat mereka sering bertengkar.

Naruto pun pasrah saja.

Tetapi tidaklah sesederhana itu yang Naruto pikir hanya karena emosional, namun juga melibatkan perasaan asmara yang tak biasa. Apa yang telah terjadi antara dirinya dan Sasuke bukanlah sebuah kebetulan.

Setelah aksi penganiayaan itu, Sasuke sebisa mungkin menghindari Naruto bahkan saat perang shinobi ke-4 dimana mereka berdua harus menyatukan kekuatan untuk melawan Madara dan Kaguya. Apa yang Sasuke lakukan hanya karena konoha membutuhkan kekuatannya, dan bukan demi Naruto. Akan tetapi, ia tak bisa menyembunyikan kerinduannya pada sosok Naruto yang begitu gagah berani bertempur di garda terdepan melindungi semua shinobi.

Sasuke tersanjung. Ia terus mencuri lirikan padanya. Entah apa yang mengubah Naruto. Sahabatnya itu kini berkali-kali lipat lebih kuat dan lebih memukau. Hatinya sekali lagi merasa jatuh dan mengalah pada sosok jinchuuriki kyuubi itu, bahwa ia mencintai Naruto. Hanya saja, bagi seseorang dengan gengsi selangit seperti dirinya, menyatakan perasaannya adalah hal yang sulit sekali.

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang