Chapter 5

2.6K 251 25
                                    

Sasuke tidak tahu kenapa, mau seberapa kalipun ia bertekad untuk tidak akan ke Konoha lagi dan mengingat si pirang idiot itu-- nyatanya ia selalu gagal.

Pada akhirnya, kedua kakinya akan tetap berpijak disini.

Sasuke tidak berniat bertemu Naruto, tidak akan lagi, batinnya. Ia hanya ingin kembali mengingat masa kecilnya yang dulu sangat menyenangkan. Uchiha itu selalu saja melancarkan aksinya di waktu tertentu ketika keadaan desa masih sepi, misalnya saat subuh. Dengan begitu, ia juga bebas melewati pos penjagaan.

Ia dengan tenang melewati akademi tempat ia belajar dulu, tempat yang penuh kenangan bersama si usuratonkachi bernama Naruto. Sasuke bahkan masih mengingat halaman dimana saat itu semua murid berkumpul dan menyaksikan duel dirinya bersama Naruto. Ia sama sekali tidak peduli teriakan Sakura, Ino dan gadis lainnya yang menyemangati dirinya.

Naruto kalah, bagi Sasuke, si kuning itu terlalu cepat seratus tahun untuk mengalahkannya. Dan jauh dilubuk hatinya, ia mengakui bahwa Naruto menang. Jinchuriki cilik itu telah mengambil hatinya sedikit demi sedikit.

'Karena bukankah kita adalah teman? '

Sasuke menyeringai kecil begitu mengingat kata-kata yang sering Naruto lontarkan padanya, "Heh.. sekedar teman?" batinnya.

Sasuke menghentikan langkah kakinya sejenak ketika melewati ichiraku ramen, selingkuhannya Naruto. "Ck, aku yakin hingga sekarang si usuratonkachi itu masih sering memakannya." batin Sasuke iba. Ia berharap Hinata dapat membuat makanan sehat untuk Naruto, dan Sasuke begitu berharap jika ia yang berada di posisi Hinata. Entah berapa kali angan-angan itu dipikirkannya.

Sorot matanya menjadi sendu kala perumahan yang sudah lama tak terawat nampak di pandangannya, kompleks perumahan uchiha yang sudah bobrok. Pagarnya sudah usang dan berkarat, rumah-rumah didalamnya juga sudah tak terurus lagi. Cat temboknya luntur, beberapa kaca jendela rusak dan pohon-pohon didalamnya telah layu. Kini perumahan yang dulu begitu disohor dan disegani itu sudah tak memiliki nama lagi.

"Tidak dikunci rapat?" batinnya.

***

"N-Naruto-kun, apa kau tidak m-menyukainya?"

Hinata meremas tangannya sesaat setelah meletakkan sarapan diatas meja makan. Ini adalah sarapan kesekian kalinya yang ia buat untuk Naruto, tentu saja ia berharap Naruto akan senang. Tetapi ekspresi Naruto tampak biasa saja.

"Tentu saja aku menyukainya, karena Hinata-chan yang membuatkannya untukku." Naruto tersenyum lima jari, ia adalah tipe orang yang tidak ingin menyakiti perasaan orang lain. Ia sangat menghargai Hinata yang kini telah menjadi istrinya.

Wajah putih Hinata langsung memerah malu, ia merasa senang dalam hati. Gadis lavender itu segera mendudukkan tubuhnya diatas kursi dan lekas makan sarapan bersama di pagi hari yang sunyi ini.

Yap, sunyi dan sangat canggung entah mengapa.

Hinata menyadari bahwa Naruto tampak uring-uringan akhir-akhir ini, padahal ini masih awal kehidupan rumah tangga mereka.

"N-Naruto-kun, k-kau senggang dari m-misi kan?" tanya Hinata gugup.

Naruto mengangkat kepalanya, lalu menggeleng dengan bingung.

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang