Chapter 3

3.9K 259 32
                                    

Katanya tidak mau masuk, tapi kaki itu mau-mau saja melangkah ketika dituntun tangan sang uzumaki untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Ck, dobe." umpat Sasuke kesal. Ia sebenarnya tak ingin masuk ke rumah itu, tetapi tak bisa menolak begitu tangannya dituntun oleh Naruto. Wajahnya sedikit merona merah.

"Ayo masuk, Sasuke. Rumahku adalah rumahmu juga." Naruto nyengir lebar yang tak ia tahu bahwa tingkahnya itu membuat Sasuke salah tingkah.

"Diam. Naruto." Sasuke memalingkan wajahnya. Ia merasa malu dan grogi dengan kalimat Naruto barusan. Seakan-akan mereka tinggal serumah saja.

CKLEK

Naruto memutar knop pintu rumahnya.

"Kau itu kenapa sih teme, kasar sekali padaku." cibir Naruto tak terima. Habisnya, ia dikatai terus oleh Sasuke. Tetapi, ia tak sadar bahwa Sasuke berbicara padanya dengan lembut dan penuh sayang meskipun yang keluar dari mulutnya adalah makian kasar. Love language, eh?

"Hn." Sasuke duduk dengan tenang seraya menyilangkan kakinya.

Naruto melenggang ke dapur. Mau Sasuke kasar atau lembut padanya, pemuda raven itu tetaplah sahabatnya. Maka dari itu Naruto ingin menjamu sahabatnya itu walaupun seadanya. Malam ini, ia bisa bebas mengobrol dan bercanda tawa dengan Sasuke sepanjang malam. Yah, karena Hinata sepertinya tidak pulang malam ini. Sekarang sudah terlalu larut.

"Jadi, jadi.. bagaimana perjalananmu, Sasuke?"

Pemuda uzumaki itu kembali dengan sebuah nampan ditangannya. Wajahnya tampak antusias bertanya pada sosok Sasuke yang hanya duduk tanpa minat. Sasuke sedikit mencuri lirikan pada Naruto, mengamati penampilannya yang berubah namun kepribadiannya yang ceria dan riang tidaklah hilang. Rambut cepak itu menambah kesan dewasa padanya. Naruto dengan menggebu-gebu menuangkan teh pada dua gelas di hadapannya. Tak sabar mendengar cerita dari Sasuke.

Sasuke hanya menatapinya dalam diam. Sebenarnya, ia tidak suka manis. "Tidak ada yang menarik." balasnya datar dan suasana canggung kembali menyelimuti mereka berdua.

"Kau seharian ini kemana, Sasuke? Kenapa tidak datang?" Naruto langsung menodongnya pertanyaan yang paling Sasuke hindari.

"Hm. Aku sibuk." ucap Sasuke cuek.

"Temeee kau tidak mau merelakan sedikit waktumu ke pernikahan sahabatmu ini?!" erang Naruto jengkel. Padahal ia sangat berharap sosok raven itu hadir di pernikahannya, memakai pakaian yang bagus dan cantik. Salahkah ia berharap?

Sasuke membisu. Justru itu ia tak mau datang ke acara pernikahan Naruto. Sama saja membuka luka di masa lalunya.

"Padahal kami semua menunggumu datang supaya kita bisa foto bersama!" tambah sang uzumaki.

"Ck. Lagian apa pentingnya aku harus datang." Sasuke bergumam malas. Ia 'kan sudah mengirimkan ucapan selamat.

"Kau 'kan sahabatku, Sasuke."

Jawaban itu lagi. Sudahlah. Sasuke mendadak malas membahasnya. Ia memutar bola matanya jengah. "Sudahlah, Naruto. Itu hanya akan menyakitiku." Sasuke berucap pelan sekali hampir seperti bisikan. Sedetik kemudian ia tersadar, merutuki dirinya sendiri yang mengatakan hal semacam itu yang tak mungkin Naruto bisa mengerti.

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang